Memang Marissa Haque Doktor?

65
3510
(foto: okezone.com)

Blogger juga manusia. Dia punya perasaan. Karena dia manusia, tentunya dia tahu apa itu tanggung jawab. Bagaimana dengan Marissa Haque?

Karena Marissa Haque memiliki blog, bahkan kabarnya sampai berjumlah 48, pantaslah dia disebut seorang blogger. Marissa Haque juga manusia tentunya, malah seorang figur publik yang doktor, tapi sayangnya dia masih perlu belajar arti tanggung jawab. Bertanggung jawab atas perbuatannnya memanipulasi komentar yang masuk di blog dia menjadi sebuah fitnah. Ya, itu yang harus dia lakukan, belajar menjadi blogger yang bertanggung jawab. Masalah lain yang sedang dia hadapi bukan berarti menjadikannya bisa melakukan tindakan sesuka-sukanya tanpa disertai tanggung jawab.

Perihal perseteruannya dengan keluarga Addie MS, itu urusan dia. Saya awalnya juga tidak peduli dengan masalah tersebut yang ternyata sudah terjadi bahkan sebelum ada Dee Kartika Djoemadi. Bila sekarang saya menuliskannya, itu dikarenakan perilaku dia yang tidak bertanggung jawab dan tidak etis terkait dengan blog. Tidak menyangka seorang figur publik dan yang membangga-banggakan gelar akademiknya mau berbuat curang. Jelas kontradiktif. Yang disayangkan lagi, banyak tulisannya berisi caci maki dan hujatan serta merendahkan orang lain. Jauh dari cerminan seorang intelektual dan figur publik. Salah satu contohnya adalah kalimat “… tidak heran kelakuan dia sangat tidak berbudaya karena memang standar S1 sih ya?” yang ada di dalam tulisan berjudul begitu panjang bak rangkaian KRL “Marissa Haque Fawzi: Terimakasih Mas Buni Yani @buniyani di Leiden, Belanda”. Pantaskah seorang doktor menulis seperti itu meskipun tulisan tersebut ditujukan untuk Dee Kartika Djoemadi? Dia lupa bahwa di negeri ini banyak lulusan S-1, dan lebih banyak lagi di bawah S-1 atau bahkan yang tidak sekolah. Tulisannya telah melukai perasaan banyak orang. Tak terbayang berapa banyak rakyat Banten yang hatinya akan terluka seandainya dia berhasil menjadi Wakil Gubernur Banten dalam pencalonannya tahun 2006. Untungnya, tidak.

Pantaskah figur publik yang mengaku doktor menulis seperti ini?

Ketika dua komentar yang sengaja saya buat di dua tulisannya dihapus, hal itu sudah saya perkirakan. Saya hanya bereksperimen dan menunggu perubahan apa yang akan dia lakukan terhadap dua komentar tersebut seperti yang dia perbuat terhadap komentar teman-teman saya: Nonadita, Rudigints, dan Harris Maulana. Sayangnya eksperimen tersebut gagal. Namun komentar dari Harris Maulana berhasil di-screenshoot sebelum dia hapus dan bisa dijadikan bukti kelakuan bodoh Marissa Haque. Selain namanya, komentar milik teman itu diubahnya habis-habisan.

komentar @rudigints setelah diubah menjadi fitnah dan komentar @wkf2010 yang tidak ditampilkan
komentar @wkf2010 yang masih menunggu moderasi dan akhirnya tidak ditampilkan

Sebagai blogger, saya hanya fokus kepada ketidakjujuran Marissa Haque memanipulasi komentar yang masuk ke dalam blognya. Komentar tersebut dia ubah menjadi fitnah dan hujatan yang akhirnya dia hapus. Saya dan teman-teman blogger menuntut penjelasan dari dia melalui akun Twitternya atas tindakan tidak etisnya itu. Namun apa jawaban yang dia berikan? Kami disuruh fokus pada kejahatan Dee Kartika Djoemadi! Sungguh konyol dan aneh.

