Realistislah. Kehidupan ini tidak melulu putih. Ada hitam di dalamnya. Tak semua teman baik. Di antara mereka, terselip teman yang berhati busuk. Meski disebut teman, tak perlu terkaget-kaget bila ada yang berperilaku dan berniat busuk terhadap kita. Begitu juga yang terjadi di dunia maya. Mengharapkan internet bebas dari hal-hal negatif adalah sebuah keabsurdan. Dunia maya tanpa ada anasir buruk merupakan sebuah utopia. Namun demikian, bukan berarti kita pasrah begitu saja menyaksikan jagat maya bertabur pornografi, toko online palsu, fitnah, sumpah serapah, dan hal buruk lainnya.
Hidup di era media sosial yang makin mewabah ini, kita mesti pandai-pandai bersikap dan bertindak. Bisa saja kita menutup seluruh akses ke dunia maya. Namun itu bukan pilihan yang bijak, saya rasa. Internet bagai sebuah pisau. Bukan dia yang harus dihindari tapi bagaimana kita menyikapinya. Bila kemudian internet itu menyakiti diri kita, introspeksi yang perlu dilakukan. Bisa jadi kita kurang tepat dalam memanfaatkan tersebut. Atau kita tidak tahu bagaimana menggunakan dengan benar. Percayalah, dengan memutus hubungan terhadap internet, bukan berarti kejahatan dunia maya akan berhenti. Ya, kita kemudian memang tidak terpapar segala hal negatif dari internet atau media sosial. Namun, yang juga pasti terjadi, kita kehilangan segala informasi positif yang berasal dari dunia maya. Dengan demikian, harus ada tindakan yang dilakukan untuk tetap mendapatkan hal positif dari dunia maya dan meminimalkan paparan negatif darinya. Kita mesti bisa mengambil ikan tanpa mengeruhkan air kolam dan terciprat lumpur.
Menghilangkan hal buruk di dunia maya jelas tak mungkin. Yang bisa dilakukan adalah bagaimana mengurangi paparan negatif yang datang dari internet. Saya jadi ingat analogi yang pernah diucapkan seorang teman, Banyumurti pemilik blog kuliner banyumurti.net. Konten negatif di dunia maya ibarat kopi. Untuk mengurangi hitamnya kopi, yang bisa kita lakukan adalah menambah air putih sebanyak mungkin. Kita tak mungkin menghapus atau menghilangkan informasi (tulisan, gambar, suara, video) negatif dari dalam internet. Yang perlu kita lakukan adalah membanjiri informasi positif sebanyak-banyaknya. Dengan demikian, jika suatu saat kita mengetik kata kunci di mesin pencari untuk sebuah informasi, yang akan muncul di halaman pertama adalah berita positif. Yang negatif bukan hilang, hanya saja dia tidak akan muncul di halaman pertama mesin pencari. Bila informasi positif yang lebih dahulu terlihat, kemungkinan besar bagian negatif yang ada di halaman berikutnya tidak akan dilirik. Kecuali memang orang tersebut banyak waktu, iseng, dan kepo. Hal ini dulu pernah saya lakukan bersama teman-teman blogger. Untuk melawan kata kunci yang bila diketik di mesin pencari, informasi yang muncul di halaman pertama adalah konten mesum, kami kemudian membanjiri dunia maya dengan cara membuat tulisan di blog masing-masing dengan menggunakan kata kunci tersebut. Hasilnya, saat kata kunci itu diketik, yang bertengger di halaman pertama Google adalah tautan ke tulisan-tulisan yang sengaja kami guyurkan bersama-sama tersebut. Hal semacam itu tentu saja tidak cukup dilakukan sekali. Harus ada upaya menggelontorkan konten positif terus menerus untuk melawan informasi yang juga terus disebar oleh orang-orang ‘jahat’ di dunia maya.
Membanjiri dunia maya dengan informasi positif hanyalah salah satu cara. Kiat lain yang bisa dilakukan dan ini efeknya bersifat jangka panjang adalah mengedukasi pengguna internet untuk berinternet secara sehat dan aman. Banyak pemakai internet yang belum sadar atau bisa jadi tidak paham bahaya yang datang dari media sosial semacam Facebook. Kesadaran untuk menjaga privasi di dunia maya atau berperilaku etis, misalnya, masih minim. Tanpa sadar mereka membahayakan diri sendiri dengan menyebar informasi yang bersifat pribadi semacam foto, nomor telepon, dan lain-lain. Memang hak mereka untuk bersikap seperti itu. Namun, penyesalan baru datang bila akibat tindakan yang dilakukan di dunia maya kemudian berakibat menjadi korban kejahatan atau terjerat kasus hukum.
Bersosialisasi di dunia maya tak ubahnya berkehidupan di dunia nyata. Yang beda hanya media yang digunakan. Ini yang sebagian pemakai media sosial tidak sadari. Keduanya ada aturan main. Etika di dunia nyata, netiquette di dunia maya. Kampanye yang dijalankan ICTWatch lewat program Internet Sehatnya (internetsehat.id) patut diapresiasi. Mereka yang berada di tim Internet Sehat terus-menerus berupaya mendidik masyarakat untuk memanfaatkan internet secara baik dan benar. Bukan sekadar mengapresiasi, kita sebaiknya mengikuti langkah dari Internet Sehat. Hanya saja perlu dicatat, memintarkan pengguna internet memang perlu terus dilakukan agar mereka tidak terjerumus di lubang kelam dunia maya. Namun jangan berharap sisi negatif dari internet akan hilang karena harapan itu akan menjadi sebuah kesia-sian. Kehidupan tak hanya putih. Ada hitam di dalamnya. Begitu juga kehidupan di dunia maya. Itulah hidup. Sehidup-hidupnya.
Sumber gambar: di sini
Faktane sebagian wong kenal internet songko bokep #eh
@njowotenan: Tak kiro ngono.
ya inilah blog seblog-blognya
😉
@mete: 😉