Menjadi sehat pasti pilihan semua orang normal. Sayangnya, tidak otomatis yang dipilih itu bisa dimiliki. Menjadi sesat juga pilihan. Namun, terasa aneh ketika kita mendengar pilihan semacam itu. Sekarang terserah anda, ingin sesat atau tetap ada di jalan manfaat.
Sehat dan sesat sebagai pilihan bukan hanya ada di dunia fana. Pilihan itu juga tersedia di dunia maya. Sehat dalam artian tidak berpenyakit bisa saja dialami pengguna internet. Berada dalam kesesatan mungkin juga dialami orang-orang ini. Lalu, mengapa memilih untuk tersesat? Coba kita bertanya ke diri sendiri dulu, siapa tahu kita bisa menjawabnya. Bila demikian, bisa jadi yang tersesat itu sebenarnya bukan orang lain.
Sehat dalam berinternet artinya selalu memilih internet sehat. Apa itu internet sehat? Ketika anda sengaja membuka situs porno, itu bukan internet sehat. Saat anda lebih suka membaca blog sampah, misalnya blog yang berisi caci-maki terhadap golongan tertentu atau mendiskreditkan agama tertentu, jelas itu perilaku tidak sehat. Jika dikatakan sehat dalam berinternet itu pilihan, faktanya memang seperti itu. Kita bisa memilih kan, mau masuk situs yang bikin sakit itu atau menolaknya?
Banyak godaannya memang, ketika kita ingin berinternet sehat. Bagaimana tidak, ada jutaan iming-iming menyenangkan di dalam internet, baik yang menyehatkan maupun yang membuat sakit. Itu semua menjadi tantangan dan ujian bagi peselancar dunia maya. Iming-iming itu menjadi soal yang harus kita hadapi dan selesaikan agar bisa naik kelas. Layaknya anak sekolah, sebagian dari kita ada yang lulus, sebagian masih harus banyak belajar lagi agar ujian berikutnya dapat lolos.
Kemudahan mengakses situs adalah salah satu pemicu munculnya perilaku berinternet tidak sehat. Akan tetapi, tidak akan ada gunanya jika itu yang disalahkan. Kemudahan tersebut memang akan mengundang banyak pendatang namun semua kembali ke penggunanya. Segampang dan semenarik apapun tidak akan berhasil jika pemakai internet sadar untuk memilih mana yang bikin sehat dan mana yang menyebabkan sakit.
Regulasi yang diterapkan melalui tangan pemerintah juga hanya buang-buang waktu dan tenaga, misalnya penerapan larangan mengakses situs Wikileaks yang saat ini sedang diributkan pihak pemerintah karena dianggap membocorkan rahasia negara. Selama akses internet masih ada, pemerintah tidak akan bisa mengendalikan dahsyatnya laju arus informasi melalu dunia maya kecuali negara ini menutup akses internet untuk rakyatnya. Jika penutupan itu benar-benar dilakukan, barulah situs-situs yang merusak generasi bangsa ini tidak bisa dijangkau. Dan mungkinkah hal itu dilaksanakan? Sangat tidak mungkin, kecuali negara ini sengaja menarik mundur bangsanya dari kemajuan peradaban.
Menutup akses internet jelas sia-sia dan tidak masuk akal. Lalu apa yang harus dilakukan untuk menyikapi semua ini? Mengkampanyekan internet sehatlah yang perlu segera dimulai. Anak-anak dan remaja mulai diajarkan bagaimana menggunakan internet dengan baik dan benar. Mereka perlu dibimbing untuk berpikir dan bersikap sehat dalam berinternet. Situs apa yang baik untuk dikunjungi mulai diperkenalkan. Itu saja tidak cukup memang, harus ada pendukung lain seperti pendidikan yang hasilnya diharapkan bisa menciptakan anak didik yang bisa mengerti dan sadar untuk menggunakan internet dengan baik. Sudah saatnya internet terintegrasi dalam kurikulum dan menjadi bahasan serius. Dengan demikian, ketika anak-anak ini mengakses internet di manapun berada, hasil pembelajaran yang diperolehnya di bangku sekolah bisa menjadi pemandu berselancar secara sehat.
Jika tulisan ini berjudul Sesat Itu Pilihan, faktanya memang seperti itu. Menjadi sesat dalam berinternet sangatlah mungkin. Celakanya lagi, tidak ada seorang atau aturan apapun yang bisa mencegah melakukan hal itu. Satu-satunya orang dan aturan yang bisa menghentikan hanyalah dirinya sendiri. Bila anda sepenuhnya memegang kendali itu, mengapa tidak diarahkan ke yang sehat-sehat saja? Sesat memang pilihan. Itu artinya kita bisa memilih untuk tidak menjadi sesat. Begitu kan?