Mengubah komentar dalam blog tidaklah ditabukan. Itu sebabnya fasilitas moderasi disediakan oleh mesin blog semacam WordPress. Namun tentunya ada hal-hal prinsip yang harus diperhatikan dalam mengubah suatu komentar. Membenarkan tanda baca yang salah, kosakata vulgar, atau tata bahasa acak-acakan, wajar bahkan harus dilakukan. Tetapi memanipulasi isi komentar apalagi menjadi fitnah adalah perbuatan tercela dan tidak beretika. Akan sangat merendahkan pelakunya lebih-lebih bagi orang sekelas Marissa Haque.

sebelum diubah
setelah diubah

Jika kemarahan Marissa Haque terhadap Dee Kartika Djoemadi karena kicauannya di Twitter diungkapkan dengan lebih elegan dan santun, barangkali orang lain termasuk para blogger akan memaklumi. Bahkan mungkin orang tidak ikut-ikutan mempertanyakan keabsahan gelar doktor yang disandangnya. Namun ketika ledakan kemarahannya melupakan kesantunan dan akal sehatnya sehingga membabi buta dalam membuat tulisan di blog, berkicau di Twitter, berkomentar di Youtube, dan yang paling fatal mengubah komentar menjadi fitnah, orang kemudian bertanya, “Apakah betul Marissa Haque seorang doktor?” Dengan aksinya yang berlebihan itu bahkan akhirnya orang-orang memperkirakan dia menderita kelainan jiwa. Tanda-tanda skizofrenia, megalomania, dan paranoia yang didefinisikan KBBI Daring memang cocok dengan kondisi Marissa Haque saat ini.

 

ski·zo·fre·nia /skizofrénia/ n penyakit jiwa yg ditandai oleh ketidakacuhan, halusinasi, waham untuk menghukum, dan merasa berkuasa, tetapi daya pikir tidak berkurang

me·ga·lo·ma·nia /mégalomania/ n Psi kelainan jiwa yg ditandai oleh khayalan tt kekuasaan dan kebesaran diri

pa·ra·no·ia n Psi penyakit jiwa yg membuat penderita berpikir aneh-aneh yg bersifat khayalan, spt merasa dirinya orang besar atau terkenal; penyakit khayal;

Motivasi Dee Kartika Djoemadi berkicau tentang ketidaklayakan disertasi Marissa Haque memang perlu dipertanyakan. Namun demikian, apa yang dilakukan Dee tersebut tidak salah-salah amat. Bisa saja Dee melakukan itu sekedar menginformasikan ke khalayak karena Marissa Haque memang figur publik. Jika Marissa kemudian jadi marah, itu justru menimbulkan tanda tanya. Ada apa ini? Selain itu, yang saya tidak habis pikir, mengapa Marissa Haque menanggapi begitu emosional sehingga mengabaikan kesantunan? Sampai-sampai menghalalkan fitnah melalui pengubahan komentarpun dia jalani.

Marissa Haque ini seperti orang yang kebakaran jenggot. Dia membabi buta mencari pembenaran untuk menyerang lawannya. Itulah sebabnya ketika ada seorang pengguna Twitter bernama @buniyani berkicau menyatakan status S-2 dan S-3 Dee Kartika palsu, dia langsung memanfaatkannya sebagai bahan tulisan. Sayangnya data @buniyani tentang S-2 itu terbukti salah dan @buniyani tanpa ada beban telah meminta maaf atas kesalahannya itu. Tinggal status S-3nya yang sampai tulisan ini dibuat masih belum jelas. @buniyani dan @DeeDeeKartika yang kemudian berubah menjadi @KartikaDjoemadi, keduanya ngotot menuntut pembuktian dengan cara masing-masing. @buniyani meminta @KartikaDjoemadi memindai ijazahnya kemudian diunggah sedangkan @KartikaDjoemadi mengundang dia dan memberi waktu hingga 25 Januari untuk melihat langsung ijazah-ijazahnya. Siapa yang benar dalam hal ini, kita tunggu saja. Banyak orang, terutama blogger dan akademisi, berharap kebenaran bisa segera diungkap.

