Obyek wisata alam Pondok Halimun yang asri menjadi tempat berkumpul komunitas penikmat jazz Sukabumi, Ngajess, Kamis (17/5/2012) bertepatan dengan libur nasional kemarin. Acara berlangsung meriah. Kemeriahan bertambah saat Idang Rasjidi & Syndicate melantunkan beberapa lagu sambil berinteraksi dengan penonton. Dan yang lebih asyik, Idang Rasjidi membuka klinik jazz untuk mereka sesudah itu.
Aksi panggung Idang Rasjidi memang memikat. Dia selalu melibatkan penonton dalam penampilannya. Bahkan saat acara kemarin, para penonton disuruh mendekat dan duduk di panggung di depan para pemain. Di saung yang dijadikan panggung pertunjukkan yang dikelilingi pepohonan, Idang Rasjidi bernyanyi, berpesan, dan bercerita perihal jazz. Dia juga tidak pelit dalam berbagi ilmu seputar jazz.
Kedatangan Idang Rasjidi dan anggota bandnya Syndicate yang terdiri dari Shadu Shah Chaidar (bas), Qadra Shaku Hachi (drum), dan Ticco Laksana (gitar) ke Pondok Halimun pada dasarnya bukan untuk konser. Mereka datang ke acara tersebut untuk bersilaturahim dan menjalin persahabatan dengan anggota Ngajess yang mewadahi para penggemar jazz di Sukabumi. Itulah sebabnya suasana yang terbentuk bukan antara pemain dan penonton tetapi dialog antar sesama pecinta jazz. Saat ada yang bertanya tentang scat (menirukan bunyi alat musik menggunakan mulut), Idang menjelaskan secara gamblang diikuti contohnya. Dia katakan, scat yang menjadi ciri khas jazz ada beberapa macam tergantung approach dan notasinya seperti blues, swing, dan bebop. Scat disebutnya sebagai lagu baru di atas sebuah lagu.
Untuk lebih memperjelas apa yang dia terangkan tentang scat, Idang Rasjidi memberi berbagai contoh. Salah satunya adalah yang ada dalam lagu I’m in the Mood for Love. Lewat penuturannya, kisah di balik lagu ini sangat menarik. Lagu yang awalnya hanya dibawakan dengan saksofon ini merupakan karya James Moody, seorang peniup saksofon dan flute. Dia memainkan pertama kali tahun 1949 dengan saksofonnya dalam keadaan mabuk. Meskipun demikian, alunan nada yang dihasilkan tetap indah. Baru pada tahun 1952, seorang penyanyi bernama Eddie Jefferson menciptakan lirik untuk instrumen tersebut. Penyanyi jazz lainnya, King Pleasure, kemudian merekam lagu I’m in the Mood for Love yang sudah dilengkapi lirik pada tahun 1954 dan menjadi hit.
Sayangnya, ketika Idang Rasjidi menyanyikan lagu tersebut dengan begitu indah, saya tidak membuat videonya. Mungkin karena ini pertama kalinya saya melihat dia menyanyi secara ‘live’ hingga membuat saya lupa bahwa kamera yang saya bawa bisa digunakan membuat video. Namun untungnya, ketika malamnya saat saya sudah tiba di rumah kemudian mencari lagu itu di Youtube, berbagai versi lagu tersebut saya temukan termasuk yang dilantunkan oleh James Moody sendiri atau oleh penyanyi favorit saya, George Benson. Agar anda bisa ikut merasakan indahnya lagu yang juga dikenal dengan nama Moody’s Mood ini, saya sertakan video James Moody yang menyanyikan sendiri lagu tersebut. Video ini dibuat tahun 2008, saat usianya 83 tahun.
