Mual rasanya mendengar dan membaca kata resolusi terus-menerus. Setiap menjelang akhir tahun kata itu selalu muncul, selalu disebut-sebut. Memang istimewanya apa, sih? Entah berapa kali dalam sehari kata itu hadir, khususnya di media sosial.
Resolusi buat sebagian orang mungkin penting bahkan sangat penting. Bagi mereka resolusi ibarat peta atau kompas yang mengarahkan langkah. Ke mana hendak menuju, resolusi yang jadi patokan. Apa yang akan dilakukan, resolusi yang jadi pegangan. Bahkan barangkali dengan siapa akan berhubungan, resolusi yang dijadikan acuan. Sebegitu saktinya resolusi sehingga tanpa dia, mereka merasa seperti orang buta di malam gelap gulita. Tak paham di mana empat arah mata angin. Karena berperan vital dalam menjalani hidup, mereka menganggap wajib membuat resolusi menjelang tahun baru.
Sebagian yang lain, tak peduli resolusi. Hidupnya mengalir ke mana nasib membawa. Mereka menahikucingkan resolusi. Atau mereka memang tak paham. Mungkin saja. Hidup sekali harus dinikmati. Tak perlu berpusing-pusing menyusun arah hidup. Tanpa diarahkan pun, hidup akan meniti jalannya sendiri. Setiap manusia memiliki garis nasib masing-masing. Sangat mungkin jalan hidup tanpa resolusi akan melingkar-lingkar, menyasar, tabrak sana tabrak sini, bergerak tetapi ternyata tak ke mana-mana. Tak sedikit orang yang menjalani hidup tanpa resolusi. Coba tanya orang-orang desa, para petani, kaum nelayan, resolusi apa yang telah mereka buat. Jangan heran jika mereka malah balik bertanya tentang apa yang dimaksud resolusi. Jika rutinitas sehari-hari mereka disebut resolusi, mungkin mereka akan mengangguk-angguk dalam ketidakmengertian.
Buat saya resolusi itu penting tidak penting. Beberapa yang lain atau mungkin Anda bersikap sama. Saya bilang penting karena faktanya resolusi bisa mengarahkan kita ke sasaran yang ingin kita capai. Kita bisa menggapai tujuan hidup yang sudah kita tetapkan dalam resolusi dengan lebih terkendali. Idealnya berresolusi memang seperti itu. Bagaimanapun juga, ada yang lebih penting dari resolusi dalam hidup ini yaitu hidup itu sendiri. Sebagaimana yang pernah saya tuliskan dalam Resoles Isi, bukan resolusinya tetapi hiduplah yang penting. Resolusi tidak akan berguna bila pemiliknya tidak hidup alias sudah bergelar almarhum atau almarhumah. Selama masih diberi kesempatan menikmati dunia ini, jalani hidup ini sebaik-baiknya, dengan atau tanpa resolusi. Percuma saja mendeklarasikan resolusi baik ke diri sendiri atau ke publik lewat media sosial jika ujung-ujungnya resolusi itu tak dijalankan. Resolusi adalah sebuah janji. Bila tak dipenuhi, sama saja dengan membohongi diri sendiri. Itu jika tidak melibatkan oran lain.
Seingat saya, saya tidak pernah secara serius mendeklarasikan resolusi. Saya hanya memiliki niat untuk saya jalankan atau wujudkan. Kadang dengan serius dan ngotot, ada kalanya sambil lalu. Berhasil syukur, tak berhasil ya tidak apa-apa. Waktunya sendiri tidak harus di akhir atau awal tahun. Sesuka-suka saya. Toh hidup ini hidup saya sendiri. Saya yang menjalani, bukan orang lain. Bila dibutuhkan keseriusan, saya akan serius. Jika perlu santai, mengapa saya harus terus serius? Masing-masing ada waktunya. Bila saya harus membuat resolusi, saya akan beresolusi yang tak akan lekang oleh zaman. Pasti! Artinya, resolusi itu akan tetap saya pakai sampai kapan pun. Resolusi sepanjang masa saya itu adalah terus berusaha menjadi orang baik.
Sumber gambar: di sini
Resoles isi apa Pak? Sayur? Atau ayam? Sama-sama enak hehe 😀
@Topan Trengginas: hiya, sama-sama enak. 😉