Memilih Jokowi atau Prabowo di pemilu bulan depan jadi hak seluruh WNI yang sudah ber-KTP. Masalah nanti haknya tidak digunakan alias memilih jadi golput, ya itu urusan sendiri. Masing-masing punya pertimbangan mau memanfaatkan hak pilihnya atau tidak pada 17 April 2019 mendatang.
Andai mau menggunakan hak suara, sebelumnya pastikan jangan dengarkan omongan dan menelan mentah-mentah apa yang disampaikan buzzer dan tim sukses kedua calon. Tak ada kejelekan yang bakal disampaikan. Sudah pasti! Bukan berarti kita hanya mencari hal-hal buruk, tapi kita harus gunakan nalar. Mereka itu ibarat bakul. Tak ada bakul yang menjelek-jelekkan barang dagangannya. Boleh yakin dan percaya apa yang disampaikan mereka, asal sudah melewati cek dan cek ulang yang kita lakukan sendiri.
Negeri ini ketika masih berisi macam-macam kerajaan dan belum bernama Indonesia pernah memiliki seorang pemimpin bernama Gajah Mada. Dia adalah panglima tertinggi atau mahapatih dari Kerajaan Majapahit. Pengangkatannya sebagai mahapatih oleh Tribhuwana Tunggadewi terjadi pada 1334.

Dalam kitab Nagarakertagama, Rakawi Prapanca mengungkapkan 15 ciri yang dimiliki Gajah Mada hingga menjadikan dia seorang mahapatih. Paling tidak, 15 ciri itu bisa kita jadikan patokan saat menentukan pemimpin. Yang terdekat ya pas pilihan presiden nanti.
15 Kehebatan Gajah Mada
Pertama, Wijna. Ketika kisruh, bisa bersikap bijaksana, tidak grusa-grusu atau tergesa-gesa dan asal-asalan, mampu menenteramkan. Bukannya malah bikin ruwet keadaan.
Kedua, Mantriwira. Gagah berani membela negara. Bahkan nyawa melayang dia rela. Kalau hanya masalah ancam-mengancam buatnya, tidak ada apa-apanya.
Ketiga, Wicaksamengnaya. Tahu pasti memperlakukan kawan, juga lawan. Lawan kroco tak bakal dia hadapi sehabis-habis energi. Baginya sudah jelas. Kucing pasar yang mengaum tetap kucing, tak bakal jadi macan.
Keempat, Matanggwan. Amanah. Tak bakal khianat atas kepercayaan yang dilimpahkan padanya. Tidak akan menjadi pagar makan tanaman.
Kelima, Satyabhakti Aprabu. Setia dan patuh kepada pimpinan dan negara. Bila kesetiaan dan kepatuhan ditujukan ke rakyat, ya itu yang akan dia lakukan.
Keenam, Wagmiwak. Seorang orator ulung. Jago menyampaikan maksud dan tujuan dengan gamblang. Karena jelas apa yang disampaikan, kemungkin terjadi salah dipahami sangat kecil.
Ketujuh, Sarjawopasama. Hebat berdiplomasi, penuh kesabaran, dan bersikap manis. Bukan hanya sekadar basi-basi dan cari muka.
Kedelapan, Dhirotsaha. Seorang pekerja keras dan berhati baja. Tak mau diam berpangku tangan dan main perintah meskipun sebagai seorang pemimpin bisa saja hal itu dilakukan.
Kesembilan, Dwiyatcita. Tak segan mendengarkan dan menerima pendapat orang lain, tak masalah dengan musyawarah. Dia tidak sreg dengan orang-orang yang nurut saja, tak punya inisiatif, manusia yang mirip kerbau dicocok hidungnya.
Kesepuluh, Sih Samastabhuwana. Peduli dengan sejarah tanah air sendiri dan sejarah dunia. Dia belajar darinya. Tak dia lupakan begitu saja yang pernah terjadi.
Selanjutnya?
Kesebelas, Tanlalana. Meski banyak masalah, dia tetap terlihat ceria. Dia tahu pemimpin yang mukanya ditekuk tidak enak dipandang dan bikin orang enggan mendekati.
Kedua belas, Ginongpratidina. Selalu melakukan yang hak serta menjauhi yang batil. Mengajak berbuat baik dan meninggalkan yang buruk. Patuh pada amar makruf nahi mungkar.
Ketiga belas, Sumantri. Sadar kapasitas selaku pengemban amanah. Tahu diri tanpa perlu diawasi. Tak akan mencampuradukkan kepentingan negara dengan kepentingan keluarga.
