Presiden adalah seorang pemimpin. Namun, seorang pemimpin belum tentu bisa memimpin. Lho? Kan dia pemimpin? Terus ngapain kalau begitu? Itulah fakta yang kadang kita temui di lapangan, pemimpin yang hanya sekedar sebutan dan jabatan.
Ketika gonjang-ganjing terjadi di sebuah negeri, pemimpinlah yang menjadi sandaran bagi rakyatnya. Dialah yang diharapkan sebagai aktor yang akan mengurai simpul keruwetan. Gonjang-ganjing yang ada akan dia tangani demi rakyat, rakyat yang telah mengamanahkan jabatan tersebut di pundaknya. Bersama orang-orang yang menjadi bagian dari lingkaran kekuasaannya, dia bahu-membahu mengatasi masalah itu. Rakyatpun sudah pasti akan membentuk barisan di belakang mereka. Seperti itukah pemimpin di negeri anda? Akankah presiden negeri anda bertindak tegas ketika sebuah lembaga keuangan, misalnya Bank Pencuri, telah merampok harta negara yang pada kenyataannya juga bandanya rakyat? Bersyukurlah bila anda memiliki presiden seperti itu.
Memimpin memang bukan pekerjaan gampang, namun juga tidak susah. Ada sebuah seni tersendiri yang harus dimiliki seorang pemimpin. Dia harus bisa lentur seperti karet tetapi juga kuat sekuat baja. Sebuah kata-kata bijak seorang filosof bisnis dari Amerika, Jim Rohn, rasanya cukup pas menggambarkan bagaimana seharusnya seorang pemimpin.
The challenge of leadership is to be strong, but not rude. Be kind, but not
weak. Be bold, but not a bully. Be thoughtful, but not lazy. Be humble, but not timid. Be proud, but not arrogant. Have humor, but without folly.
Membaca kata-kata itu, pikiran saya jadi melayang-layang. Saya jadi berandai-andai tentang mereka yang memimpin, tentang orang-orang yang dipimpin. Alangkah damai dan tenteram kehidupan orang-orang yang diayomi oleh seorang pemimpin yang kuat tetapi tidak kasar, baik hati namun tidak lemah, tegas tapi tidak menyakiti, penuh pemikiran namun bukan pemalas, rendah hati bukan rendah diri, penuh kebanggaan yang bukan kesombongan, memiliki rasa humor cerdas alias tidak terlihat tolol bin kampungan.
Sering saya mencoba melakukan kontemplasi (*aslinya sih duduk bengong doang*), merenung dan berpikir dengan sepenuh perhatian, untuk menjawab pertanyaan yang melingkar-lingkar di kepala. Seperti yang digambarkan mister Rohn itukah presiden negeri ini? Sayangnya jawaban yang mengiyakan tidak pernah muncul. Justru yang terasa negara ini seperti di jaman wild-wild-west tetapi versi timur yang penuh kesopanan palsu. Nampaknya baik, santun, tetapi ujung-ujungnya korupsi juga. Negara yang serasa tidak memiliki hukum yang bisa digunakan rakyat jelata untuk berlindung.
Tanpa disuruhpun, siapapun walaupun pikun tanpa ampun akan nurut ketika dipimpin seorang pemimpin yang memimpin. Ampuuunnn… ampun.
[…] menjelma menjadi pemimpin sotoy. Dengan ke-sotoy-annya, bagaimana mungkin mereka bisa menjadi pemimpin yang memimpin? Dan yakinkah anda, bis karyawan akan sampai […]
@liz: nanti dicek 😉
yaa bnr bgt pak… bgtu adanya yang ada d negara kita, smakin aja ruwet… udh ngk ada yg bs dpercaya huft 🙂
pak mail liz dah trdftar blm yuaa..?
Gambarnya aja udah “bobby” begitulah kalau penguasa bukan pemimpin (the real leader).. payah ah..
Pak WKF ini memang hebat kang asep, sudah terbukti memimpin AB Priai ! Ini patut diacungi jempol.. kang achoey juga sudah melebarkan sayap..
mudah2an sukses semuanya.. dan pas pemilu nanti sudah mantabh apapun keputusannha termasuk Golput kalau memang ndak ada yang cocok jadi pemimpin kita 🙂
Jika di bisnis ada BICARA (Bisnis Cara Rasul)
Maka dalam kepemimpinan pun harusnya ada PENGACARA (Penegakan Negara Cara Rasul) 🙂
Mudah2an pemimpin Indonesia dapat memimpin seperti yang bapak kontemplasi-kan 😀
Saya harus belajar banyak sama pemimpn seperti pak WKF ini.. 🙂