Terutama bagi pecinta buku, nama Moammar Emka barangkali sudah tidak asing lagi. Buku kisah esek-eseknya, Jakarta Undercover, begitu fenomenal pada saat itu. Dia sendiri tidak menyangka buku itu bisa begitu laris.
Ngobrol dengan Emka ternyata menyenangkan. Cara bicara dan gerak tubuhnya membuat yang diomongkan begitu hidup dan menarik, seperti tulisan-tulisan dia. Kesempatan bertemu dan berbincang dengannya saya dapat ketika menghadiri acara mingguan Rumah Kata Bogor. Dalam acara itu, buku Emka yang akan dibedah adalah Cinta Itu, Kamu. Namun dalam prakteknya bukan buku itu yang dikupas, justru lebih banyak hal lain yang diulas. Namun demikian, yang didapat tetap manfaat. Beragam hal terkait penulisan buku dan penerbitannya saya peroleh dari obrolan dengannya.
Selain menulis buku, Emka ternyata seorang pebisnis penerbitan yang handal. Lini bisnisnya memiliki 16 perusahaan penerbitan yang setiap bulan bisa menerbitkan rata-rata 300 judul buku. Yang menarik, hampir semua genre dimasuki oleh jaringan bisnisnya. Target pembacanya juga beragam, dari anak-anak sampai orangtuanya. Hanya saja, akan lebih yahut jika kelompok penerbitan yang dikelola ini bisa menghasilkan buku yang harganya sangat murah. Dengan harga yang terjangkau, barangkali bisnis buku bukan lagi menjadi bisnis marjinal dan prosentase penduduk negeri ini yang membelajakan duitnya untuk buku bukan lagi hanya 2,5%. Kadang-kadang saya iri bila melihat India bisa menjual buku dengan harga yang sangat murah meski kualitas kertasnya tidak sebagus buku terbitan bangsa ini. Yang penting isinya kan? Sayang saat ketemu Emka saya lupa menanyakan hal ini, yaitu mengapa buku di negeri tercinta ini begitu mahalnya. Mudah-mudahan Emka mau menjelaskannya di sini. Gimana mas?
Moammar Emka sadar bahwa dirinya saat ini telah menjadi orang terkenal sekaligus tercemar. Dia sendiri mengatakan hal itu dalam perbincangan sore itu. Bahkan pernah dalam satu acara bedah bukunya di suatu daerah, salah seorang pengunjung membawa samurai. Bukan sebagai hadiah tetapi ancaman untuknya karena bukunya dianggap menjadi media propaganda kemaksiatan. Keributan apa yang terjadi kemudian tidak dia jelaskan, yang pasti dia selamat. Sebagian orang menganggap Jakarta Undercover sebagai buku pemetaan tempat maksiat di Jakarta. Meski banyak buku tentang seks, buku Emka ini lebih bisa menarik perhatian banyak orang sekaligus menjadi kontroversi karena menggunakan bahasa yang ringan dan mudah dicerna, dikemas dengan menarik, dan yang terakhir sekaligus menjadi sorotan, ditulis oleh seorang jebolan pondok pesantren.
Menulis terkenal dan tercemarnya Moammar Emka tidak akan ada habisnya bila tidak saya hentikan sekarang. Begitu banyak dimensi yang bisa ditulis tentang dia. Buat mas Emka, terima kasih telah mau berbagi dan maaf baru sekarang tulisan ini saya unggah. Semoga saya punya kesempatan untuk bertemu dan berbincang kembali dengan anda entah itu di Rumah Kata Bogor atau di mana.
Sumber gambar: koleksi pribadi
@Rusdi Umar: setuju 🙂
Buku ‘under cover’nya Mas Muammar Emka, emang menyajikan fakta dan relitas maksiatnya Jakarta. Sebuah buku yang pantas dan layak dikatakan buku porno. Tak ada yang negatif jika kita pandai memilih dan memilah hikmah.
@Dwi Wahyudi: bukunya yg Jakarta Undercover memang menuai kontroversi 😉
Wah, pingin banget bisa bertemu dengan penulis-penulis kondang seperti Mas Moammar Emka. Gaya tulisannya yang khas dan sedikit kontroversial karena memperlihatkan fakta di lapangan menunjukkan bahwa penulis ini memiliki tingkat kepedulian sosial yang tinggi. Trims…
@Iyud: gurunya juga akan serem kali kalo tau 😉
@julie: ya nggak papa, pilih saja mana yg suka 😉
saya suka buku “cinta itu” nya mas Moammar Emka
tapi sy tak suka buku jakarta undercovernya
#eh
😀
Tokoh yang menarik…
Mau sedikit cerita..
Dulu waktu saya SMA, ada teman yang membawa buku Jakarta Undercover. Saya pinjam buku itu dari teman, tapi bacanya sambil sembunyi-sembunyi, takut ketahuan guru. Buku itu memang agak “serem”..