Konsistensi seorang blogger dalam menulis tak perlu diragukan lagi. Semua blogger pasti konsisten. Yang membedakan adalah frekuensinya. Ada yang secara periodik menulis ada pula yang tidak. Jika Anda melihat blogger lain menulis lebih rajin, Anda jangan kemudian jadi minder. Santai saja. Konsistensi mereka memang tidak sama dengan Anda.
Saya sangat salut melihat teman-teman blogger yang bisa menulis secara terjadwal. Ini contoh konsistensi menulis yang membutuhkan semangat dan stamina luar biasa. Patut ditiru blogger lain. Bila mampu tentunya. Jika tidak, ya tidak apa-apa. Jangan langsung merasa jadi blogger abal-abal. Menulislah sesuai kapasitas dan kemampuan sendiri karena akan lebih ringan dijalani. Selain itu, hasilnya juga pasti lebih enak dinikmati. Ada rasa kejujuran dalam tulisan tersebut. Jujur karena penciptanya menulis berdasarkan kemampuan sendiri, bukan didasarkan kemampuan orang lain.
Bila ada yang beranggapan bahwa blogger yang rajin menulis itu karena memiliki banyak ide, sebenarnya tidak benar juga. Siapa pun pasti punya ide, sebanyak yang dimiliki orang lain. Termasuk blogger yang jarang mengisi blognya. Yang membedakan, meskipun memiliki jumlah ide yang sama, blogger produktif rajin menuangkan gagasan ke dalam tulisan sedangkan yang tidak produktif tidak giat menuliskan gagasan yang dia miliki. Jika ditelusuri lebih lanjut, penyebab blogger tidak produktif menulis tersebut kemungkinan ada dua. Pertama, dia sedang melakukan apa yang saya sebut dengan kebohongan penulis. Kedua, dia sedang menderita sembelit penulis. Apa itu kebohongan penulis dan sembelit penulis? Silakan klik ke tautan tulisan tersebut. Saya menjelaskan panjang lebar tentang kedua penyakit penulis itu.
Kadang-kadang memang muncul rasa iri saat melihat teman-teman yang begitu rajin menulis, dalam kondisi apa pun. Seolah tiada kendala yang mampu menghalangi semangat mereka. Namun bila saya pikir-pikir lagi, tidak seharusnya rasa iri itu muncul. Sepatutnya semangat menulis mereka justru harus mampu memantik api semangat menulis saya dan menjadi berkobar. Saya seharusnya mengucapkan terima kasih kepada mereka karena telah memberi contoh yang baik bagaimana memelihara semangat menulis. Dalam banyak hal, mereka menulis apa yang sebenarnya bisa ditulis siapa saja. Jadi bisa dikatakan, saya pun pada dasarnya bisa membuat tulisan seperti yang mereka tulis. Apalagi bila yang ditulis adalah hal yang akrab saya geluti, pasti lebih bisa lagi.
Sekadar Anda ketahui, saya membuat tulisan ini sebenarnya dalam rangka melarikan diri dari tugas menulis fiksi. Tugas itu saya anggap sebagai hutang yang harus saya bayar. Karena belum mampu membayar disebabkan semangat menulis fiksi lagi kendor, saya buat saja tulisan ini. Meski tulisan fiktif belum terbayar, setidaknya ada tulisan lain meskipun bukan fiksi yang saya buat. Selain itu, dengan diunggahnya tulisan ini, saya ingin menunjukkan bahwa saya ini termasuk blogger konsisten walaupun konsistensi saya berbeda dengan teman-teman blogger lain. Bila mereka menjadwalkan tulisannya, saya tidak. Jika mereka konsisten menulis sesuai jadwal, saya konsisten menulis tidak sesuai jadwal. 😀
Kemudian muncul pertanyaan: “Blogger yang tidak lagi mengisi blognya apakah masih bisa disebut konsisten?” Dengan yakin seyakin-yakinnya saya menjawab: “Ya, dia blogger konsisten! Konsisten menelantarkan blognya hingga berlumut dan berjamur.”
Sumber gambar: di sini
Hahahaha, saya mentertawakan diri sendiri pada akhir posting, ” Blogger konsisten menelantarkan Blognya ” itu saya mas hehehe …
@iTulisan: selamat ya sudah jadi obyek tulisan. 😛
hihihi … senyum senyum mas baca endingnya 🙂
aku usahakan menulis setiap hari krn bikin hati senang mas, jd kl nggak nulis sekali ya hilang senangnya sekali juga *halah* 😀
@duniaely: pasti sehat sekali bisa menulis setiap hari. 😉