Selanjutnya, muncul pertanyaan baru tentang Dee Kartika Djoemadi. Mengapa dia mengubah nama akun Twitternya dan profil dia di halaman Founder di situs miliknya (http://spindoctors-indonesia.com/founder.php)? Awalnya halaman tersebut terdapat kata-kata “Ph.D graduated from Universiteit van Amsterdam, The Netherlands”. Setelah investigasi atas keabsahan gelar Ph.D tersebut gencar dilakukan, kata-kata itu dia hilangkan. Apakah Dee Kartika telah membohongi publik untuk gelar Ph.D-nya itu? Celakalah dia bila hal itu benar-benar dia lakukan.

Dee Kartika Djoemadi pasti memiliki tendensi atas kicauannya di Twitter. Dalam menanggapi hal itu, mengapa Marissa Haque tidak menunjukkan saja surat keterangan lulus ujian doktoralnya ke publik? Selesai urusannya! Bila selanjutnya dia mau memperkarakan dia secara hukum, silakan saja. Atau Marissa Haque ini sebetulnya belum benar-benar lulus? Artinya Marissa Haque sebenarnya baru berhasil di ujian tertutup sedangkan ujian terbukanya belum dijalani. Jika dua video yang dia tautkan di dalam tulisan berjudul “Mulut Kotor Penyanyi Baru Dee Djumadi Kartika Trionya Memes Addie MS Motivasinya Apa Ya?: Marissa Haque Fawzi” adalah rekaman Marissa Haque saat setelah ujian tertutup, maka dia masih memiliki satu kewajiban lagi yaitu menyelesaikan ujian terbuka. Bila dalam ujian terbuka ini dia dinyatakan lulus maka barulah gelar doktor itu secara sah menjadi miliknya dan dia berhak memajang gelar akademik itu di depan namanya.

Sekarang, bisakah Marissa Haque menunjukkan ijazah S-3nya atau setidaknya surat keterangan lulus ujian terbukanya? Sekaligus untuk menyangkal berita ujian sidang terbukanya baru akan dilaksanakan 17 Januari nanti. Jika tidak, apalagi ditambah tulisan-tulisan dia yang tidak mencerminkan kualitas seorang doktor serta hutang klarifikasi dia terhadap pengubahan komentar teman-teman blogger yang tidak (belum) dia bayar, wajar saja bila kemudian timbul pertanyaan, “Memang Marissa Haque doktor?

65 COMMENTS

  1. Wah, terlambat saya baca tulisan ini.. Ini namanya tulisan KUPAS-TUNTAS tas tass.. setuntas-tuntasnya.. 😀

    Apa kabarnya ya ‘battle’ dia dgn blogger?

  2. Tingginya pendidikan bukan berarti bisa mengklaim kebenaran atas apa yang disampaikan, apalagi jika digunakan untuk merendahkan orang lain yg pendidikannya lebih rendah, tentu ini tidak sesuai dengan kaidah keilmuan.
    Bukankah orang tua kita juga memiliki pendidikan lebih rendah dari kita. Bukankah banyak juga para pahlawan yang berjuang untuk memerdekakan Indonesia, yang tidak sarjana. Bahkan mungkin guru-guru SD kita dulu masih ada yg belum sempat melanjutkan pendidikannya ke jenjang S-1. Tapi mereka semua adalah orang-orang cerdas, mereka adalah orang orang yang bijaksana dan sangat terhormat, karena jasa-jasanya. Orang-orang ini justru memiliki derajat lebih tinggi ketimbang kita.
    Ketika orang yg berpendidikan tinggi memiliki perilaku sama dengan preman, yg suka mengumpat dan berbicara kasar, bukankah berarti orang semacam tidak menghargai nilai-nilai keilmuan yg telah dipelajarinya melalui pendidikan tingginya….
    Mudah-mudahan kita dijauhkan dengan perilaku-perilaku seperti ini. Insya Allah…
    Selamat siang sobat baik, wongkampung…