Sumber gambar: di sini
[…] belum berangkat sudah tersesat duluan. Tapi mungkin saja kan? Coba deh baca tulisan saya perihal Sesat Itu Pilihan dalam […]
@simeyonk: tungguin kunjungan saya 😉
@Omanta: yang penting ada upaya dan komitmen
Wuihhh bener juga antara sehat dan sesat (nggak nyadar). Tapi bagus juga tuh program Tifatul Sembiring U/ menutup akses “Porno” walau targetnya baru 90% sedikit mengurangi kekhawatiran masyarakat (tapi nggak disinggung disini nggak apa, maklum menurut berita kaya gitu sih Pak). Semoga pemenrintahan Indonesia terus meningkatkan pengawasan penggunaan internet, terutama dikalangan pelajar….hehehe pish agh
@ayahnya arcello: yg penting niatnya ya
@zico: inilah ujian yg dihadapi semua pengelana internet
@yahya n: tunggu aja ya
@kangrahmat: siplah, tunggu kesesatan saya 😉
@sjafri mangkuprawira: kalo memilih sesat itu namanya bukan tersesat tapi menyesatkan diri 😉
@cucu hermawan: dah mampir dan meninggalkan jejak 😉
@benz: tunggu aja ya 😉
…tersesat biasanya terjadi karena salah jalan…bisa karena tak tahu jalan, lupa jalan, dan lokasinya banyak berubah…kalau dalam hal akses internet…bisa karenatak disadari atau bisa juga memang dirancang…yg terakhir ini berarti pilihan…sementara kalau tak disadari karena awalnya tak tahu…lalu bisa segera meluruskannya…pendekatan kedua bentuk sesat itu tentunya beragam…bisa melalui pendidikan keluarga, sosialisasi masyarakat, dan pendidikan formal serta dukungan media…agar sesat berinternet bisa berkurang…salut artikelnya bagus….
wah sesat itu pilihan yang harus dihindari mas…bener ga ^^ hehe
nice post
please kunjungi blog saya ya mas,sedang belajar nulis juga nih 🙂
http://simeyonk.blogdetik.com/2010/12/08/pilih-ngenet-sehat-pangkal-hebatatau-ngenet-bejat-pangkal-sekarat/
ooowwww
aku tersesat….
mas silahkan tersesat juga …
http://kangrahmat.blogdetik.com/index.php/2010/11/15/sukes-berat-dengan-internet-sehat-tanpa-perlu-tirakat/comment-page-3/#comment-216
setuju… like this mas, artikelnya menarik….
ditunggu blogwalkingnya ke blog saya
ada orang yang merasa merasa telah tersesat ketika ‘berselancar’ hati nuraninya berkata itu tindakan yang salah. namun kadang setelah itu dia tak menghiraukan kata-kata dalam ‘kata hati’nya’ tersebut. apalagi di dukung dengan Kbps yang cepat…. misal, melihat video p****o contoh konkret’a. tapi ya itu dia, dalam berinternet ria pun ada godaan dan ujian….. semoga keimanan masih kuat melekat dalam hati 🙂
setuju pak…
segala sesuatu-nya itu kembali ke niat kita masing2…
salam kenal pak
http://ayahkuhebat.wordpress.com
@joesukoco: amin. yang mana aja pokoknya laptop 😉
@chandra iman: makasih dan setuju dg tambahannya 8)
Saya tersesat di blog ini hehehehe
Menambahkan sedikit, seharusnya ada hukum yg tegas, dimana pengguna anak2 merasa nyaman dalam mengakses internet tanpa dihantui sesuatu yg tidak pantas mereka lihat (kekerasan,pornografi,dll)
di bantu deh pak
moga laptopnya nyampe rumah bapak?
*laptop yg mana???
@eneng ocha: jangan tinggi2 ya ngangkatnya 😆
sepakaaaaat *angkat jempol*
Komitmen berinternet sehat memang berasal dari diri kita sendiri, itulah yang terpenting… hehehehhe… naiz article…
ditunggu komentarnya yahh..
http://mynotez.blogdetik.com/2010/10/29/internet-sehat-bikin-hebat/
ada-ada aj nih judulnya, menarik sekali.
semoga kita tersesat ke jalan yang benar, hehe 😀
mampir ya
Membangun Peradaban Indonesia dengan Internet Sehat
http://cucuhermaone.blogdetik.com/umum/membangun-peradaban-indonesia-dengan-internet-sehat/