Kemarin ada berita di layar kaca yang menyentuh nurani. Seorang anak usia 11 tahun gantung diri. Dia frustasi karena tidak bisa ke sekolah seperti teman-temannya. Orangtuanya yang pedagang tidak bisa membiayainya untuk menimba ilmu. Haknya untuk mendapatkan pendidikan tidak dapat diperoleh karena kemiskinan. Dan ini bukan kasus yang pertama kali. Haruskah ketidakmampuan ekonomi menghentikan upaya rakyat negara ini untuk menggapai pendidikan yang lebih baik? Seolah-olah, haram hukumnya bagi orang miskin untuk sukses.
Ini sakit kepala tahunan bagi mayoritas orangtua. Setiap menjelang tahun ajaran baru, para orangtua dipusingkan dengan kebutuhan dana untuk memasukkan anaknya sekolah. Secara teori, sampai jenjang smp, tidak ada biaya yang harus dikeluarkan orangtua siswa. Bahkan, ada bantuan dana dari pemerintah daerah maupun pusat untuk kelangsungan pendidikan yang dijalankan sekolah. Itu teori. Prakteknya, muncul biaya-biaya yang ditanggung orangtua siswa sejak mulai mendaftar sampai setelah resmi diterima sebagai siswa. Jika sudah begini, tidak benar bila disebut sekolah gratis.
Orang Jawa memiliki falsafah jer basuki mowo bea, segala sesuatunya ada biayanya. Betul. There’s no free lunch. Namun, ketika biaya itu diada-adakan, dan celakanya lagi, merupakan bentuk kegiatan korup yang dilegalkan maupun di bawah meja, uang yang dikeluarkan itu bukan yang dimaksud dalam falsafah Jawa yang sarat makna itu. Siapapun tentu saja tidak berkeberatan mengeluarkan biaya demi kebaikan, apalagi demi pendidikan anak. Namun, bila uang yang harus diadakan dengan setengah mati itu kemudian diserahkan untuk membiayai sebuah tindakan korup, sakit rasanya. Ini seperti sebuah todongan yang tidak bisa dihindari. Bagi orangtua yang memiliki uang atau mampu mengadakan dana yang diminta, todongan itu bisa dilayani. Tetapi bisa kita lihat ketika orangtua tidak berdaya, bisa-bisa nyawa anak yang jadi tumbalnya seperti yang disiarkan di televisi di atas.
Entah sampai kapan negeri ini bebas korupsi. Jika lembaga pendidikan saja masih ada oknum-oknum korupnya, bagaimana anak didik yang akan dihasilkan nanti? Kadang-kadang sebagai orang kampung yang awam, saya memiliki angan-angan bentuk hukuman yang seharusnya diberikan agar membuat orang-orang terutama yang mempunyai niat melakukan korupsi berpikir seribu kali. Mengapa tidak dihukum mati saja orang yang terbukti melakukan korupsi. Jika hakimnya atau siapapun yang menghalangi proses pelaksanaan peradilan tindak korupsi itu terbukti tidak benar, ya dihukum sekalian. Saya yakin, jika setiap koruptor akan dihukum mati, negeri yang dikenal adil luhung ini akan bersih dari tindakan korup. Sadiskah angan-angan saya itu?
Sumber gambar: lifehack.org
[…] Itu baru satu kasus yang menggambarkan bahwa yang namanya merdeka masih hanya sebuah slogan. Hak memperoleh pendidikan yang layak belum bisa otomatis dinikmati seluruh anak bangsa. Dalam dunia pendidikan, kita belum merdeka. Bagi masyarakat miskin, mendapatkan pendidikan layak seolah-olah haram hukumnya. […]
@echa: wah bingung saya harus jawab apa 😎
tokonya dah tutup kang malem2 gini wkwkwk
@adin: yakin, pake silet aja sudah cukup? 😉
butuh orang-orang idealis untuk masuk dan jadi wakil rakyat, bahkan pemimpin, tapi bukan cuma idealis saja, juga harus bisa mempertahankan idealisme itu, soalnya kebanyakan orang masih idealis ketika masih di luar lingkaran pemerintahan misalnya, tapi ketika sudah masuk, y sama aja deh….yang korup jangan di hukum mati aja, tapi dipotong tangannya pake silet, g usah dibius, biar lebih tersiksa rasanya….biar kapok..
@echa: *nyari lakban buat nyolasi*
@Ojrat: oh iyaya ini indonesia dan tahun 2010… alangkah ngerinya hidup ini 😉 mending saya sering2 kentut aja sekarang ya? mumpung masih gratis 😀
ini indonesia mas, ini tahun 2010 …… jangan harap ada gratis sekolah. wong kencing aja di terminal mbayar 1000. kentut aja yang belum dituntut bayar. management pemerintah kita saja yang luar biasa bagus…..untuk kepentingan orang tertentu. orang miskin haram sukses, haram sakit. frustasijuga.com
mau dibeliin apa hasil arisan kitaa*lanjutan armada 😀
@sharief: terus mau dibawa kemana? *armada dot com*
alah…coba pendaftaran calon ketua KPK masih dibuka….
sy mw deh suruh nganterin….
biar nti da cerita 2 tim SAR coz sering kesasar,,,hahaha
@Jabon: bagaimana kalau kita sebut negara paradox?
bukan tersentuh lagi saya dengar anak gantung diri karena tidak tercapainya citanya ke bangku sekolah, Negara ini memang negara paling kaya namun juga negara paling MISKIN…
@bunda: saya sdh tanya ke rumput tapi kok nggak dijawab-jawab ya? 😉
miris ya kalau dengar berita2 seperti ini, betapa anak2 itu masih ingin belajar, namun kedaaan gak memungkinkan.
kadang ada juga pertanyaan: bukankah orang2 miskin dan anak terlantar di pelihara oleh negara? didalam UU jelas tertulis.
mana buktinya?
negera mana yg memelihara mereka?