  3. sangat menarik mas tulisanya,,,, namun saya kok berfikir agak lain ya, stelah perangnya selesai… sepertinya ini bagian marketing mbak MH aja,,,, drama ini memang dibiarkan menjadi sedemikian rupa menjadi sesuatu yang mengungkap dan menyigkap banyak orang, liat aja kita akhirnya jadi mengenal lebih jau keluarga fawzi … bella, chikita, adiems,memes,kevin, christinpanjaitan de el el, semuanya jadi banyak penggemar yang penasaran… dan kita jadi tau betul bahwa MH nimba ilmu disana sini…arrrghh jangan2 dia mau nyalon lagi… artinya bahwa sebenernya memang mereka yang nota bene sahabatan lama sama2 membentuk sesuatu untuk di blow up.. akhirnya jadi deh…. .. terkenal lagi.. tapi pandangan positifnya :mungkin juga si MH memang panik mau ujian biasalah… klo mau ujian terbuka bukanya panik? tapi dia mah paniknya terlalu! oya mba MH salut deh klo ini strategi marketing anda hehehe… cuma besok besok sensasinya agak cerdas dikitlah jadi ga balik mjd stigma buat yunda…salam

  4. @DeeDee Kartika Djoemadi: Susah yo mbak mercayani menungsa ning internet, termasuk komentar sing mbok tulis iki. Piye leh mboktekke yen pancen awakmu sing asli sing nulis komentar iki? 😉

  5. Dear Mas Wongkamfung..

    Demi Tuhan komentar nomor 11 yang mas bilang “aneh” itu bukan saya yang menulis, saya baru kali ini menuliskan komentar di blog mas ini.. Kita semua tau siapa yang sering merekayasa komentar orang kan mas? hehehe.. mudah-mudahan kebiasaannya merekayasa komentar orang dan membolak-balikan cerita menjadi sebuah fitnah segera hilang seiring dengan telah lulusnya beliau menjadi seorang Doktor..

    Terimakasih atas tulisan di blog-nya mas, kami semua sangat mengapresiasi rekan-rekan blogger yg telah menuliskan ini semua..

    Salam hormat,
    DeeDee Kartika Djoemadi

  6. Masalahnya kayanya MH masih cemburu atau sebel karena AM sama MMS kan partner double datenya IF sama CP, terus sekalian mungkin ini cara MH pengumuman kalo dia dah S3 😀

  7. Suka dengan tulisanmu mas. Izin tadi saya izin tweet dari akun saya. Kecewa dengan Marissa yang katanya berpendidikan itu tapi tidak punya etika di social media. Apalagi sampai berani ubah komentar orang yang bisa berujung pada fitnah. Salut deh sama suaminya mbak Marissa. Tersabar setelah suaminya Cut Tary *salah fokus* Mungkin teman2 blogger mau ramai-ramai approach Marissa untuk kasih training khusus mengenai etika sosmed, mungkin? 😀

  8. Wow seumur2 baru kali ini yah ampe ada yg rubah komen di blognya, gk etis dong, sedih sih liat bloq nya MH krn semua perempuan yg dibicarakan kan punya keluarga yang perasaannya jg hrs dilindungi, btw two thumbs up sih utk suami n anak2 MH yg dgn kerendahan hati meminta maaf. Agak kecewa yah klo dia bawa2 pendidikan karena knowledge seseorang tdk hanya ditentukan dari selembar kertas ijasah, I hope she get her lesson.. Like my mom always said “Mulutmu Harimaumu”

    *ktp tangerang lg – untung golput faham ya!! :b

  9. @Malik: nggak, saya nggak akan malu, justru berterima kasih. 🙂
    Di mana tidak berimbangnya? Porsi Dee Kartika kurang banyak? 😉
    Dan mengapa terus bersembunyi, saudaraku? Keluarlah. Kalau perlu kita ngobrol-ngobrol sambil ngopi di Bogor. :mrgreen:

  10. WKF: kalo pengen tahu koreksi sendiri dari pd kalo saya yg nunjukkan ntar kamu malu… Lagian tulisan u sangat tidak berimbang.

