Sabtu sore ini saya habiskan dengan menikmati alunan musik jazz dalam acara Bogor Jazz Reunion 2011 di SKI Bogor. Dengan berbekal tiket yang dibagikan Idang Rasjidi, saya berangkat bersama istri ke lokasi pertunjukan.
Bogor Jazz Reunion adalah pertunjukkan musik jazz bergengsi pertama yang saya nikmati di Kota Hujan ini. Dengan menampilkan musisi dan penyanyi jazz papan atas seperti Idang Rasjidi, Tompi, Kemala Ayu, Sastrani Titaranti dan yang lain, acara ini begitu memikat. Musik jazz yang buat sebagian orang dianggap musik berat telah berhasil menggairahkan Sabtu sore saya.
Meski menggairahkan, bagi saya sendiri jazz termasuk jenis musik yang tidak sering saya nikmati. Namun demikian, tetep, saya akan terbawa ketika mendengarkannya. Saat mereka memainkan musik tersebut sore ini, badan dan kaki sayapun tidak bisa diajak diam. Tarian jemari mereka di atas tuts dan senar gitar membuat saya terkapar. Gebukan tongkat drum membuat saya terkagum-kagum. Saya harus mengakui, jazz memang indah. Kalau menggunakan bahasa saya, “Jazz memang makcrot!”
Bogor Jazz Reunion 2011 bisa terselenggara karena peran banyak pihak tentunya. Namun yang menjadi pusat perhatian bagi saya, barangkali juga penonton lain, adalah seorang biang jazz Indonesia yang telah malang melintang di industri musik jazz selama 41 tahun, Idang Rasjidi. Dengan puluhan penghargaan yang telah dia terima dari luar negeri, tidak salah bila dia disebut sebagai musisi jazz internasional. Ikon jazz Indonesia ini tidak lagi milik Indonesia tetapi sudah menjadi milik dunia. Banyak undangan yang dia terima untuk manggung di luar negeri. Saya beruntung bisa mengenal Idang Rasjidi lebih dekat. Dia biasa saya panggil Bang Idang sebagai bentuk kekaguman atas talenta dan prestasi yang dimiliki dan hormat saya terhadapnya.
Perkenalan saya dengan ikon jazz Indonesia ini berawal dari ketertarikan saya untuk bergabung dalam sebuah komunitas pecinta sastra yang menamakan dirinya Rumah Kata Bogor (RKB). Komunitas ini difasilitasi oleh Bang Idang dengan merelakan rumahnya menjadi markas. Bukan hanya rumah, Bang Idang sendiri juga selalu menyumbangkan pikiran dan terlibat diskusi dalam kegiatan bedah buku yang diberi nama Bincang Buku Kamisan bila dia ada di rumah.
Dari beberapa kali tatap muka dengannya, saya menemukan hal lain di luar urusan musik. Sampai saat sebelum berjumpa dengannya, saya cuma tahu yang namanya Idang Rasjidi hanyalah seorang musisi jazz. Namun semenjak berhadapan dan terlibat obrolan dalam acara rutin yang diadakan setiap Kamis malam oleh RKB di rumahnya, saya menemukan hal-hal menarik dan luar biasa dari Idang Rasjidi di luar musik. Banyak kisah inspiratif yang dia ceritakan. Salah satunya misalnya tentang proses pembangunan Pelabuhan Internasional Bangka yang dia sangat terlibat di dalamnya. Begitu juga tentang kepemimpinan. Banyak pelajaran tentang hal ini saya dapatkan darinya.
Tiket Gratis Bogor Jazz Reunion 2011
Ketika perhelatan musik yang bertajuk Bogor Jazz Reunion 2011 digelar, para penghuni RKB yang menjadi asuhan Bang Idang juga diundang. Tentu saja kami tidak perlu mengeluarkan uang sepeserpun untuk tiket masuk. Pentas teater, baca puisi, dan musik jazz yang ditampilkan dalam acara tersebut dari sore hingga malam hari menjadikan Bogor begitu menyenangkan. Saya langsung lupa dengan julukan Kota Seribu Angkot bagi Bogor, selain Kota Hujan.
Sebagaimana yang disampaikan Bang Idang dalam Bogor Jazz Reunion 2011, mudah-mudahan saja rencana menggelar acara sejenis secara rutin bisa terealisasi, bukan hanya berskala lokal atau nasional, bahkan juga international.
Sumber gambar: koleksi pribadi
Ah Bogor Jazz Reunion…
Saya pasti hadir di Bogor Jazz Reunion 2014. Mungkin saya datang sendiri, karena istri enggan diajak.
Masih kepikiran pulang ke sukabumi seusai pergelaran. Ada hotel murah sekitar area pergelarannya gak Kang?
Salam Jazz dari saya di Sukabumi,
@Titik Asa: daripada bingung cari hotel, menginaplah di #KandangKambing bila mau. 🙂
[…] musik pernah saya buat, tapi hanya secara sekilas, ketika menuliskan sebuah kegiatan semacam Bogor Jazz Reunion. Untuk tulisan ini, saya mencoba lebih mendalam mengulas tentang musik. Mengapa jazz? Itu […]
@Khrisna Pabichara: salam makcrot!
Makcrot, Mas.