Sekolah gratis semua, betul, sampai tingkat SMP, namun buku, seragam ,sepatu dan perlengkapan lainnya gak ada yg gratis, harus beli sendiri.
Bagaimana mereka bisa? sedangkan utk makan saja, bisa makan sekali sehari, sudah sangat disyukuri
Kapan ya potret seperti ini, bisa berubah ?
‘ tanya pd rumput yg bergoyang’ ini Ebiet.G.Ade yang bilang
salam
@muladno: mudah-mudah pemerintah mau mas 😉
@deli: indonesia banget hmmm… betul juga ya
@aditya: betul, banyak
@hadi: semua harus belajar bahwa tidak kebaikan apapun dalam korupsi
@nandini: sampai sekarang sy juga merasa seperti itu mbak
masalah Biaya memang bikin Biayakan.. 🙁
sedih banget, sepertinya negara ini ga ingin rakyatnya cerdas…
semua hal tersebut harus dijadikan pelajaran bagi bangsa ini,karena masih banyak orang-orang yang kurang beruntung dalam mendapatkan pendidikan yang layak.
maka bersyukurlah orang yang bisa mengecap pendidikan yang tinggi
Tetapi banyak juga sih pak yang sukses berasal dari kalangan bawah. semua kembali pada usaha dan pertolongan dari Allah.
ga tega pa indonesia banget.
hai pa kunjungi blog deli ya yang masih pemula heee……
Ironis sekali, kasus yang seperti disebutkan di tulisan ini merupakan satu sample kegelisahan masyarakat indonesia akan masalah ekonomi dan pendidikan. semoga sample ini diperhatikan oleh pemerintahan yang ada di atas, sehingga tidak akan ada lagi kasus-kasus seperti ini yang terulang.
@Ipank: begitulah bila tidak amanah 🙂
Potret buram dunia pendidikan di INdonesia ya om…. seorang anak usia dini harus memikul beban berat dengan dunia pendidikan yang seharusnya mereka tidak harus melakukan perbuatan seperti “Bunuh Diri”, alangkah lebih baik yg di “BUNUH” itu para koruptor…
Kalo menurut saya biarkan KORUPSI di negri ini menjadi budaya, knp saya menyarankan seperti itu karena dinegri ini selalu saja hukum itu sifatnya refresif tidak preventif.
Banyak budaya2 dinegri ini di klaim oleh negara lain (Ex. Malayasia) banyak budaya kita yang di klaim oleh negri tersebut…. lambat laun atau kapan2, seperti yang telah ada komentari pada pesannya arman “kapan-kapan artinya masih ada harapan”.
Harapan kita adalah semoga Budaya Korupsi di negri ini di klaim juga oleh negara lain… dan kita terbebas dari budaya Korupsi…
@ocha: emang susah ya kalo sdh mendarah daging
@titoHeyziputra: dah diapprove tuh, mudah2an dah ketemu, klo blm sabar aja ya, ada yg perlu dirubah di databasenya kayaknya 😉
Aduh komennya di atas k potong, mav mw tanya tentang blogor.
saya udah 2x reg tapi kok tetep ga bisa ikutan di blogor ya???
bgaimaana caranya. tks
mav jadi merusak komen postingan, hehe
Di tunggu infonya a’
tks
yang kaya begini udah mendarah daging sifatnya, sebel tapi mau gmana…
@yunizar: makasih komen dan doanya
@Kopral Cepot: kita tunggu saja 😉
@ritanurma: dilematis memang ya …
ya…banyak yang bilang salah satu cara memperbaiki kehidupan itu dengan mengenyam pendidikan, kalau begitu bagaimana bisa memperbaiki hidup kalau pendidikannya saja sulit didapat?
Tinggal menunggu para pengurus negeri ini frustasi … apakah yg akan dilakukannya?
Berita yg menyakitkan, lagi.. gambar buram dunia pendidikan kita, good posting dan sukses selalu untuk anda
@Mursyid PW: makasih komennya, segera saya menuju ke tkp 😉
@arman: kapan-kapan artinya masih ada harapan, mudah2an ya hehehe…
ironis emang ya…
tapi pertanyaan ‘kapan indonesia bisa bebas dari korupsi’ ini emang pertanyaan yang belum ada jawabannya sampe sekarang ya…
jadi kapan? kapan kapan dah…. hahaha
Wah, kebeneran sekali saya mampir ke sini: ada topik hangat seputar profesi saya. Ada baiknya nanti setelah baca komen saya Wongkamfung sudi mampir ke blog saya. Belum lama ini saya posting artikel mengenai pendidikan gratis yang ternyata banyak menimbulkan dilema.
@mt: makasih komennya kang. itulah borok yang selalu menempel di tubuh bangsa ini
menyakitkan! sungguh menyakitkan melihat kenyataan ini… bagaimana orang miskin bisa mengenyam pendidikan jika untuk membayar sekolah saja tak sanggup. sungguh menyakitkan, bro!
nice post!