Apa pun, itu akan tiba masanya dalam hidup ini. Mungkin masa itu tiba buat sesuatu yang akan kita jalani untuk pertama kalinya, atau memang satu-satunya yang akan kita lakoni dalam hidup ini. Tak peduli itu sudah masuk dalam rencana atau belum.
Bila pasti akan tiba masanya, mengapa kita mesti gundah gulana? Mengalir sajalah. Nikmati bila memang sudah datang. Jadikan pelajaran agar kita nantinya naik kelas dalam sekolah kehidupan. Anggap saja sebagai suplemen penambah gairah, atau jadikan obat kuat bila perlu. Tak perlu ngotot untuk menghindar atau berusaha lari menjauh. Kalau memang itu sudah jadi jatah kita, mau diapa-apakan juga pasti akan datang. Baik yang datang itu berupa berkah atau musibah. Kita tak akan bisa menolak jika memang sudah waktunya terkena musibah, misalnya. Kita memang bisa merencanakan solusi, meminimalkan dampak, atau mencoba menghindarinya. Namun kalau musibah itu memang sudah saatnya datang, kita bisa apa? Kita mau apa?
Akan Tiba Masanya Hal Baik dan Buruk
Semua orang pasti akan pernah menjalani sesuatu untuk pertama kalinya. Sesuatu itu bisa hal baik maupun buruk. Adakalanya hal pertama itu sulit dikerjakan. Dan biasanya memang begitu. Hingga kemudian ada yang menyerah begitu saja, ada pula yang nekat melakoninya.
Beberapa waktu lalu ada kisah perihal bagaimana seseorang menyikapi sesuatu yang merupakan hal baru baginya. Karena mendapat pendidikan lebih baik dari orangtuanya yang pedagang kaki lima, dia bisa masuk ke dunia kerja yang berkantor di gedung tinggi di Jakarta. Dia harus berinteraksi dengan orang-orang yang menurutnya berlevel jauh di atasnya. Pokoknya buat dia, mereka itu orang-orang dari dunia lain. Karena pekerjaannya pula, dia makan minum yang belum pernah dia cicipi dan di tempat yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya. Terlihat menyenangkan. Itu kalau untuk orang lain. Baginya, hal baru itu bagai bara yang harus ditelannya. Termasuk ketika awal-awal harus naik lift.
Akibat kengerian itu, dia hendak memutuskan mundur dari pekerjaan yang dilakoni sekarang dan ingin menjadi pedagang kaki lima saja seperti orangtuanya. Baginya, melayani pembeli kudapan yang dijual pedagang kaki lima lebih nyaman dibandingkan bertemu klien dan makan enak di hotel berbintang. Mana yang akan dia pilih, tetap bertahan di tempat yang sekarang atau mengundurkan diri lalu jadi pedagang kaki lima, akan tiba masanya bagi dia untuk menyadari bahwa dia suatu saat pasti akan melakukan sesuatu untuk pertama kalinya.
Kabur Karena Harus ke Singapura
Sebagian orang pergi ke luar negeri seperti perjalanan biasa macam ke kakus di setiap pagi. Entah karena kerja atau memang tersebab kaya raya. Buat yang lain, pergi ke luar negeri hanya masih dalam bentuk mimpi. Meskipun hanya pergi ke negara tetangga. Sebut saja Singapura.
Akan tiba masanya bagi seseorang pergi ke luar negeri untuk pertama kali. Ini bisa menyenangkan bisa pula jadi sesuatu yang menegangkan. Bahkan ada yang kabur tanpa kabar meninggalkan pekerjaan karena tahu dirinya akan diberangkatkan ke Singapura untuk urusan kerja. Ke Singapura adalah pergi ke luar negeri untuk pertama kali baginya. Ini mengerikan. Ketakutannya mengalahkan pikiran jernihnya. Ketakutannya memusnahkan keberaniannya tanpa sisa. Hingga akhirnya membuat dia memilih kabur dan meninggalkan pekerjaan. Sungguh disayangkan.
Akan Tiba Masanya Bagi Tulisan Ini
Ya, akan tiba masanya bagi tulisan ini untuk berakhir. Atau lebih tepatnya sudah tiba masanya tulisan ini diakhiri. Apa yang dialami mereka berdua sama persis seperti yang saya hadapi lebih dari 20 tahun lalu. Namun yang saya lakukan adalah nekat menjalani meskipun jantung mau copot. Saya sadar semua orang pasti akan menghadapi satu hal untuk pertama kali dan harus dilewati. Kalaupun dihindari, di lain waktu bisa jadi akan bertemu lagi. Bila tidak sekarang, kapan lagi?
Bagi siapa pun, akan tiba masanya menentukan sikap, mengambil keputusan: lakukan sekarang atau tidak. Dan itu tergantung sepenuhnya pada jenis manusia yang melakoninya.