Selain menara masjid dan piring Putri Campa, Kolam Kayu adalah tempat mengasyikkan untuk bermain dari Masjid Agung Demak. Kami menyebut kolam yang dulu dijadikan tempat wudu para wali itu Kolah Kayu. Sebuah kolam wudhu bersejarah di Masjid Agung Demak.
Kolah Kayu artinya kolam kayu. Mengapa namanya seperti itu saya sendiri tidak tahu. Sebab-musabab namanya seperti itu tidak penting bagi kami. Yang paling penting adalah kami bisa menggunakan kolam itu untuk bermain air. Berenang kesana-kemari layaknya perenang yang bertanding dalam kolam skala olimpiade. Bagi kami yang masih kanak-kanak, kolam itu sangat dalam. Entah berapa meter kedalamannya. Pastinya, kami semua akan tenggelam. Permukaan air berada jauh di atas kepala kami. Tempat yang terdalam terdapat di tengah kolam.
Jika belum bisa berenang, kami akan pegangan bibir kolam sambil mengepak-kepakkan kedua kaki silih-berganti. Sesudah itu, berenang menyusuri tepian kolam dengan tetap berpegangan pada bibir kolam. Begitulah cara kami belajar berenang sebelum menjadi mahir. Setelah merasa bisa, mulailah berenang mondar-mandir menyeberangi kolam. Level berikutnya, kami akan memanjat batu besar yang ada di tengah kolam kemudian loncat ke tengah kolam. Bila itu sudah dilakukan maka itu artinya kami sudah lulus menjadi penguasa kolam tersebut. Sebagai selingan, kadang-kadang kami memanjat dinding batu putih yang licin kemudian berjalan di atasnya sampai ke ujung dinding dan lompat ke air.
Masalah air yang berwarna coklat kehijau-hijauan, mana kami peduli? Kadang-kadang air itu malah terminum. Apalagi ketika ketawa-ketiwi dengan mulut terbuka lebar saat bercanda dengan teman, bukan hanya seteguk dua teguk air kolam itu masuk ke perut. Kami juga tidak peduli dari mana air itu berasal, apakah dari air hujan atau ada air yang disalurkan ke tempat itu. Meskipun air itu terminum, seingat saya tidak ada satupun dari kami yang kemudian jatuh sakit. Mungkin sudah kebal, atau kumannya telah bosan dengan kami.
Dulu tempat itu sangat teduh karena ada atap yang memayungi. Dengan demikian, saat bermain kami terlindung dari sengatan matahari. Atap itu benar-benar menguntungkan kami karena saya dan teman-teman biasanya bermain di siang hari setelah pulang sekolah. Bukan hanya lima atau sepuluh menit tetapi bisa berjam-jam. Sampai-sampai tubuh ini rasanya sudah tumbuh lumut.
Kolam Wudhu Bersejarah Alias Kolam Renang
Kolah Kayu itu ibaratnya kawah candradimuka bagi kami, sebuah tempat penggojlogan dan latihan renang. Di tempat itu kami berlatih dan saling melatih. Dari tempat itulah kemudian lahir perenang-perenang handal tingkat dunia, dunia kami yang anak-anak. Setelah lulus dari kolam itu selanjutnya kami akan berpindah ke arena yang lebih menantang, lebih liar, lebih dalam dan lebih lebar, yaitu sungai besar yang namanya Kali Kracakan.
Mungkin saya akan cerita tentang sungai yang meskipun tidak ada ikan piranhanya tetapi ada mahluk lain di dasar sungai yang bisa menimbulkan kematian. Namun perlu anda catat, kami tidak takut dan tidak peduli dengan mahluk yang bisa membawa maut itu. Keren kan? 😎
Sumber gambar: koleksi pribadi
@indobrad: sekarang hanya bisa dilihat tidak bisa lagi dipakai buat mandi anak-anak. selain rantai itu, bagian luarnya dikelilingi pagar besi.
Wow menarik sekali membaca postingan2 tentang Masjid Demak. Nah, kolam ini kenapa kok dikelilingi pagar rantai ya? Apa sekarang udah ditutup?
@Miftahgeek: ada deh 😉
Emang ada hewan apa pak ampe dibilang bahaya gitu?
@Abdul Aziz: hiya pak, skg sudah nggak bisa buat main lagi. selamat hari raya idul fitri juga, mohon maaf lahir dan batin. trmksh kunjungannya pak Aziz dan salam kembali 😉
Tapi sekarang kan kolam itu sudah menjadi situs bersejarah, tampaknya tidak bebas seperti dulu dijadikan tempat bermain.
Asyik memang kalau cerita tentang masa kanak-kanak. Apa pun selalu mengasyikan.
Saya sekeluarga mengucapkan Selamat Idul Fitri. Mohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala hal yang barangkali kurang nyaman di hati.
Taqabbalallahu minna wa minkum.
Salam hangat dari Cianjur