  11. komentator no.11…: lagi-lagi ngintilll aja, di mana-mana dia komen, isi dan gaya bahasa sama..gak sadar apa kalo dia yg menjadi obyek artikel ini? Kasihan …

  12. Setau aku mendapat gelar doktor di IPB nda mudah lho,mmg ada 2x ujian yg pertama ujian tertutup lalu yg ke 2 orasi secara terbuka dan itu pengujnya nda sembarangan..mgk mh baru ujian pertama kali yee tp kan belum boleh make tuh gelar klo blm ujian yg ke 2..btw gmn tuh ye perasaan si mh yah, anknya and suaminya minta maaf ke adhie ms utk kebodohan ( kata suaminya lho ) yang sudah dilakukan istrinya.

  13. gelar akademis secara aspek legal hukum (mungkin) Doktor, tapi secara moral you know lah. silakan dinilai sendiri ya. masing-masing punya cara penilaian dan sudut pandang yang berbeda…

    salam,

    Arief Wicaksono
    cuma sarjana (yg kuliahnya molor abis)

  14. MH mngkn cerdas secara intelijensia, tapi tampaknya dia punya keterbelakangan secara emosional. Padahal yang terakhir ini yang justru membedakan antara manusia normal dan manusia “abnormal”. Barangkali bu MH lebih bahagia dengan ke”abnormal”-nya. Hidup S1!!! 😀

  15. Wahh,,sepakat dg tulisan pak Wkf, saya sempat kepo juga dengan ibu MH ini. Waktu buka blognya yang entah ada berapa dan juga parahnya pakai bawa-bawa nama orang lain, saya benar2 terkesima skaligus miris. Pertama pilihan bahasa yang dipakai, wuih kasar abisss,,serem aja bacanya. Yang kedua kenarsisannya amat sangat mengkhawatirkan kalau kata saya. Di blognya ditempeli poto2 segede gaban plus video2 nya dan pasti semua yang melihatnya pasti berpikir well she’s seriuosly need a ‘help’.
    Dan tentang kata2 yang menyinggung lulusan S1, well siap2 saja kalau ada pihak yang tidak terima, bayangkan aja ada berapa lulusan S1 di Indonesia,,
    Kebayang yah kalo si ibu ini kepilih jadi gubernur,,duhh,,super duper miriss,,
    Dia berjilbab, hajah, tapi kok seperti itu ya sifatnya,,kasian keluarganya ya,,

  16. Jawabannya sederhana: kalau semata gelar akademik, boleh jadi Marissa Haque meraih gelar itu di mana saja selama biaya dan waktunya cukup luang untuk menimba ilmu Strata-3. Soal penelitian ilmiah juga gampang, dengan kekuatan uang, Marissa Haque dapat membayar “hantu” untuk menulis dengan baik dan sesuai dengan tutuntan akademik. Melihat 40-an blog-nya, mustahil rasanya beliau bisa menulis dengan baik, runut, dan terstruktur.

    Jadi, mau diteruskan kasus ini? #kalem

  17. This is truly entertaining. What’s not to like? Smart people exchanging data: good. A megalomaniac public-figure humiliating herself: great!

  18. Saya mau komen ttg MH, aduh kok beliau narsis amat ya. Liat Timeline dia t

    Wajarlah namanya juga wakil rakyat, pasti cari image baik sampe2 mengha

    Slain 3 pnyakit mental itu, kykna dia jg nambah 1 lagi.. Narsisme. *xi
    Ya masa aneh deh, ngaku seorg hajjah yg menjunjung nilai islam, loh knp ha

