Karena sering mengkritisi saya sering dicap berpikiran negatif. Karena sering kompromi, mereka yang melakukan itu suka disebut kooperatif. Jika anda kooperatif untuk hal yang negatif, lebih baik jauh-jauh dari saya. Gatal saya bila berdekatan dengan orang-orang yang suka cari muka. Dan rupanya, ada orang-orang yang sulit membedakan antara pikiran negatif dengan sebuah kritik saat mereka menerimanya.
Karakter orang memang beragam. Ada yang tahan banting, ada yang suka dibanting. Mereka yang tahan banting adalah manusia yang suka tantangan, tidak gampang menyerah, dan tidak langsung down saat dihujat. Satu lagi, orang-orang yang suka dibanting adalah manusia berkarakter nrimo, sensitif, tidak inisiatif alias pasif yang harus dibanting biar mereka bangun. Meskipun menggunakan kata ‘suka dibanting’, sebenarnya mereka sendiri tidak senang. Suka dibanting dalam hal ini bermakna dipaksa menerima perlakuan tersebut. Kejam memang kesannya bila ngomongin banting-membanting. Namun itulah kehidupan. Selalu ada orang yang merasa terbanting atau bahkan dibanting beneran.
Ketika sebuah perbedaan disikapi, yang muncul bisa sebuah dikotomi (benar-salah, baik-buruk, positif-negatif dan lain-lain). Sayangnya ada sebagian dari kita yang memiliki kecenderungan negatif. Hal berbeda yang datang lebih sering disikapi sebagai sesuatu yang tidak baik yang harus ditolak atau dilawan. Mereka seringkali menganggap orang yang memberikan pendapat berbeda sebagai orang yang berpikiran negatif, bukan orang yang sedang memberikan kritik (membangun). Barangkali karena kecenderungan inilah kemudian Norman Vincent Peale menulis buku dengan judul The Power of Positive Thinking. Dia mungkin merasa perlu memaparkan pentingnya berpikir positif melalui bukunya itu.
Dalam menyikapi segala sesuatu, prasangka selalu punya peran di dalamnya. Baik buruknya ucapan, sikap dan tindakan serta sebuah tulisan sangat mungkin tergantung pada prasangka pihak yang merespon. Jika yang dibangun prasangka baik, hal negatifpun akan dihadapi secara positif. Sebaliknya, bila selalu memiliki prasangka buruk, orang sucipun akan dibilang sok suci. Itu artinya, apapun yang akan kita perbuat semua akhirnya kembali kepada pihak yang menanggapi. Tidak ada gunanya kita mati-matian membela diri apabila lawan kita menganggap apa yang kita lakukan adalah sesuatu yang buruk. Meskipun demikian, bukan berarti tidak ada gunanya bila kita melakukan hal baik. Berbuat baik tetap harus kita upayakan. Hanya saja, jangan kecewa bila kebaikan yang anda lakukan itu kemudian ditanggapi dengan sinis dan tidak dipandang sebelah mata.
Saya tidak memprovokasi anda untuk melawan mereka yang memiliki kecenderungan berprasangka negatif. Saya hanya ingin mengajak anda untuk sadar bahwa di sekeliling kita selalu ada orang-orang dengan prasangka buruk. Mereka tidak perlu kita musuhi. Apa yang mereka lakukan memang menyebalkan. Namun jika kita menanggapinya secara positif, yang menyebalkan itu bisa jadi akan menjadi manfaat. Di dalam obat yang pahit ada khasiat yang menyembuhkan. Di balik tahi kerbau yang menjijikkan, ada zat yang menyuburkan tanaman.
Jadi, jika tiba-tiba di teras anda ada seonggok tahi kerbau yang masih ‘ngebul’ atau bertebaran tahi ayam seperti di tempat saya, cobalah bergembira. Sambutlah dengan muka sumringah. Bila perlu, rayakan dengan meriah kegembiraan anda itu karena telah menemukan tahi kerbau atau tahi ayam. Perlakukan benda temuan anda itu sebagai barang berharga. Itulah bentuk prasangka sebaik-baiknya prasangka. Hah, lebay banget sih!
Sumber gambar: di sini
@julie: mau? 😆
kalo sering-sering dibanting kan bisa kurus kang 😀
@sucie: keputusan yang tepat, tp btw bukannya malah jadi langsing tuh klo sering dibanting? 😆 kidding pls
@zico: nggak masalah, ambil hikmahnya aja, yang penting kita gak jadi ikut2an seperti itu 😉
@Halaman Putih: seperti itulah indahnya hidup ini 😉
@sjafri mangkuprawira: setuju prof, bila kita memungkinkan unt bantu menyembuhkan, mengapa tidak?
@echa: eh, ngaku sendiri lho 😆
@Yohan Wibisono: thx kunjungannya 8)
@missjutek: nyambung nggak nyambung yang penting komen hehehe…
dari pada sibuk mikirin prasangka buruk orang lain terhadap diri kita, mending melakukan segala hal dengan sebaik mungkin sebisa kita… karena dengan begitu nggak ada penyesalan di diri kita… *sepertinya rada nggak nyambung, tapi ya sudah lah… terlanjur ditulis* 😀
Nice Article, inspiring. Aku juga suka nulis artikel bidang bisnis di blogku, silahkan kunjungi, mudah-mudahan bermanfaat. thx
hihihi apalagi aku yahhhhhh penuh prasangka 😀
…prasangka termasuk penyakit hati…dia muncul bisa karena beberapa kemungkinan…seperti tak tahu masalah tetapi sok tahu ,kecemburuan atas sukses orang lain,merasa dirinya lebih penting ketimbang orang lain, kecurigaan berlebihan, kurang beretika/norma sosial, dan percaya diri berlebihan…karena penyakit maka sejauh mungkin bisa kita bantu mengobatinya.. dengan pendekatan hati bersih…tunjukkan kita berjiwa besar untuk tidak “melawannya” dengan prasangka buruk…kita dekati dari hati ke hati…tanpa dendam kesumat…dan doa…insya Allah
Apalagi mereka yang iri dengan kemajuan atau prestasi seseorang pasti prasangka dan pikirannya macam2. Boleh jadi ada upaya-upaya untuk menjatuhkannya.
kalo kata hadist nabi “kalo daging (hati) itu kita pelihara dengan baik maka anggota yang lain akan mengikuti menjadi baik. dan itu akan menjalar pada pikiran. hingga pikiran jadi bersikap proaktif-positif…
btw,, saya pernah pak, di pandang negatif, hanya karena satu orang menularkan pikiran negatifnya terhadap saya.. jadinya yang lain ikut-ikutan…hehe (pengalaman pribadi mode:on) 🙂
kalo saya mah saat ada orang yang negative thinking terhadap saya, mending ga usah dilawan, ga usah juga diterima… dihindari aja… habis dibanting terus sih… (ngerasa kebanting hehehe)