Mengapa judul tulisan ini seperti itu, Anda akan tahu nanti. Saat ini semua peserta #NgopiKere sudah kembali ke rumah masing-masing. Hanya beberapa sahabat yang tetap tinggal karena ada kepentingan yang harus mereka selesaikan.
#NgopiKere, sebuah kegiatan kaum ‘kere’, ternyata dilihat dari beragam sudut, memicu berbagai reaksi. Wajar. Mana ada sih sebuah kegiatan akan dilihat dan memicu reaksi yang sama? Pro-kontra selalu muncul. Tak peduli kegiatan yang dilaksanakan itu positif atau negatif. Memberikan sumbangan saja, misalnya, bisa dilihat berbeda, yang pencitraan lah, yang dianggap bermuatan politik lah, dan macam-macam. Apalagi #NgopiKere. Saya tak kaget jika kegiatan itu selain didukung, juga dicela dan dinyinyiri. Terpengaruhkah saya? Hehehe… sayangnya tidak. Positif atau negatif tanggapan yang diberikan, buat saya semua sama. Yang mendukung tidak otomatis saya elu-elukan, yang mencaci tidak bakal saya benci. Yang pasti, bagaimana acara #NgopiKere berlangsung, hanya mereka yang datang yang bisa memberi pernyataan kesaksian tentang acara itu. Yang tidak menghadiri, mereka jelas tak dilarang untuk menuangkan pendapat tentang #NgopiKere. Tapi perlu diingat, pendapat tersebut jelas dibuat berdasarkan asumsi dan ‘katanya’, dan tentu saja bukan sebuah kesaksian, kecuali memang terang-terangan ingin menunjukkan diri sebagai seorang pecundang.
Saya hadir selama acara #NgopiKere. Bahkan bukan hanya sebagai peserta, saya adalah bagian dari para sahabat yang menyiapkan rencana itu. Jika saya didudukkan sebagai orang yang bertanggung jawab atas acara #NgopiKere, dengan senang hati saya akan emban tanggung jawab itu. Karena saya hadir dalam acara itu, saya berani katakan yang saya tuliskan ini adalah sebuah kesaksian, bukan sekadar asumsi dan tulisan yang berdasarkan data yang bisa dipertanggungjawabkan validitasnya. Namun bila tulisan ini dianggap sebagai sebuah apologi atau bahkan dilabeli sebagai sebuah tulisan pencitraan, ya tak masalah. Memang ‘gue pikirin’? Karena saya ada dalam #NgopiKere, saya bisa kisahkan apa yang saya rasakan dan alami selama acara berlangsung. Bila suka silakan dilanjut. Jika tak senang, ya silakan dilanjut. Maksa boleh, kan? 😉
Seperti yang saya sebutkan dalam Episode Asyik #NgopiKere, aktivitas yang dilakukan oleh peserta jelas saya tuliskan di situ. Semua acara isinya obrolan, makan, ngopi, dan main. Jika Anda kemarin hadir, dan seorang blogger, misalnya, tapi tidak menemukan bahasan tentang ngeblog, ya salah sendiri. Mengapa saya salahkan? Saya jelas menyalahkan jika Anda hadir ke #NgopiKere dengan berbekal niat belajar ngeblog tetapi Anda tidak mau bertanya ke salah satu atau salah dua blogger yang Anda anggap mumpuni. Bila Anda beralasan tidak berani, tidak enak, atau malu, ya salah sendiri. Pokoknya semua kesalahan ada di pundak Anda, bukan blogger yang sebenarnya Anda ingin tanyai itu atau acara #NgopiKere-nya. Kalau saya sendiri, saya lebih suka ngobrol sambil ngopi atau melakukan kegiatan lain. Jika itu bisa dimanfaatkan untuk belajar juga, mengapa tidak? Contohnya, tadi pagi saya belajar mengidentifikasi malware yang kebetulan saat ini ada di blog saya wongkamfung.com dari @Bimosaurus yang jago skrip. Dengan senang hati dia tunjukkan bentuk malware yang menyusup di blog saya itu. Belajarnya secara formalkah? Jelas tidak. Malahan, dia mengajari saya dengan bercelana pendek dan mata mengantuk karena sejak semalam belum tidur. Jika tidak bertanya secara langsung seperti yang saya lakukan, otomatis kegiatan yang ada di #NgopiKere isinya ya ngobrol, makan, ngopi, main. Kapan belajarnya? Aktif saja tidak mau, kok mau belajar. Entahlah kalau Anda lebih suka belajar dengan cara duduk anteng bersama pembelajar yang lain mendengarkan pengajar menyampaikan materi di depan kelas. Jika itu yang diinginkan, wah, Anda salah masuk karena #NgopiKere adalah kegiatan bermain dan bersenang-senang.
