Penggoda Blogger

6
2002

penggoda bloggerJika tak kuat iman, seorang blogger pasti akan tergoda olehnya. Pesona yang mereka miliki memang luar biasa. Mereka bisa terlihat begitu seksi di mata blogger. Jika Anda seorang blogger, bisa jadi sekarang Anda telah menjadi korbannya.

Saya tidak sedang membicarakan seorang perempuan atau lelaki ganjen. Dia bukan manusia, tetapi pengaruhnya luar biasa. Sang penggoda ini memang dahsyat. Pesonanya bisa mengalihkan niat, tekad, dan semangat blogger yang akan membarui blog. Blogger yang awalnya sudah berniat menulis artikel untuk blognya tiba-tiba bisa tak peduli dengan niat awalnya. Dia yang sudah bertekad menambah tulisan ke dalamnya mendadak tekadnya itu jadi kendor, hingga ujung-ujungnya tak bertambah pula isi blognya. Semangat membara, yang jika berujud api mungkin akan membakar rumah, untuk menghadap komputer dan mengetik kisah baru bagi blognya bisa langsung padam. Semua itu terjadi disebabkan oleh sang penggoda. Di depannya, seolah-olah blogger tak punya daya, tak kuasa melawan kehendak penggodanya. Apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi pesona yang menggoda itu?

Dalam upaya menangkal para penggoda ini, komitmen adalah yang paling dibutuhkan. Sehebat apa pun godaan yang hadir, seorang blogger akan bisa mengabaikannya ketika sudah berkomitmen. Dia akan tetap dapat membuat tulisan secara terjadwal. Saat waktu membarui tulisan tiba, akan dilaksanakan kegiatan yang sudah dijadwalkan itu. Semua itu disebabkan karena berkomitmen. Mau tidak mau, itulah solusi yang harus diambil bila ingin terhindar dari godaan mereka. Pertanyaan intinya adalah, siapa mereka?

Ada tiga penggoda blogger saat ini yang pesonanya sangat kuat khususnya bagi mereka yang lemah โ€˜imanโ€™. Twitter, Facebook, dan televisi adalah tiga serangkai yang jadi oknumnya. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan, tak gampang menghindari mereka. Bahkan untuk sebagian orang, Twitter misalnya, sudah seperti narkoba. Dia begitu menagihkan. Twitter bisa membuat penggunanya merasa hidupnya tak lengkap jika sehari saja tidak berkicau di galur waktunya (timeline atau TL). Sampai segitunya. Betul, ini serius. Beberapa teman mengalami hal itu. Bahkan rasanya mereka harus dibawa ke rumah sakit rehabilitasi kecanduan Twitter. Ah, kalau yang ini jelas saya berlebihan. Maaf, Anda termasuk di dalam kelompok ini?

Menghindari sama sekali ketiga penggoda ini sangat mungkin dilakukan meskipun bukan pekerjaan mudah. Tentu saja akan ada akibat yang mesti diterima atau akan dianggap berlebihan bila itu dikerjakan. Kompromi adalah tindakan yang paling bijaksana untuk diambil, saya rasa. Kita tetap bersentuhan dengan para penggoda tanpa harus menafikan keberadaan mereka tetapi juga tak terjerumus bersama mereka. Terutama Twitter dan Facebook, mereka adalah entitas di dunia maya yang memang tak bisa ditolak kehadirannya. Jika kemudian menggunakannya atau mengabaikannya, itu pilihan masing-masing. Karena blogger berkutat di ranah yang sama sebagaimana keberadaan Twitter dan Facebook yaitu di dunia maya atau internet, peluang tergoda oleh kedua media sosial itu lebih besar dibandingkan televisi. Ke mana pun blogger pergi, Twitter dan Facebook mengikuti. Beda dengan televisi. Meskipun televisi lewat internet juga ada, rasanya televisi yang ada di ruang tamu lebih seksi untuk ditonton daripada memelototi acara televisi di layar gadget.

Ternyata, hidup blogger tidak mudah karena dikelilingi tiga serangkai penggonda โ€˜imanโ€™ ini. Tak heran jika sebagian blogger menjelma menjadi tuip (tweep) atau facebooker. Mereka lebih suka menuangkan gagasan di galur waktu yang hanya muat 140 karakter dan lebih sering menimbulkan salah paham. Untuk menenteramkan hati atau mengurangi rasa bersalah karena menelantarkan blognya, sang blogger ini kemudian berdalih atau menyebut sepotong kalimat yang dia tuliskan itu sebagai micro blogging. Meski bukan blog, setidaknya dalam sebutan itu ada kata โ€˜blogโ€™ sebagaimana yang ada dalam kata โ€˜bloggerโ€™.

Sumber gambar: di sini

6 COMMENTS

  1. Ya, memang ketiganya bisa melenakan blogger. Intinya sih cuma soal komitmen, proporsional, dan skala prioritas.

    Twitter dan fb harus ditempatkan sesuai proporsinya, yaitu sbg media percakapan. Sedangkan TV hanya salah satu hiburan saja, yg bagiku tak lebih menggoda ketimbang “ngobrol”.

    Jika kita mau komitmen, penjadwalan adalah cara ampuh. IMHO

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here