Tulisan ini merupakan bagian dari cerita berantai bertema Bogor. Pesertanya berjumlah 20 orang dikelompokkan menjadi dua grup, Grup Hitam dan Grup Putih. Masing-masing kelompok berisi 10 blogger. Untuk informasi lengkapnya bisa dilihat di blogor.org.
Saya masuk Grup Putih dan menjadi penulis keenam. Anggota lainnya adalah Bugi Sumirat, Pege, Matrisoni, Fajar, Ontohod, Insan Luthfi Habibi, Harris Maulana, Irvan Setya Adji, dan Defidi. Anda bisa masuk ke blogor.org untuk membaca tulisan yang telah dibuat lima penulis sebelum tulisan ini atau tulisan dari para anggota Grup Hitam.
————————————————————
Kebun Raya menjadi tujuan wisata di Bogor bukan berita baru. Berburu sajian kuliner di seantero Bogor juga hal wajar mengingat variatifnya tempat makan di Kota Hujan ini. Wisata budaya dan peninggalan sejarah menjadi pilihan mencerdaskan. Apalagi yang bisa dinikmati dari Bogor?
Ada sisi lain dari Bogor yang tak kalah menarik, alamnya. Melihat kondisi geografisnya, Bogor memiliki beragam tujuan wisata alam (ekowisata). Berkemah, mendaki, atau menikmati air terjun adalah alternatif yang bisa kita pilih. Bogor yang dikelilingi berbagai gunung memungkinan hal itu. Dalam tulisan ini, saya akan sajikan beberapa objek ekowisata yang berada di Gunung Salak.
Baik puncak, lereng maupun kakinya, gunung tersebut memiliki daya tarik. Tergantung kesukaan kita, terserah kita mau pilih yang mana. Penjelasan singkat ini mudah-mudahan bisa memberikan gambaran Gunung Salak sebagai tujuan berwisata. Untuk mencapai tempat-tempat di bawah ini, jalur terbaik adalah melalui pertigaan Cibatok, Leuwiliang.
Air Panas Ciparay
Di kaki Gunung Salak, terdapat mata air panas yang disalurkan melalui beberapa pancuran. Karena terletak di Desa Ciparay, lokasi itu disebut air panas Ciparay. Pengunjung yang datang akan mandi di bawah pancuran setelah berendam dan bermain air di sungai yang ada di sebelahnya. Terasa nyaman dan menyegarkan. Air panas itu dipercaya pula dapat menyembuhkan penyakit kulit semacam kadas dan kurap.
Air Terjun
Ke atas lagi, terdapat air terjun. Yang populer dan mudah dijangkau adalah Air Terjun Cigamea. Dari tempat parkir yang tersedia di pinggir jalan, pengunjung harus berjalan sekitar 300 meter untuk mencapai lokasi. Terdapat dua air terjun yang seolah-olah kembar. Airnya lumayan dingin tetapi lebih banyak pengunjung tak peduli dan tetap mandi di kolam yang terbentuk di bawah air terjun. Jika ingin air terjun yang lebih tinggi, kita bisa datang ke Air Terjun Seribu atau Curug Seribu. Lokasinya lebih ke atas lagi dan membutuhkan tenaga ekstra karena tempatnya jauh dari jalan raya. Kita harus berjalan sekitar 45 menit untuk mencapainya. Itupun tidak mudah karena jalannya berupa jalur setapak yang kelak-kelok dan naik turun. Meskipun demikian, imbalannya cukup menggiurkan. Air terjun tersebut begitu besar dan indah. Kadang-kadang uap air merupa kabut menyelimuti kita ketika angin berhembus, meskipun kita berdiri di atas batu besar yg jauh dari lokasi jatuhnya air.
Lokasi Berkemah
Ada beberapa lokasi untuk berkemah di seputar kaki Gunung Salak. Salah satunya adalah di kiri dan kanan jalur menuju Curug Seribu. Tempatnya cukup nyaman bahkan untuk keluarga. Terdapat sungai untuk kebutuhan air minum atau memasak. Kamar kecil juga tersedia. Bahkan bila kita malas masak, berderet warung makan yang buka sampai malam.
