Rencana ‘kopdar’ yang akan dilaksanakan minggu ketiga bulan ini bersama Pak Prof ternyata gagal, meski rencana itu telah disepakati bersama saat pertemuan antara beliau selaku pembina Blogor (komunitas blogger Bogor) dengan para pengurusnya. Ternyata tuhan punya rencana lain. Kemarin pagi, Rabu, 6 Februari 2013, saat mengikuti acara rutin Rabuan di kampus IPB Darmaga, Pak Prof mendapat serangan jantung di tengah kumandang himne IPB. Nyawanya tak tertolong saat ambulan yang membawanya dalam perjalanan menuju rumah sakit. Sang Khalik telah memanggilnya, dalam seragam FEM IPB kebanggaan beliau. Innalillahi wa innaillaihi roojiuun.
Nama aslinya Sjafri Mangkuprawira, tapi saya lebih suka memanggil beliau Pak Prof. Beliau memang seorang profesor. Gelar profesor didapatnya dalam pengabdiannya di kampus IPB yang dicintainya. Pak Prof adalah Guru Besar Emeritus FEM IPB Bogor sejak 2008. Dari akun Facebooknya, saya baru tahu ternyata aktivitas yang pernah dijalankannya begitu beragam.
1. Guru Besar Emeritus FEM IPB sejak 2008
2. Guru Besar Sekolah Tinggi Manajemen PPM Jakarta sejak 2012
3. Komisaris Utama PT IPB Press sejak 2008
4. Komisaris Utama PT Bank Syariah Bina Rahmah 1996-2008
5. Komisaris PT BLST IPB 2004-2008
6. Komisaris PT Global Scholarship Services Indonesia sejak 2009
7. Dosen Fakultas Pertanian IPB 1969-2005
8. Dosen Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB 2005-2008
9. Ketua LPPM IPB 1987-1997
10. Wakil Rektor IPB 1997-1999
11. Dekan Fakultas Pertanian IPB 1998-2000
12. Ketua Senat Akademik IPB 2003-2008
Pak Prof yang lahir 30 April 1943 saya kenal semenjak saya bergabung dalam komunitas Blogor, beberapa bulan setelah komunitas ini dibentuk. Sebagai pembina, saya melihat Pak Prof begitu peduli dan berkomitmen di balik keramahan dan kebapakannya yang menenangkan. Banyak dukungan diberikan untuk komunitas yang dibinanya ini. Beberapa kali Talas Blogor, sebutan kopdar para anggota Blogor, diadakan baik di rumah maupun di kebun buahnya. Teladan sebagai blogger juga beliau tunjukkan dengan aktif membarui blognya yang beralamat di http://ronawajah.wordpress.com. Sungguh beruntung Blogor mempunyai pembina sekaliber Pak Prof.
Keberuntungan memiliki Pak Prof sebagai pembina terpaksa harus terhenti semenjak 6 Februari 2013 saat beliau dipanggil Yang Kuasa dalam usia memasuki 70 tahun. Berita meninggalnya Pak Prof jelas mengagetkan saya dan kawan-kawan. Baru tiga hari sebelumnya kami ngobrol dan bercanda bersama di rumahnya. Tidak ada tanda-tanda bahwa tiga hari kemudian setelah pertemuan itu beliau meninggalkan kami semua. Saat pagi hari berita itu muncul di galur waktu Twitter, kami para pengurus Blogor saling mengkonfirmasi kebenaran kicauan itu melalui WhatsApp dan berharap hanya sebuah hoax. Takdir Yang Kuasa ternyata sudah sampai waktunya menghampiri beliau. Pak Prof memang telah tiada. Teman-teman blogger yang berada di Bogor berusaha untuk menghadiri pemakamannya. Begitu juga dengan saya. Sayangnya, keinginan saya turut menghantar jenasahnya tak terlaksana. Kewajiban menunggu anak pulang sekolah karena dia lupa bawa kunci rumah sementara di rumah kosong tanpa penghuni membuat saya hanya bisa berdoa dari jauh. Niat akan melayat sore hari pun tak terlaksana karena kondisi badan yang tidak fit karena kelelahan. Saya harus menjaga kondisi tubuh sendiri karena dalam minggu ini ‘emaknya’ anak-anak sedang di luar kota. Peran menjadi ibu rumah tangga gantian saya yang menjalankan.
Pak Prof, suami Ibu Aida Vitayala, sudah tidak berada di antara kami lagi. Namun saya yakin, semangatnya akan terus mengiringi Blogor, komunitas blogger Bogor di mana beliau adalah salah satu perintisnya. Selamat jalan Pak Prof.
Begitu singkat pertemuan saya dengan beliau, tapi begitu dalam kesan yang ditinggalkan… Selamat jalan prof… :'(
[…] kita sikap beliau tersebut. (lihat tulisan MatahariTimoer, HarrisMaul, Unggul, Ilhabibie, Kimi, Wong Kam Fung, MasFaj, utami utar, dan Elka […]
[…] Obituarium untuk Pak Prof (Wong Kam […]
Semoga damai di sana.
[…] yang mengejutkan di pagi hari dari grup #KandangKambing menjadikan semua yang ia sampaikan di Minggu siang itu menjadi pesan terakhir. Kabar kematiannya […]
:””(
Masih terasa duka ini kala membaca rasa dukamu
Semoga pak Prof damai di alam sana..