Kecuali yang lagi diet, sebagian besar orang senang wisata kuliner. Saya termasuk di dalamnya. Hampir di setiap ada kesempatan, mencicipi makanan di luar rumah saya lakukan. Apalagi jika ada tempat makan baru baik itu warung maupun restoran, saya akan menjadwalkan waktu berkunjung. Bukan masalah memiliki banyak uang, namun sekedar mencari variasi sekaligus menambah pengalaman mencecap rasa. Bahkan walau hanya untuk semangkuk sayur bening, misalnya.
Saya beruntung bisa menyalurkan hobi tersebut di Bogor. Di kota hujan ini, banyak tempat untuk memanjakan lidah. Hampir di setiap sudut kota terdapat tempat makan. Jumlahnya juga terus bertambah. Bukan hanya di pusat perbelanjaan, di pinggir jalan juga bermunculan tempat makan baru. Mereka menawarkan berbagai jenis masakan. Tinggal apa selera makanannya, semua sudah tersedia. Saya sendiri menyukai hampir semua jenis masakan. Berbagai tempat makan acap kali saya datangi. Beberapa di antaranya kemudian menjadi tempat favorit.
Begitu gemarnya saya berwisata kuliner dan mencoba hal baru terkait dengan masakan. Hasil perburuan dan eksplorasi itu kemudian saya jadikan tulisan. Pengalaman pertama kali berkenalan dengan bunga kecombrang dan mencoba meraciknya sebagai bumbu masakan mengilhami saya menulis artikel berjudul Kecombrang. Saat muncul kesan terhadap sebuah rumah makan bernuansa Jawa, saya tuangkan dalam tulisan berjudul Oasis. Itu beberapa cerita tentang masakan dan pengalaman mencicipinya.
Sayur Bening
Dalam berburu makanan, ada satu wajah yang selalu hadir. Paras ibu yang sudah tidak serumah sering muncul. Begitu kuatnya kaitan antara makanan dengan ibu. Hal itu terjadi karena masakan ibulah yang menancap kuat dalam perbendaharaan rasa masakan yang saya miliki. Masakan ibulah yang menjadi acuan enak tidaknya makanan yang sedang saya santap. Selezat apapun rasa di lidah dari masakan di restoran, saya tetap menganggap masakan ibulah yang paling nikmat. Ada satu bumbu dari ibu yang tidak bakal bisa dimiliki atau ditiru rumah makan manapun, yaitu cinta.
Karena diolah dengan kasih sayang, masakan ibu jadi lezat. Karena diramu penuh cinta, masakan beliau tiada dua. Bahkan ketika makanan yang disuapkan ke mulut mungil saya saat kecil dulu begitu sederhana, hanya urap peneman nasi, detail cita itu masih saya rasa hingga kini. Meskipun sekarang saya sudah berkeluarga dan mempunyai anak dua, momen itu selalu hadir setiap ada kesempatan menikmati masakan. Ketika istri saya menghidangkan semangkuk sayur bening misalnya, di antara hijaunya bayam terselip wajah ibu. Bayam yang diolah ibu menjadi sayur bening kegemaran saya dulu, saat ini hadir di meja makan dengan seraut wajah cantik milik ibu di dalamnya. Satu mangkuk sayur sederhana bercitarasa luar biasa.
Sumber gambar: sayur bening
sama Pak, sampai saat ini sayur bening tetep jadi favorit sepanjang masa! sluuurrrppp… upsss!! *lupa lagi puasa*
@sharief: sama2 😉
tuh khan,,,jd inget ibu deh..aaakhhhh 🙁
masakan yg seolah dimasak asal mateng,,,tp aneh’a slalu diingini di indra perasa ini..thanx a lot mom…
matur nuwun pak semangkuk sayur bening’a…
@arman: siplah 8)
bener tuh.. masakan ibu emang paling nikmat, paling spesial.. karena dimasak dengan cinta… 😀