Ketika saya bikin acara pribadi bernama #jalurkopi2 pada 8-11 September 2014 untuk ngopi di tiga kota, Demak belum memiliki tempat ngopi yang menyajikan pilihan kopi yang digiling di tempat sesuai permintaan konsumen. Adanya warung kopi yang kopinya merupakan seduhan dari kopi bubuk siap pakai atau kopi saset. Tempat ngopi ini biasanya juga sekaligus warung makan. Pada waktu itu, semua tempat ngopi di Demak sepanjang yang saya ketahui seperti itu.
Minggu pertama Januari 2018, saya berkesempatan ke kota yang memiliki ikon bersejarah Masjid Agung Demak itu lagi. Tiga tahun lebih sejak acara #jalurkopi2, tempat ngopi di Demak ternyata mengalami perkembangan yang cukup bagus. Mulai muncul kafe atau tempat ngopi yang menyediakan specialty coffee dan single origin coffee. Sekarang, bila mencari tempat ngopi di Demak sudah ada beberapa pilihan yang kopinya bukan hanya kopi saset atau kopi bubuk siap seduh tapi juga sudah ada yang menyediakan biji kopi dari beragam daerah yang di dunia perkopian dikenal dengan sebutan specialty coffee dan single origin coffee.
Specialty Coffee dan Single Origin Coffee
Bagi penikmat kopi macam saya ini, jenis kopi apa pun tak masalah. Kopi saset, kopi bubuk, kopi segar habis digiling, kopi spesial (specialty coffee), kopi single origin, semua saya sikat. Lidah saya tak peduli dengan pengelompokan kopi yang macam-macam itu. Antara jenis kopi yang satu dengan yang lainnya jelas ada bedanya. Pahit, manis, kepekatan, ada rasa apanya (fruity, wine, kayu kebakar/gosong, dan lain-lain), aromanya (aroma tanah, wangi buah, harum bunga, dan lain-lain), indera pengecap dan penciuman saya kadang bisa mengenali dengan tegas, adakalanya penuh keraguan.
Satu ketika saya asyik menyeruput secangkir kopi single origin, di waktu lain saya menikmati kopi saset produk lokal atau interlokal, eh, internasional atau produk dari negara lain. Sekali waktu saya menyesap specialty coffee yang langsung diseduh setelah selesai digiling, di waktu berikutnya secangkir kopi yang rasanya “ndeso” banget membuat saya mabuk kepayang.
Penggunaan istilah specialty coffee dan single origin coffee selain untuk pembeda juga sekadar muslihat pemasaran. Itu menurut saya. Mereka yang ngopi hanya untuk memperbarui status media sosialnya akan merasa kekinian bila menyebut specialty coffee atau single origin coffee dibanding bilang kopi tubruk. Padahal sebenarnya kopi yang diseruput itu-itu juga.
Beda Specialty Coffee dan Single Origin Coffee
Bicara perbedaan specialty coffee dan single origin coffee, banyak hal yang menjadikan landasan untuk membedakannya. Namun untuk sederhananya, specialty coffee terkait kualitas kopinya. Single origin coffee menyangkut asal kopi tersebut, misalnya daerah atau perkebunannya. Jadi dari kopi single origin sangat mungkin dihasilkan specialty coffee tapi bisa juga tidak karena tergantung banyak hal di antaranya misalnya seleksi saat memanen biji kopi dan pengolahan pascapanen. Juga, specialty coffee bisa datang dari kopi asal mana saja asalkan biji kopi yang dihasilkan diperlakukan dengan benar.
Bila Anda punya kebun kopi di samping rumah, kopi yang Anda hasilkan sudah bisa disebut single origin. Specialty coffee-kah? Belum tentu. Karena untuk bisa dibilang specialty coffee, biji kopi yang ada perlu melewati standar kualitas yang sudah ditetapkan. Apakah memang kopi spesial (specialty coffee), kopi premium (premium coffee), atau sekadar kopi komersial (commercial coffee). Tak gampang untuk bisa menghasilkan specialty coffee. Lulus sertifikasi biji kopi adalah salah satu yang harus dilewati. Dan itulah sebabnya, terkait specialty coffee, kemudian muncul profesi penguji citarasa kopi bersertifikat yang disebut Q Grader (kopi arabika) dan R Grader (kopi robusta).