    Urusan mslh gelar apalagi. Okelah marah klo dibilang sm DeeKartika gmn2, hrsny

    Udh ah sgitu aja, smoga akun2 palsu MH baca blog ini dan jadi “malu”. Klo

    Wasalam..si MH ga berkicau d twit lagi sejak kemarin, mungkin lagi belajar buat besok ujian S3… *xixixixii….a klo kaum intelek mah diemin aja “katanya anjing gonggong kafila berlalu” ini malah kaya “cacing kepanasan”. Anehnya kelg adi ms di bawa2 dan buka aib kalo adi ms ga pndidikan lah (kena DO), kevin jg beda dgn anak2nya MH gak kuliah. Wajar lah si kevin geram, apalagi masih abg (masih labil emosinya *bisa dimaklumi). Lah kalo MH…Hadehhh… Lagi2 narsis…!!! rus share foto dia saat dia menang piala citra yg jelas2 tak berhijab (lagi ga pake kerudung). Mksdnya apa? Mau pamer, tapi kan skrg MH hajjah loh. Malu dong…? :)xixilalkan sgala cara mengubah komen di blog dia, yg ga jauh2 hasilnya pro semua ke MH. Liat blog nya, saya kaget. Apalagi liat komen2 di blog dia, aduhhhhhh..ga mungkin bgt kykna pada dukung si ibu “sakit” itu. Mustahil..!wit kykna kaya muji2 diri sendiri, share poto sama org2 penting lah, ya pokonya intinya “Pencitraan” terus.Terimakasih mas wkf atas penjabarannya yg jelas. Sangat ilmiah skali, kalo kata saya lbh berpendidikan mas kmn2…hehee

  19. Setahu saya, setiap mahasiswa S3 (dan bahkan S2) mesti memublikasikan karya ilmiahnya. Saya mungkin kuper, namun kalau ada yang tahu karya ilmiah publikasian si ibu, tolong tunjukkan. Dan karya ilmiah itu adalah yang menjalani peer-review. Emang saya pernah dengar si ibu menerbitkan buku, namun penerbitan buku di zaman sekarang hanya masalah duit, beda dengan artikel ilmiah di jurnal ilmiah. Kalau dia tidak punya dan tidak bisa menunjukkannya, ya, tidak ada artinya dia menjadi mahasiswa doktor. Ngaku doktor?

  20. Tulisan yang menghibur mas .. :-))
    Kenapa saya tersinggung ya membaca blognya ‘beliau’ (aduh kok saya takut ya mau menyebut nama lengkapnya) …. TST aja ya mas .. ~_~

  21. 1)Sy bukan pendukung ratu atut,sy penghuni bsd tangerang serpong,sy jg gak mendukung kelg ratu atut.tp sy bersyukur bukan ibu doktor hajjah marisa s1 s2 s3 Sdung2pret yg jd gub banten,mgkn ratu atut jg gak bener2 amat,tp at least dia gak gilakk #eeehh xixixi
    2) Itu yg namanya malik diatas,sptnya si ibu s1 s2 s3 ya.helow bu markisah surisah hak sepatu,apakah anda tidak tidur?masak utk kelg dan beberes rumah?sibuk bener sama blog2 an ya ? *salam go to de BLOgggg ( •?? ?? •?3 dan sy ibu2 RT biasa yg cm lulusan s1 ekonomi trisakti.emg kalo gak s2 s3 s4 saya jd org gila spt bu s4 itu? ????????????????? nggak.trm kasih utk mas wkf yg udh buat cerita komplit ttg ini.jd semakin banyak org yg tau keaslian cerita.krn sy tmsuk yg komen di blog bu markisa tp didelete sm dia.emg kl lulusan s1 kenapaaaa argghh ?(º?º?)
    ? ?h?ñk ??ù ? utk penulis blog ini.jgn ragu2 mas hajar trs org gila yg udh menghina s1.(S1 jg bayar bok) drpd ngaku2 doktor tp bukan siyaan deh looh.btw dia dulu hukum trisakti ya?hmmm angk brp tuh?tua x yaa. Maklum deh kl gt.pengen eksis lg x jd aneh2.salam!

