Banyak hashtag (#) dan ungkapan yang diciptakan dalam Twitter. Saya juga tak mau ketinggalan untuk meramaikannya. Beberapa hashtag dan istilah telah saya buat. Apa saja itu?
CPL adalah singkatan dari Colek Pakai Linggis. Apa maksudnya? Ungkapan ini saya ciptakan sebagai ekspresi kekesalan. Meskipun demikian, kekesalan itu sebenarnya tidaklah seserius yang dibayangkan. Mereka yang saya beri CPL adalah teman-teman di linimasa. CPL merupakan bentuk sapaan yang bukan sekedar sapaan biasa tetapi saya merasakannya lebih nendang dan makcrot. Sebagian teman di Rumah Kata Bogor juga kemudian menggunakan CPL untuk saling menyapa. Colek Pakai Linggis memang terdengar sadis tetapi sadis yang penuh kasih sayang. Buat saya, CPL lebih mengakrabkan daripada sekadar ‘colek’ atau ‘CC’ ketika menyapa kawan di linimasa. Sekarang ini, CPL bukan lagi saya gunakan untuk menunjukkan kekesalan tetapi lebih sering untuk menunjukkan keakraban.
CPB atau Colek Pakai Bibir juga bentuk sapaan. Jika CPL terkesan sadis, CPB terasa lembut agak basah malah tapi kadang saya merasakannya agak mesum. Itulah sebabnya saya suka jengah juga ketika menggunakannya untuk teman perempuan. Bukan apa-apa, hanya takut dikira jorok atau kurang ajar. Gara-gara menggunakan CPB lalu saya dituduh melakukan pelecehan seksual, kan susah jadinya? Namun CPB tetap saya gunakan walau beresiko seperti itu. Hanya saja, saya akan menggunakan CPB untuk teman perempuan apabila dia ada di antara teman-teman laki-laki yang saya colek dan saya anggap sudah akrab. Bila tidak, nggak berani ah.
#PerempuanBerkumis adalah hashtag untuk kicauan yang berisi puisi romantis. Saya menikmati ketika harus menuliskan apa yang saya rasakan dalam keterbatasan jumlah karakter. Beberapa teman penasaran dengan hashtag itu dan ada yang menanyakan siapa sebenarnya perempuan berkumis yang saya jadikan hashtag tersebut. Jika anda punya pertanyaan yang sama, silakan baca tulisan berjudul Nawang Wulan agar tidak ikut-ikutan penasaran. Dialah si perempuan berkumis.
#PemimpinTanpaSinggasana merupakan hashtag yang diambil dari judul ebook yang saya buat dan bagikan gratis. Kicauan berhashtag ini berisi segala hal yang terkait dengan manajemen dan kepemimpinan. Anda yang suka akan kepemimpinan dan tentu saja memiliki akun di Twitter, kicauan berbagi saya ini barangkali bermanfaat. Oh ya, ini juga saya bagikan di dinding Facebook. Jadi bila anda tidak punya akun Twitter tetapi memiliki akun Facebook tetap bisa membacanya. Dan jika anda ingin memiliki ebooknya, anda bisa langsung mengunduhnya di sini.
#Crot. Ini yang sekarang jadi sering digunakan oleh teman-teman untuk menyapa saya. Seolah-olah kata ‘Crot’ telah menjadi trademark bagi saya. Sebuah resiko yang tak bisa dielakkan. Dan saya harus menerimanya sebagai bentuk tanggung jawab moral. Kicauan di bawah hashtag itu berisi rupa-rupa dari yang serius hingga yang menjijikkan. Namun yang pasti, entah itu serius maupun sekedar canda, yang jorok maupun mesum, semua disampaikan dengan kalimat yang ringan dan sopan. Khusus untuk hashtag yang satu ini, rasanya saya perlu menceritakan asal-muasalnya. Ah, nanti kepanjangan. Sebaiknya anda baca sendiri deh di tulisan yang berjudul sama, Crot.
Sebagai bentuk rasa hormat saya sekaligus sebagai penutup tulisan, saya colek anda pakai bibir yang sedikit basah ini. Kalau tidak mau, barangkali anda lebih suka menikmati crot yang pasti lebih juicy?
Sumber gambar: koleksi pribadi
Cuma bisa bilang #crot 😉
@unggulcenter: mantap deh kalau urusan makanan nih, Om Unggul
Saya colek pake sambal aja biar pedes ..
@Yusuf Fikri: makasih colekannya
Saya COlek Balik aja Deeeh 😀
@Sheed Bientang: silakan ngecrot kang
Mendadak pengen nge-crot disini …. 😀 kalo kang WKF punya CPL saya CPD aja .. alias Cape Deeeeh! Hehehe