Penampilan yang Menipu

0
1592

DON’T JUDGE THE BOOK BY THE COVER, jangan menghukum buku dengan koper. Begitu kira-kira arti dari peribahasa asing itu. Merasa aneh dengan artinya, atau asing dengan peribahasa itu karena belum pernah ketemu atau disebabkan bukan bahasa kita?

Tentu saja arti yang saya sampaikan itu hanya sekedar guyonan belaka. Bukan itu arti yang sesungguhnya. Kita akan lihat lebih banyak tentang arti sebenarnya nanti. Jika anda merasa asing dengan peribahasa itu artinya anda harus belajar lagi. Membaca, nonton film, mendengarkan lagu, ngobrol, terlibat dalam kegiatan, banyak cara yang bisa kita lakukan untuk menjadi lebih pintar dan lebih tahu banyak. Peribahasa itu bukan diciptakan sekedar untuk lucu-lucuan. Peribahasa itu sudah ada sejak lama dan bisa diterapkan dan menjadi pelajaran dalam kehidupan ini.

Saya pernah membaca sebuah kisah, dan saya yakin banyak cerita sejenis pernah ditulis, tentang seorang yang ditolak karena penampilannya. Kisah ini merupakan kejadian nyata di balik berdirinya Universitas Stanford yang terkenal di Amerika.

Kisah itu diawali dengan sepasang suami istri setengah umur yang baru saja turun dari kereta di Boston. Pakaiannya menunjukkan orang desa kebanyakan, bukan sepasang hartawan. Tujuan mereka ingin bertemu dengan pimpinan Universitas Harvard.

Sekretaris pimpinan menyambut mereka dengan ragu-ragu. Ketika mereka mengutarakan maksud ingin bertemu dengan pimpinan Harvard, langsung dijawab pimpinan sedang sibuk dan tidak bisa diganggu. “Saya akan menunggu,” kata yang perempuan.

Sudah berjam-jam mereka menunggu dan sekretaris tidak mempedulikannya dengan harapan mereka akan pergi. Sayangnya mereka tidak pergi. Sekretaris itu menjadi frustasi dan dengan sangat terpaksa menemui pimpinan untuk mengabarkan tamu miskin yang bandel.

Orang sepenting pimpinan Harvard tentu saja tidak memiliki waktu untuk orang miskin dari desa itu. Tetapi bila tidak ditemui, mereka tentu tidak akan pergi dari hadapannya. Dengan tampang angkuh dan menyepelekan, dia menanyakan apa kepentingan sepasang suami istri udik itu.

Wanita udik itu kemudian bercerita, “Putra kami dulu pernah kuliah di kampus ini selama satu tahun. Dia sangat mencintai Harvard. Dia senang ada di sini. Namun kira-kira setahun yang lalu, dia meninggal dalam kecelakaan. Suami saya dan saya ingin mendirikan sebuah kenang-kenangan di kampus ini.”

Pimpinan Harvard tidak tersentuh dengan kisah itu tetapi terkejut. “Ibu,” katanya dengan nada tinggi, “kami tidak mungkin membuat patung untuk setiap mahasiswa yang pernah kuliah di sini kemudian mati. Bila kami melakukan itu maka kampus ini akan menjadi seperti kuburan.”

“Oh, bukan itu.” Perempuan itu menjawab dengan cepat. “Kami tidak ingin mendirikan patung. Kami hanya ingin menyumbang sebuah gedung untuk Harvard.”

Pemimpin itu terbelalak matanya mendengar kata-kata tamunya. “Sebuah gedung? Tahukah ibu, berapa biaya yang dibutuhkan untuk mendirikan sebuah gedung? Kami telah menghabiskan lebih dari 7,5 juta dolar untuk membangun kampus ini.”

Perempuan itu diam sesaat. Pemimpin Harvard senang melihat hal itu. Mereka pasti akan segera pergi. Sambil menghadap suaminya, perempuan itu berbisik, “Hanya sebesar itu untuk mendirikan universitas? Bagaimana jika kita dirikan universitas saja?” Suaminya mengangguk, sedang pimpinan Harvard bingung melihat kedua tamunya.

Tuan dan nyonya Leland Stanford kemudian pamit dan pulang. Mereka tinggal di Palo Alto, California tempat mereka kemudian mendirikan sebuah perguruan tinggi dengan menggunakan nama mereka untuk mengenang anak laki-lakinya yang sudah tidak diperhatikan lagi oleh Harvard. Kampus itu bernama Universitas Stanford, yang sekarang merupakan universitas bergengsi di Amerika.

Seperti itulah kira-kira arti dari don’t judge the book by the cover. Jangan hanya menilai seseorang hanya dari penampilannya. Kadang-kadang penampilan itu menipu. Orang desa yang biasa hidup dan tinggal dalam lingkungan sederhana dan bersahaja, meskipun kaya raya mereka tidak akan seglamour orang-orang yang tinggal di kota. Orang yang pendiam belum tentu orang bodoh. Mereka yang pinter omong belum tentu otaknya berisi. Anda tentu akan sangat sakit bila diperlakukan tidak selayaknya hanya karena penampilan. Kadang kita ini tidak sadar bahwa buah maja yang menggiurkan itu ternyata dalamnya pahit dan beracun sedang durian meskipun berduri, isinya legit.

Mari kita mulai dari diri sendiri dan sekarang, jangan pernah lagi kita melayani orang semata-mata hanya karena melihat penampilannya. Siapa tahu perempuan yang kita layani dengan manis karena dia cantik ternyata punggungnya bolong. Hiiiiii….

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here