Siapa saja bisa terkena sembelit, tidak terkecuali penulis. Bila tak pandai-pandai mengatur asupan, pencernaan akan bermasalah. Akibatnya, sembelit dapat datang kapan saja. Lalu, apa beda sembelit penulis dengan mereka yang bukan penulis? Ah, rasanya ini mengada-ada deh.
Kita semua tahu efek sembelit. Dan saya kok merasa yakin bahwa anda semua pernah terkena sembelit. Hanya frekuensinya saja yang beda. Ada yang sering sembelit, kadang-kadang, dan sangat jarang. Dampak yang dirasa bisa begitu hebat. Yang pasti, ketika sembelit datang, yang jadi tuan rumah pasti akan merasa tidak nyaman. Mungkin saja kepala cenat-cenut, mata melotot, nafas jadi ngos-ngosan, keringat dingin bercucuran, dan hal lain termasuk yang tidak pantas untuk disebutkan di sini. Bagaimana tidak nyaman? Ngeden alias berjuang membuang ‘sesuatu’ yang menyumbat itu bisa merupakan upaya sekuat daya yang menguras tenaga. Jika sudah begitu, hasil akhirnya bisa macam-macam sesuai pantat masing-masing. Eh, kok pantat?
Penulis juga manusia. Dia tentu saja bisa mengalami itu semua. Sembelit maksud saya. Perjuangan dan doanya tentunya bisa sama dengan yang bukan penulis. Akibatnya juga tak kan jauh-jauh beda. Layaknya manusia sebagaimana lainnya, dia pasti akan tersiksa dan menderita ketika didera sembelit durjana. Anda bagaimana?
Kita lihat penyebabnya sekarang, penyebab sembelit manusia pada umumnya, bukan penulis, karena ada sembelit ekslusif milik penulis. Nanti saya akan jelaskan sembelit ‘spesial’nya penulis tersebut. Yang sudah kita ketahui bersama, penyebab utama dan terutama dari sembelit adalah kurangnya asupan berserat. Lebih-lebih bila jarang minum air putih, jadi bertambah deh daya perusaknya sembelit. Karena kita tahu biang gara-garanya seperti itu, tentunya pencegahan yang bisa dilakukan bukan pekerjaan tebak-tebak buah manggis lagi. Tinggal rajin mengkonsumsi makanan berserat (sayur dan buah-buahan) dan perbanyak serta sering minum air putih adalah solusinya. Selain itu, teratur membuang air besar adalah kegiatan tambahan yang harus dilakukan. Bila pencernaan sering diisi tetapi jarang dikelurkan, terus mau diapakan?
Sekarang tiba gilirannya membahas sembelit penulis. Selain bisa menderita sembelitnya manusia biasa, artinya bukan penulis, dia juga bisa didera sembelit yang khusus dialami penulis. Seperti apakah itu? Penyebab sembelit penulis juga sama seperti ketika dia terkena sembelit manusia biasa yaitu malas mengkonsumsi makanan berserat, jarang minum, tidak teratur membuang isi pencernaannya. Masalahnya, apa jenis makanan berserat yang cocok buat penulis? Minuman yang ‘makcrot’ (lebih dahsyat dari ‘maknyus’nya Pak Bondan) baginya? Teraturnya itu seperti apa?
Makanan berseratnya penulis bentuknya bukan buah atau sayuran tetapi koran, majalah, tabloid, dan semua bacaan terutama buku. Ya, makanan berseratnya penulis yang paling utama ya bahan bacaan. Seorang penulis harus banyak mengkonsumsi makanan berserat itu agar pencernaannya tidak bermasalah. Dia juga perlu banyak minum dengan cara aktif mendengar, rajin melihat, terbuka untuk merasa segala hal yang terjadi di sekelilingnya. Dengan demikian lambung kreatifnya akan bekerja dengan baik dan tidak menemui masalah ketika saatnya ‘ek-ok’ karena yang dibuang lembek berair. Dan, keteraturan ‘ek-ok’ perlu dilakukan karena aktifitas itu bisa mencegah terjadinya sembelit. Seperti apa bentuk keteraturan ‘ek-ok’ alias buang hajatnya penulis? Dengan rajin menulis, itulah bentuk keteraturan buang hajatnya seorang penulis. Masuk akal kan, jika rajin menulis maka seorang penulis akan terhindar dari sembelit penulis?
Lalu, apa sih sebenarnya yang dimaksud dengan sembelit penulis? Anda pernah tidak, kesulitan membuat tulisan padahal apa yang ingin anda tuliskan ada di kepala semua? Meski semua ada di kepala, anda merasa mengalami kesulitan untuk mengeluarkannya. Ada yang menyebut peristiwa ini dengan bottle neck (leher botol). Seperti isi sebuah botol, dia tidak bisa sekaligus keluar. Apalagi bila leher botolnya terlalu sempit, proses mentuntaskan segala isi botol akan makin susah dan lama. Kesulitan mengeluarkan segala hal yang terkait dengan ide tulisan itulah yang saya sebut dengan sembelit penulis. Ketika sembelit ini, dampaknya bisa lebih parah. Bisa saja dia bukan hanya sekedar cenat-cenut atau tensi darahnya naik tetapi mungkin juga akan menjadi depresi. Apa akibat paling mematikan dari depresi? Bunuh diri! Anda tentu saja boleh tidak setuju.
Yang namanya sembelit penulis semata-mata terkait dengan kesulitan mengeluarkan ide, bukan kebingungan mencari ide. Saya sangat tidak percaya bila ada orang yang tidak bisa menulis karena tidak memiliki ide. How come? Piye toh? Bagaimana mungkin ide yang berceceran di sekeliling kita dikatakan tidak ada? Ini merupakan sebuah bentuk kebohongan penulis. Saya sebut seperti itu dan saya pernah menuliskannya panjang lebar dengan judul yang sama, Kebohongan Penulis. Intinya, tidak mungkin tidak ada ide atau barangkali anda menyebutnya tidak ada yang bisa dijadikan ide tulisan. Yang benar, bukan tidak ada ide melainkan ketidakmampuan atau kebingungan menuangkan ide tersebut ke dalam bentuk tulisan. Atau seperti yang saya sebutkan di atas, yang dialami seorang penulis, tak peduli dia penulis baru maupun kawakan, ada kalanya kebuntuan datang saat akan menulis. Ya itulah yang saya sebut sembelit penulis.
Sumber gambar: di sini
[…] dia sedang melakukan apa yang saya sebut dengan kebohongan penulis. Kedua, dia sedang menderita sembelit penulis. Apa itu kebohongan penulis dan sembelit penulis? Silakan klik ke tautan […]
@julie: ho-oh, bener 😉
@anny: sekarang nggak kan?
Berkali-kali saya suka mengalami hal ini , sembelitnya penulis 😀
bila sembelit harap makan buah-buahan dan sayuran yang banyak :p