Pilihan Tempat Ngopi di Demak
Saat ini meskipun jumlahnya tidak lebih banyak dari jari tangan, kita bisa temukan tempat ngopi di Demak yang memiliki specialty coffee dan kopi single origin. Salah satu yang jadi langganan bila saya berkunjung ke Demak adalah Kopi Teras 21.
Kopi Teras 21
Tempat ngopi di Demak yang satu ini menjadi menarik buat saya karena menyediakan kopi serius baik varietas arabika maupun robusta. Saya bilang kopi serius karena Kopi Teras 21 bukan sekadar menyeduh kopi saset atau kopi bubuk jadi tetapi mau merepotkan diri menyediakan biji kopi sangrai yang kemudian digiling di tempat sesuai pesanan pembeli. Penikmat kopi yang mencari citarasa kopi spesial tentu akan cocok dengan tempat ngopi di Demak yang beralamat di Jalan Bhayangkara No. 21 ini. Tentang kopi single origin, tempat ngopi ini juga memiliki beberapa kopi nusantara. Beberapa kopi single origin yang dimiliki di antaranya Wamena, Lampung, Lintong, Mandailing, Toraja, dan Aceh.
Satu lagi daya tarik yang saya temukan di tempat ngopi di Demak yang satu ini adalah musik keroncong yang ditampilkan setiap Jumat malam. Bukan hanya sebagai tempat menyeruput kopi, Kopi Teras 21 juga menjadi markas orkes keroncong Gita Citra Alam (GCA) Demak. Sungguh sedap menyeruput kopi sambil menikmati alunan musik keroncong. Adakalanya Jumat malam, sebagai pengganti musik keroncong, diisi oleh aksi stand up dari komunitas stand up comedy Kota Wali karena tempat ini kadang juga jadi tempat berkumpul komunitas tersebut.
Tempatnya sendiri tak terlalu mewah. Jangan membayangkan tempatnya semewah kafe-kafe yang ada di Jakarta atau Bogor, atau semacam Kafe Spiegel atau Tekodeko Koffiehuis di Semarang. Justru kesederhanaan yang dimiliki Kopi Teras 21 ini yang menjadikan saya merasa pulang ke rumah saat menikmati kopi yang tersaji. Bagi pencari spot mewah yang Instagramable, jelas salah sasaran bila memilih tempat ngopi ini. Untuk tukang ngopi yang menomorsatukan citarasa kopi, tempat ngopi ini wajib didatangi. Hal lain yang menyenangkan dari Kopi Teras 21 adalah suasananya yang penuh kekeluargaan. Atmosfir ini terbentuk barangkali karena tempatnya yang tak begitu luas.
Tempat Ngopi di Demak yang Direkomendasikan
Kalau saya ditanya tempat ngopi di Demak yang direkomendasikan, sudah jelas Kopi Teras 21 yang akan saya sebut. Alasannya adalah sebagaimana yang saya tulis di atas. Harga kopi dan minuman lain serta kudapan yang ada di kedai yang jam bukanya mulai pukul 17.00 WIB sampai 23.00 WIB ini juga termasuk murah. Jauh lebih murah bila dibandingkan harga di tempat ngopi yang pernah saya datangi di Bogor, Jakarta, atau Semarang.
Tidak seperti Bogor yang memiliki kopi khas Bogor yang memang kopi asli Bogor, Demak tidak memiliki kopi khas Demak yang asli dari kebun kopi di Demak. Maklum saja, wilayah Demak yang merupakan dataran rendah dan daerah pesisir tidak cocok untuk tanaman kopi. Meskipun demikian, bukan berarti kita tidak bisa mencecap kopi enak di tempat ngopi di Demak sekarang ini.
Sumber gambar: koleksi pribadi