Dalam #NgopiKere inilah saya temukan dan rasakan cinta tulus dalam persahabatan. Tak ada basa-basi, tiada agenda tersembunyi. Obrolan yang dilakukan mengalir begitu saja. Jika cocok ngobrol dengan kelompok tertentu, peserta bebas masuk ke kelompok itu. Jika tidak, ya tidak dipaksa untuk harus tetap bergabung. Bila lebih memilih tidur saja, ya sudah pasti tak dilarang. Bisa Anda tebak adakah yang lebih memilih tidur? Ya, tak ada. Satu pun. Semua terlibat perbincangan dalam kumpulan peserta yang selalu berubah-ubah isinya. Sangat dinamis. Bercandanya juga tak ada batasan. Jika dalam konteks normal dan formal, Anda pasti akan marah, atau setidaknya tersinggung, bila Anda disamakan dengan anjing. Di #NgopiKere, yang dianjingkan itu malah tertawa senang. Mengapa? Anda tentu sudah tahu jawabannya. Ketulusan yang membuat itu terjadi. Persahabatan yang murni mencari sahabat dan tanpa muatan apa pun kecuali persahabatan itu sendiri yang mengubah umpatan apa pun menjadi sebuah kehangatan.
Semua yang saya temukan di #NgopiKere adalah persahabatan, kekeluargaan, ketulusan, dan kehangatan. Itulah wujud cinta tulus bernama #NgopiKere.
Sumber gambar: @denkenthir
“.. Tapi perlu diingat, pendapat tersebut jelas dibuat berdasarkan asumsi dan ‘katanya’, dan tentu saja bukan sebuah kesaksian, kecuali memang terang-terangan ingin menunjukkan diri sebagai seorang pecundang.”
MANTAB! Mudah2an bisa ikutan lain kali .. saya baru tau acara ini loh haha// lama ga BW jadi ga tau perkembangan dunia
Fotoku tetep ga ada.. Ah sudahlah.
Tapi aku belom pernah liat di TL ato di postingan foto tukang angklo lagi bikin kopi ato lagi jd pawang jathilan.
terima kasih untuk apresiasinya dan guru TK itu tetap menjadi RAHASIA
kudu dateng di acara NgopiKere berikutnya nih…
jambu! fotoku ora enek…
#TPN
@MT: #TPN? Waini. 😉
Aku tulus mencintaimu, meski hanya jadi yang ke dua……. (Mudah2an gak kebaca sama mbak tami, berabe xixixixixi)
@PRofijo: arek ji ki cen njaluk diantemi. 😀
Dari tuit2 nya aja sy bisa rasakan yg terjadi di #NgopiKere manstapp mas
@udinkoxx: mantap dan nyandu, Om. 😀
Malah sampek ada #ngopikere perjuangan di atas lokasi ngopikere *kebun tower* :))
@Pojok Pradna: yang namanya perjuangan, pasti berdarah-darah. 😀
hanya bisa membayangkan 😀
@dobelden: nanti lagi harus dikerjakan. 🙂
Tabik…
🙁 😐
@Maztrie: martabik kubang, martabik manis, martabik gurih? :p