Selesai bicara scat, Idang menyarankan ke anggota Ngajess untuk belajar blues jika mereka lebih nyaman bermain solo. Alasannya karena blues merupakan dasar dari semua improvisasi yang merupakan ciri khas jazz. Seperti yang dilakukan saat menjelaskan scat, dia dan Syndicate mencontohkan irama blues yang dia maksudkan sehingga lebih gampang dipahami. Bukan hanya itu, Idang Rasjidi & Syndicate juga memainkan berbagai contoh aliran jazz seperti bebop, swing, dan hip hop.
Jazz merupakan musik universal. Musik ini tidak pernah menolak jenis musik lain. Musik apapun bisa dimainkan dalam irama jazz. Untuk membuktikan, Idang sengaja membawa seorang penyanyi dari Bangka yang biasa menyanyikan lagu dangdut. Penyanyi muda yang bernama Yendri Belacan ini membawakan sebuah lagu dangdut berjudul Tangisan Rindu karangan Dian dan diaransemen oleh Idang Rasjidi dengan begitu mengasyikkan. Lagu berirama pelan ini nyatanya memukau seluruh penonton. Karena sifatnya yang universal itulah PBB, atas inisiatif UNESCO, tidak salah jika menetapkan Hari Jazz Internasional yang jatuh pada 30 April.
Menengok ke belakang dari Idang Rasjidi, dia bukanlah pemusik kemarin sore. Latar bermusik Idang Rasjidi sudah terbentuk sejak dia kecil. Ayahnya yang penerbang AU sering bepergian ke luar negeri dan membawa oleh-oleh piringan hitam. Jiwa bermusik Idang kecil terasah dalam lingkungan keluarga yang memiliki rasa seni. Lebih-lebih bila melihat siapa sanak-kerabatnya, Anda pasti tidak heran bila darah seni mengalir dalam dirinya. Bing Slamet, Slamet Raharjo, dan Eros Jarot adalah bukan orang lain bagi Idang Rasjidi. Mereka masih ada hubungan darah dengannya. Jadi, siapa yang meragukan jiwa berkesenian Idang Rasjidi? Tak heran pula bila Idang begitu antusias ketika teman-teman blogger mengabarkan bahwa di Sukabumi ada sebuah komunitas jazz yang baru terbentuk dan ingin bersilaturahim dengan dia.
Ngajess Sukabumi
Dari hasil ngobrol-ngobrol dengan Indy dan Andi yang merupakan pengurus Ngajess, sebenarnya komunitas ini cikal bakalnya sudah ada sejak 2009. Namun baru pada Februari 2012, Ngajess resmi dibentuk dan melakukan gathering pertamanya sekaligus sebagai peresmian di Buleng Resto 14 April 2012. Komunitas yang diketuai Harri Adam ini sekarang memiliki anggota 600 orang yang terdiri dari musisi dan penikmat jazz. Kegiatan rutin yang merupakan agenda mingguan yang sekarang dijalankan oleh Ngajess adalah nge-jam setiap Jum’at malam di Jl. Gudang 21, Sukabumi. Anda yang tinggal di Sukabumi maupun Cianjur dan menyenangi jazz, silakan datang dan bergabung mereka.
Acara di Pondok Halimun Kamis kemarin adalah gathering kedua yang diadakan Ngajess. Sebelum berkumpul dan menikmati alunan musik jazz, acara diawali dengan jalan sehat menembus kebun teh di Selabintana dan berakhir di Pondok Halimun. Di tempat inilah Idang Rasjidi & Syndicate yang dikawal blogger Bogor berbaur dengan komunitas Ngajess yang di dalamnya terselip pula blogger Sukabumi.
Sumber gambar: koleksi pribadi
@harrismaul: takut gak mau 😉
Gitu ya nggak ngajak2 🙁
@mataharitimoer: Huuufffttt… seperti terbebas dari sembelit. Selamat menikmati hasil ‘sembelit’ saya ini.
ah akhirnya reportase yg kunantikan, yg pastinya lebih lengkap, published juga. tengkyu bro!
salam #jazzdadakan