  22. saya paling aneh liat blognya cristine panjaitan, gak mungkin lah cristine panjaitan nulis kaya gitu, ngebuka rahasianya sendiri begitu, anehh orang awam juga tau itu hasil karya MH tobay bu tobat

  23. blognya 48? Lebih mas, saya yang kepoh ini beberapa hari menelusuri puluhan akun bukan atas namanya tapi pas di cek profil bloggernya memiliki 3-4 akun blog yang isinya pemujaan terhadap beliau, jadi jumlah blognya belum terdefinisi… muehehehheheheh

  24. @Nd: enno: salam kenal kembali 🙂
    @Malik: mohon ditunjukkan bagian mananya yg menghasut, mbak? Bolehkah saya tahu tautan blognya sehingga saya bisa balik berkunjung? 🙂

  25. Atas Nama Bapak di Surga, aku berlindung dari korban hasutan orang” semacam Wkf,.. Semoga orang” yg sudah terhasut dan memberi komentar yg miring juga lekas kembali ke jln yg benar. Amien.

  26. suka deh sama tulisan ini… mengupas dengan berimbang, tapi agak dalem juga buat yg bersangkutan yak hihi…

    btw jd inget banyak sekali kasus para calon pemimpin daerah yang gagal terpilih lalu jd stress, bahkan ada yg sampe gila lari2 bugil di depan publik.. dan ada yg bunuh diri.

    faham ya maksud saya? *MH mode on*

    salam kenal, mas 🙂

  27. Marissa mengajarkan hal penting untuk kita, blogger, yaitu jangan meniru hal buruk yang telah dilakukannya. Termasuk bersandar pada gelar, yang merupakan bentuk feodalisme baru. Turut prihatin deh ;-P

  28. ya sudahlah kita ga usah memperdebatkan hal ini,nanti semakin ricuh,kita lihat saja ujung permasalahan ni seperti apa..hikmahnya kita hrs lbi bijak dlm bermedia sosial internet

  29. 1. Inilah fenomena tentang orang-orang yang membanggakan gelar akademik namun tak dibarengi dengan keluhuran budi pekerti. Saya jadi teringat sebuah tagline dari CSIS: Nalar, Ajar, Terusan Budi.
    2. Khusus buat MH, semoga bisa belajar menulis dengan emosi yang dewasa seperti yang dicontohkan WKF ini. Keliaran emosi saat menulis justru merendahkan martabat dan bahkan gelar yang kita sandang.
    3. Persatuan Indonesia

  30. aku s1 loh, aku juga blogger , tapi lihat duehhh blog aq, bukankah berbagi hal hal yang baik itu lebih bermanfaat, dan maaf ya sampai sekarang belum pernah mengubah komentar siapapun, kayaknya perlu ikut workshop internet sehat neeh

  31. dicurigai MH juga nulisin blog untuk anak-anaknya, suami dan mantan pacar suaminya.
    karena anak-anaknya mengaku gak pernah nulis blog, itu ada yg tulisin buat mereka (katanya).
    dan saya juga nemu beberapa blog crishtine panjaitan yang jelek-jelekin dirinya sendiri dan mengaku kalo dia cinta mati sama ikang fawzi.

    kalo bener dia sendiri yang buat semua itu, ampun deh.

  32. Saya setuju bamget ama tulisan mas. MH raasa-rasanya mungkin agak ‘sakit’. Krn scr logika kita kalau berada di posisi yg dialami MH gak akan bereaksi berlebihan spt dia ya? Separah-parahnya jupe atau DP berseteru ajah gak segininya gt.
    Malah jadi prihatin. Apalagi #twitwar masih terus berjalan. Sayaa sempat membaca TL kevin, anak Addie MS, dia saja sampai bisa merespon dgn kesan ‘mengolok’ MH.mungkin sudah saking empetnya jd dibawa sbg lelucon.

    Semoga masalah gelar dan intelek ini sls dgn cara intelek juga, dan gak childish. Setuju ya mas ? 🙂

  33. @Malik: buat apa popularitas, mbak? Coba dong namanya dikasih tautan biar saya bisa balas bersilaturahim. 🙂
    @ana: saya juga mendukung komentar yg anda berikan. Tapi kenapa anda tidak kasih tautan? Bagaimana saya bisa membalas silaturahim ke blog anda?
    @dee kartika: komentar anda itu aneh. Masak tautan yg anda berikan di nama anda kompas.com? Lagian masak kompas.com menuliskan komentar yg gaya bahasanya sama seperti di blog milik Marissa?

