Pertama kali mendengar ikan kayu yang tergambar di otak saya adalah patung kayu yang berbentuk ikan. Oleh karena itu saya jadi bingung ketika menemukan sajian ikan kayu dalam menu di kedai mie Aceh di Bogor yang baru buka dua minggu kemarin. Sudah pasti saya segera memesan menu itu untuk mengobati rasa penasaran.
Sajian ikan kayu ternyata sudah jamak di warung-warung yang menyediakan masakan Aceh. Ada menu-menu yang memang khas Aceh, salah satunya ya ikan kayu itu. Bila Anda sedang menikmati kuliner Bogor dan sempat mampir ke warung masakan Aceh, coba Anda cari menu tersebut, kemungkinan besar tersedia.
Tampilan Ikan Kayu
Ikan kayu yang tersaji di piring ternyata tidak berujud ikan utuh. Penampilannya berupa suwiran-suwiran daging ikan yang dibumbui. Warnanya coklat tua atau coklat muda tergantung jenis daging ikannya dan cara mengolahnya. Ikan yang dipakai biasanya jenis tongkol. Kalau dilihat sekilas, hidangan ini mirip sajian asal Manado yang entah apa namanya. Bentuknya berupa daging ikan suwir juga seperti itu, tapi ikan yang dipakai kata pemilik warung Manado yang pernah saya jajani adalah ikan cakalang.
Tongkol, cakalang, dan tuna adalah tiga jenis ikan laut yang berasal dari keluarga yang sama yaitu keluarga Skombride atau Scombridae. Meskipun punya ciri sendiri-sendiri, ketiga ikan ini sering membuat saya keliru mengenali. Bisa jadi makanan yang saya nikmati itu terbikin dari cakalang atau tuna, bukan tongkol seperti yang saya kira. Karakter daging olahan ketiga ikan itu juga mirip, mirip serpihan kayu. Citarasanya juga. Bisa jadi sebutan ikan kayu itu berasal dari bentuk dagingnya yang bila disuwir-suwir mirip kepingan kayu.
Cerita Tentang Ikan Kayu
Dulu, saat orang-orang Aceh masih berperang, ikan ini yang dijadikan bekal sebagai teman nasi. Praktis dan mudah dibikin. Cara membuatnya cukup sederhana. Setelah ikan tongkol yang ditusuk pakai kayu atau bambu lewat mulutnya dan tembus ke ekor sudah matang dibakar, ikan itu lalu disayat tipis-tipis menggunakan pisau. Selanjutnya serpihan ikan bakar itu diolah jadi menu ikan kayu. Masakan ini dijadikan bekal berperang keluar masuk hutan karena tahan lama. Selain tidak mudah basi, menu ini bahan bakunya yaitu ikan tongkol mudah didapat di perairan Aceh. Cerita tentang ikan kayu yang dikisahkan seorang teman ini cukup menarik. Benar tidaknya cerita itu, saya tidak peduli. Bagi saya, ketika hidangan dibumbui sebuah cerita, itu menjadi penyedap tambahan. Suapan yang masuk ke mulut menjadi semakin nikmat.
Cara Makan Ikan Kayu
Tadinya saya makan ikan kayu sebagai lauk nasi dengan cara seperti biasa yaitu tidak menggunakan tangan. Saya lebih memilih menggunakan garpu meskipun disediakan sendok juga. Teman yang makan bareng saya kemudian bilang akan lebih nikmat jika nasi dan ikannya dicampur. “Seperti ngasih makan kucing gitu, lho,” begitu kata dia. Bila sudah tercampur, makannya lalu pakai tangan. Saya turuti saja saran dia. Toh tak ada ruginya. Apalagi teman saya ini sudah keliling Indonesia dan beberapa negara untuk mencicipi hidangan setempat. Jadi tak diragukan lagi pengalaman kulinernya. Dia sebelas-duabelaslah sama almarhum Bondan Winarno yang sama-sama tinggal di Bogor. Beti, beda tipis. Kalau Bondan suka masuk televisi, dia suka masuk warung dan rumahnya sendiri.
Sumber gambar: koleksi pribadi