Membicarakan teh, bukan kopi, banyak negara mempunyai tradisi terkait dengannya. Inggris punya afternoon tea, Amerika menyebutnya tea party, chayi atau chadao di Cina, chado atau sado di Jepang, tarye atau darye di Korea, dan entah sebutan apa lagi yang digunakan di daerah atau negara lain. Di Jawa, ada teh nasgithel. Saya lebih suka menyebut nasgithelcrot.
Anda pasti lebih mengenal nasgithel daripada nasgithelcrot. Itu sudah pasti karena nasgithelcrot sebenarnya memang tidak ada. Istilah itu hanya rekaan saya saja yang pada dasarnya suka mengada-ada atau memberi julukan untuk apapun. Tentang siapa yang menciptakan dan kapan pertama kali istilah nasgithel digunakan, tidak ada yang tahu pasti. Sepanjang yang saya ketahui, tidak ada catatan tentang asal muasal terciptanya istilah nasgithel. Barangkali nasgithel tidak dianggap penting dalam kajian etimologis. Istilah tersebut tersebar secara lisan, dari mulut ke mulut di antara masyarakat Jawa Tengah.
Jika saya membuat istilah baru dengan menambah kata ‘crot’ di belakang nasgithel bukannya tanpa alasan. Saya melihat istilah nasgithel hanya mengejawantahkan unsur keadaan, rasa, dan bentuk dari teh itu sendiri, bukan peminumnya. Ada satu unsur yang tidak terwakili dalam istilah itu, yaitu tingkat kepuasan yang dirasakan oleh peminumnya. Jadi ketika secangkir teh nasgithel disajikan, itu artinya di dalam cangkir tersebut tersaji teh yang panas, manis (legi), dan pekat (kenthel). Selain itu, teh nasgithel sebenarnya istilah untuk teh yang berupa teh tubruk, yaitu teh yang dibuat dari daun teh (disajikan bersama daun tehnya yang mengambang di dalam cangkir), bukan teh celup. Sekarang, istilah nasgithel juga digunakan untuk teh celup.
Bukan Sekadar Teh Nasgithel
Nasgithelcrot bukan hanya tentang teh an sich tetapi juga tingkat kepuasan yang diberikan oleh teh tersebut yang dirasakan oleh peminumnya. Jadi, meskipun sama-sama teh, sama-sama panas-manis-pekat, nasgithel dan nasgithelcrot jelas berbeda. Ibarat nasi goreng, misalnya, sama-sama dibuat dari nasi yang digoreng tetapi ada yang rasanya biasa ada yang luar ‘binasa’. Saat minum teh nasgithelcrot, bukan sekadar menikmati teh yang membuat mulut mengecap karena panas, manis, dan sepatnya teh tetapi mulutnya menceracau sekaligus mata yang merem-melek karena begitu nikmatnya.
Bila suatu saat Anda minum teh tubruk atau teh celup, baik di rumah sendiri maupun di teras orang, coba Anda amati teh yang sedang diminum dan diri Anda sendiri. Jika Anda merasakan teh itu panas, manis, dan sepat, juga Anda jadi ‘menggelinjang’ keenakan, berarti Anda sedang menyeruput teh nasgithelcrot: panas, legi, kenthel, dan nikmatnya makcrot. 😉
Sumber gambar: koleksi pribadi
Hihi nasgithelcrot, cangkir nya kesenggol, tumpah..
@genthokelir:
panas legi tur kenthel begitu lambang persahabatan tersirat di nasgithel nek mak crot berarti tumpah hahahah
@PS:
@fikimaulani: siap dibikinkan. 😉
@utami utar: wah, sama, dong. 🙂
@erick: ternyata gagal ke #KandangKambing, ya?
@Miftahgeek: ya, istilah Jawa. 🙂
[…] Sampai sekarang, bagi saya kopi Liong Bulan belum ada yang mengalahkan di antara kopi hitam yang beredar di pasaran termasuk kopi dengan merek berskala nasional. Hanya satu yang menjadi pesaing kopi ini dan justru bukan sesama kopi tetapi teh, yaitu teh nasgithelcrot. […]
Dari namanya sudah keliatan itu akronim, beda dengan istilah dalam bahasa Inggrisnya yang ga pake akronim XD
Tapi itu istilah jawa ya kang, saya baru kali ini denger istilah begitu.
tunggulah semalam lagi, nanti saya minum teh di kandang kambing #eh
Mau dong ..
wah, mau nyobain dong,,bikinin yaaa.. hehehe..
tapi fiki bacanya nasgatel masa… -__-
Nasgithelcrot?… :))
@mt: ditunggu saja tanggal mainnya. 😆
Jadi gak sabar nikmatin teh dg pelabelanmu, kang! 🙂