    Selain tiga nama yang disebutkan di atas, terima kasih komentarnya. Ah, saya juga perlu berterima kasih kepada tiga nama di atas untuk komentar yg telah ditinggalkan meskipun agak gimana gitu. 😉

  34. Tambahan. Saya setuju mempertanyakan gelar MH sebagai Doktor. Bukan gelar akademisnya yang Insya Allah beliau akan sidang terbuka 2 hari lagi tapi kapasitas doktoralnya. Doktor bukan sekedar gelar yang diberikan setelah menyelesaikan strata 3 tapi ada nilai dan beban moral sebagai orang yang diakui berpendidikan tinggi (melalui cara bicara, cara berfikir, wawasan dan kemampuan berinteraksi sosial dengan orang lain).

  35. Mantap isi artikelnya. Mengurai masalah dari awal. Berdasarkan pengamatan awam, masalah kali ini memang hanya terjadi pada MH dan DD tapi entah kenapa keluarga orang lain yang tersangkut. Ini menunjukan MH berlaku bias dan mengusahakan segala cara untuk menghakimi orang lain. MH juga menunjukan ketidakmampuan untuk fokus pada permasalahan dengan menyudutkan orang lain yang tidak berhubungan dengan masalah yang sebenarnya, MH juga tidak bisa menunjukan kapabilitasnya sebagai seseorang yang berpendidikan tinggi dengan gelar yang berderet dengan mengeluarkan pendapat yang tidak bijak dan tidak mendasar. Beliau juga tidak bisa mengayomi dan memberi contoh pada generasi muda dengan melecehkan tingkat pendidikan. Jika blog2 MH dibaca ada kecenderungan pemujaan terhadap diri sendiri dan keluarga yang berlebihan. Ini sekedar pendapat saya yang awam dalam membaca kasus MH.

  36. kadang orang lupa di atas langit masih ada langit, sampai tidak sadar pendidikan bukan segala-galanya yang harus dibanggakan tanpa adanya tindakan yang bermanfaat bagi masyarakat.

    Banyak orang Indonesia yang S3 nya di luar negri bahkan menyandang gelar profesor dan dapat berkontribusi dalam kemajuan masyarakat masih bisa down to earth.
    sepertinya pepatah “Padi semakin berisi semakin merunduk” tidak berlaku bagi MH. Semoga saja orang2 terdekat dia bisa menyadarkan tindakannya yang salah tersebut.

  37. Kami menunggu implementasi nya mba MH dengan keilmuannya yang sangat potensial ikut memperbaiki negara kita tercinta…salam kenal dg mba MH…salut mba dapat meraih S3.

  38. saya jadi ingat Qaddafi. disaat rakyatknya sudah begitu membencinya, Qaddafi masih saja merasa semua rakyat Libya mendukungnya. bahkan ketika sudah mau dieksekusi masih juga dia bilang bahwa dirinya tidak bersalah atas apa yang dilakukan pada seluruh rakyat Libya . disaat banyak yang ingin menjatuhkannya, dia masih saja merasa “besar” dan dicintai rakyatnya. apakah itu sudh menjadi takdir bagi MH? takdirnya mengidap penyakit paranoid-magalomaniac-schizophrenia yang akan dia bawa terus sampai akhir hidupnya?

  39. Horeeeeee….
    Aku suka kata kata yang menceritakan dan mengindikasikan kalau Marissa Haque itu SAKIT!!!!!!
    Dan saya rasa juga memang sakit. Kalau tidak sakit tentunya dia akan memikirkan dampaknya kepada anak anaknya..

    Terimakasih sudah menulis cerita tentang ke”sakit”an Marissa Haque dan memunculkan sedikit cuplikan di blog saya.

    Sekali lagi saya mengajak kepada semuanya, AYO……. kita ungkapkan kebohongan ini semua. Negara kita negara hukum, jika perlu di selesaikan ke ranah hukumpun saya siap.

    salam,

  40. WkF: U benar” kayak Srigala berbulu domba bung, jadi pingin ketawa… Moo memanfaatkan moment ya u mencari popularitas..??

Comments are closed.