Kawah Ratu
Jika kita ingin kegiatan yang lebih menantang, naiklah ke tempat yang lebih tinggi menuju Kawah Ratu. Lokasi kawah ini terdapat di punggung Gunung Salak. Ada dua jalur yang bisa digunakan untuk mencapainya. Jalur pertama berada di dekat jalan menuju Curug Seribu, yang kedua melalui Pasir Reungit yang lokasinya lebih ke atas lagi. Jalur Pasir Reungit lebih mudah dilalui dan kita akan menemui beberapa sungai di sepanjang perjalanan. Namun bila suka yang lebih ekstrim, jalur Curug Seribu bisa menjadi pilihan karena berlumpur di beberapa ruas jalannya, melewati hutan pandan duri, dan tidak ada sungai.
Puncak Salak
Gunung Salak memiliki tujuh puncak, namun yang sering disasar adalah puncak tertingginya yaitu Puncak Salak I. Pendakian menuju puncak dengan ketinggian 2.211 Mdpl ini bisa dimulai dari beberapa tempat. Yang sering dipilih adalah Pasir Reungit (Bogor), Desa Girimulya, dan Wana Wisata Cangkuang di Cidahu (Sukabumi). Jalur menuju ke puncak sangat menarik dan menantang. Bila di Gunung Gede ada Tanjakan Setan, kita juga akan menemukan tanjakan serupa saat menuju Puncak Salak I. Agar unik, bolehlah tanjakan itu kita sebut Tanjakan Iblis. Yang membedakan dari kedua tanjakan itu adalah di Tanjakan Setan telah disediakan tambang baja oleh pengelola sedangkan di Tanjakan Iblis hanya terdapat seutas tali plastik yang ujungnya disambung spanduk bekas. Jelas tali ala kadarnya itu dibuat oleh para pendaki, entah kapan. Yang lebih menantang lagi, beberapa puluh meter di atasnya terdapat tanjakan lagi meskipun tidak securam Tanjakan Iblis. Bila telah sampai di puncak, jika beruntung, kita bisa bertemu dengan elang Jawa langka sedang bertengger di reranting pohon atau melayang di birunya langit.
————————————
Penulis berikutnya dari Grup Putih adalah Insan Luthfi Habibi.
[…] anggota Grup Putih sebelumnya yaitu (dalam urutan) : Bugi Sumirat, Pege, Matrisoni, Fajar, Otohod, WKF. Selanjutnya akan diteruskan oleh, hmm..liat di akhir tulisan ya , ga seru dong kalo dikasih tau […]
[…] di tulis oleh Kang Bugi Sumirat, Teh Pege, kang Matrisoni, kang Fajar, Kang Ontohod, kang WKF, Kang Insan Luthfi Habibi, Kang Harris Maulana, dan Kang […]
@papan data bogor: ini, kampung setan http://wongkamfung.com/kampung-setan.html 😉
wuih mantab…jadi inget waktu coba naik ke puncak salak, hanya ga sampai puncaknya…padahal sdh 4jam dari kawah ratu…koq ga ada yang posting sisi dunia lain gunung salak ya…denger2 seru ceritanya
@ikhsan: ya, ikutilah ajakan kang MT 😉
pulanglah ikhsan!
walo bukan orang bogor saya merasa jadi bagian dari bogor, serasa bogor kampung kedua saya , karena saya pernah enam tahun lamanya tinggal di Bogor, baca postingan dari para barudak bloggor ini seolah mengingatkan saya kembali untuk pulang kampung,,,hehe
@harrismaul: wah,kereeennn.. lebih top lagi kalau bawa sepedanya sampai Puncak Salak I 😆
saya udah sampai kesana loh pake sepeda (kecuali kawah ratu dan gunung salak)
@Chandra Iman: ayok?
@ontohod: bener, pasti seru 😉
@Bugi: saat itu ada bunyi-bunyian seperti suara musik, katanya saya dekat kampung setan. Benarkah? Di blog ini ada kok tulisan yang mbahas itu. 😉
Tapi, ketemu ‘iblis’ benerannya ga ;-), ktnya angker juga ya? (bahan postingan lagi nih ;-D)
Good lah….
wah seru kayanya kita kalo ngadain acara ditempat terbuka ato kemping2 nih dbogor
keren, kapan nih blogor kemping bareng 🙂
[…] BERMIMPI) 04. Fajar (BOGOR KOTA MEDIA PENDIDIKAN) 05. Ontohod (Bogor Dalam Cerita) 06. WKF (Tanjakan Iblis di Gunung Salak) 07. Insan Luthfi Habibi 08. Harris Maulana 09. Irvan Setya Adji […]