Pertemanan harusnya tak bersyarat, sebagaimana cinta. Bila ada syarat, kita tak akan dapat teman jika syarat itu tak bisa dipenuhi. Jangan pernah bermimpi kita akan memperoleh teman sejati atau menjadi teman yang tulus bila pertemanan itu berlandaskan sebuah syarat.
Betulkah demikian? Memang, pertemanan tak bersyarat hanya sebuah keniscayaan. Apa pun, pasti bersyarat. Termasuk dalam pertemanan. Bentuknya bisa abstrak bisa konkret. Bila syarat itu berujud, apalagi bentuknya materi, uang misalnya, yakinlah, bukan teman sejati yang akan didapat. Teman sejati tak akan pernah bisa dibeli. Mereka datang karena hati. Kedekatan hati dan emosi yang mendekatkan diri sebagai teman sejati. Yang bisa dipastikan, bila Anda memiliki banyak teman karena harta Anda berlimpah atau mempunyai kekuasaan, percayalah, di antara mereka terdapat orang-orang yang berperilaku seperti parasit atau bermental bakul. Ada transaksi jual beli yang mereka perhitungkan di dalam pertemanan itu.
Bukan aib jika dalam pertemenan itu kemudian muncul kesepakatan bisnis, asal transparan dan menguntungkan kedua belah pihak. Yang tak terpuji adalah pertemanan yang terbangun semata-mata hanya untuk kepentingan satu pihak. Alangkah sakit hati bila kepercayaan, ketulusan, yang dilimpahkan dalam pertemanan dinodai dengan nafsu mementingkan diri sendiri. Bila sudah demikian, apakah masih bisa dibilang teman sejati mereka yang menyalahgunakan pertemanan? Bila mereka dibilang culas, tidak salah juga. Atau jika ada yang menyebut teman makan teman, orang-orang seperti itulah contoh bagus untuk sebutan itu.
Bagaimana menghadapi manusia bertabiat menyebalkan ini? Marah dan sakit hati merupakan reaksi wajar saat mengalami pertemanan yang dimanfaatkan, lebih tepatnya disalahgunakan, ini. Namun kemarahan dan sakit hati tentunya tak akan menyelesaikan masalah dan justru malah bisa merugikan diri sendiri. Bila terlanjur menjadi ‘korban’, alangkah lebih baik jika diambil sebagai pelajaran dan dijadikan pengalaman berharga. Di masa mendatang, tentunya agar lebih waspada dan hati-hati saat menjalin pertemanan. Lebih-lebih saat pertemanan itu dijalin di dunia maya. Kita tidak tahu apakah dia itu benar-benar orang baik atau sebenarnya serigala berbulu domba.
Dengan adanya media sosial semacam Facebook, Path, Instagram, Twitter, dan lain-lain, cakupan pertemanan semakin meluas. Di sisi lain, risiko dijahati juga makin tinggi. Penyalahgunaan jejaring sosial untuk berbuat tidak baik acapkali ditemukan. Memprihatinkan memang tetapi inilah konsekuensi yang harus dihadapi. Yang perlu diperhatikan di dalam pertemanan dunia maya ini, janganlah mengunggah identias pribadi yang berisiko disalahgunakan. Sebagai contoh misalnya menampilkan nomor telepon, PIN BB, KTP, apalagi nomor kartu kredit dan kartu ATM. Foto-foto pribadi juga sebaiknya dipilih-pilih dulu sebelum diunggah. Kita perlu bertanya kepada diri sendiri penting tidaknya mengunggah foto. Media sosial memang cenderung merangsang penggunanya untuk narsis. Celakanya lagi, mereka yang memang dari sananya berbakat narsis suka malas berpikir dua kali saat hendak memajang foto diri. Yang dilakukan justru sebaliknya, rajin berganti-ganti avatar, misalnya, bahkan ada kalanya foto yang dipajang cukup seronok. Bila sudah begini, hestek #duniaharustahu memang pas untuk orang-orang yang rentan pelecehan ini.
Pertemanan di media sosial sebenarnya lebih mudah dikendalikan. Kita tidak langsung bertatap muka, kadang-kadang malah belum pernah bertemu sama sekali. Untuk menolak atau menerima pertemanan yang ditawarkan, kita tinggal mengeklik tombol “accept” atau “follow” dan kata sejenis bila kita mau pertemanan itu terjadi atau “decline” atau “ignore” dan fasilitas sejenis jika ingin menolak. Kita juga bisa mengeklik “unfriend” atau “unfollow” bahkan jika perlu “block” bila kita rasa pertemanan di dunia maya itu sudah mengarah ke hal yang tidak benar. Apalagi kita tahu pasti bahwa pertemanan yang terjalin semata disalahgunakan untuk kepentingan pribadi. Sesederhana itu. Betulkah?
Sumber gambar: di sini
Baru inget, sudah lama gak ganti avatar #duh
@PRofijo: ganti!
syarat lainnya:
– foto kopi SIM/STNK
– foto 4×6 = 12 lembar
– akun bank yg masih aktif
hahaha
@mt: semacam melamar jadi tki. 😛
Tapi ada juga orang yang “menyeleksi” teman ketika di social media. Dalam arti dia hanya mau folback sama yg kenal aja.
@Titis Ayuningsih: ada juga yang seperti itu. 🙂