Keempat belas, Anayaken Musuh. Siap menghabisi musuh rakyat atau negara tanpa banyak koar-koar. Jelas tidak benar, sikat!
Kelima belas, Dhirotsaka. Semua kewajibannya dia lakukan dengan kerja keras, penuh tanggung jawab, dan hati teguh.
Bila sepak terjangnya hendak sehebat Gajah Mada, idealnya seorang pemimpin memang memiliki kelima belas ciri itu. Bila tidak, ya setidaknya yang paling banyak. Jika jumlah yang dimiliki kedua calon, Jokowi atau Prabowo, sama banyaknya, itu malah lebih gampang lagi dalam menentukan pilihan. Tinggal pilih mana yang rekam jejak negatifnya paling sedikit.
Jokowi atau Prabowo?
Gajah Mada memang bukan manusia sempurna. Ada sisi negatif yang dia miliki. Ada tuduhan-tuduhan yang dialamatkan kepadanya. Ada ketidakbaikan Gajah Mada yang diceritakan. Banyak mitos menyelimutinya. Begitu juga dengan Joko Widodo atau Jokowi dan Prabowo. Mereka bukan manusia sempurna. Pasti ada hal negatif yang mereka punya. Sekarang, mereka berdua sedang mencalonkan diri menjadi presiden periode 2019-2024. Sebuah kedudukan yang akan membawa negara ini menjadikan rakyatnya adil makmur atau malah sebaliknya. Itu yang sekarang dihadapkan di depan kita. Kita harus memilih salah satunya.
Yang mana pilihan kita, kita sendiri yang menentukan. Saya hanya mengajak Anda untuk tidak jadi golput. Bukan apa-apa. Dengan tidak menjadi golput, setidaknya kita telah menyumbangkan satu suara untuk calon yang kita anggap baik. Itulah bentuk tanggung jawab kita sebagai warga negara. Tidak elok dan cari enak sendiri bila kita tak terlibat tetapi berharap ada perubahan. Perubahan terjadi ya karena ada pergerakan. Ibarat main bola, tidak terjun ke lapangan kok berharap mengegolkan. Masalah ternyata calon kita jadi atau tidak jadi, setidaknya kita telah menggunakan hak suara kita. Atau, misalnya, yang berhasil jadi presiden ternyata kinerjanya tidak sesuai dengan yang kita harapkan, paling tidak kita bukan menjadi penonton sepak bola yang bermimpi menyarangkan bola ke gawang.
Jokowi atau Prabowo bukanlah dewa, bahkan setengah dewa pun bukan. Mereka manusia biasa seperti kita. Yang membedakan dengan orang Indonesia lainnya adalah mereka calon presiden, kita pemilihnya. Entah siapa nanti yang jadi, berharap saja yang terbaik. Sehebat-hebatnya presiden, tetap saja tak akan luput dari kemungkinan berbuat alpa. Nobody’s perfect lah.
Buku Kepemimpinan
Terkait dengan tulisan ini dan juga acara 17 April 2019 nanti, sebuah buku senarai esai telah terbit pada 4 Maret 2019. Masih kebul-kebul. Judulnya Pemimpin Tanpa Singgasana. Bacalah. Siapa tahu itu bisa membantu Anda menemukan jalan terang menuju TPS dan mencoblos calon presiden negeri yang kita cintai ini. Harganya oleh penerbit dibandrol Rp 69.500. Tidak terlalu tebal, hanya 232 halaman. Dan ada foto keren saya di halaman Tentang Penulis. Bila mau beli bisa via online dengan cara mengeklik DI SINI.
Sumber gambar: Gajah Mada dan koleksi pribadi
Mau Jokowi atau Prabowo, ya kita sih biasa saja. Indonesia akan tetap direcoki oleh mereka yang menjadi benalu pemerintahan untuk mengamankan asset para benalu itu. rakyat jelantah sih tetap biasa saja hidupnya. tidak memilih, salah. kalau memilih ya nggak memengaruhi nasibnya. namanya juga jelantah.
gaj ahmada gimana kabarnya?
pesen buku ah.
@MT: Kabar Gaj Ahmada? Entahlah. ;D
Ahahaha..ujung-ujugnya jualan, kecele deh.
Ciri-ciri Gajah Mada ini sangat pantas untuk dijadikan panutan dalam pemilih, seyogyanya emang demikianlah ciri-ciri pemimpin yang baik. Jadi sudah jelas?! 😀
@Pay: Begitulah. Namanya juga bakul.