Tidak, saya tidak salah dalam menuliskan judul di atas. Judul tulisan ini memang mencittaimu, bukan mencintaimu. Jika kata itu dipisahkan menjadi dua yaitu ‘mencit’ dan ‘taimu’ maka anda yang tahu arti ‘mencit’ mungkin akan langsung bilang, “Ih, jorok!”.
Inilah tulisan tentang permainan kata-kata. Entah sudah berapa tulisan sejenis yang saya buat. Untuk yang satu ini, pemicunya memang sebuah kata yang mirip judul di atas yang diucapkan seorang pengamen. Kata tersebut adalah mencintaimu. Dari ucapannya, mungkin saja kata mencittaimu dan mencintaimu bisa terdengar sama bila kita tidak serius memperhatikan. Dan bisa jadi anda berpikir judul di atas maksudnya mencintaimu ketika pertama kali membacanya.
Saat kata mencintaimu dipotong menjadi ‘mencin’ dan ‘taimu’, kata yang kedua itu langsung membuat sahabat kecil saya Reyhan tertawa terbahak-bahak. Begitu dia sadar arti kata itu, dia langsung meledak dalam tawa. Pengamen yang saat itu masih berada di dekatnya tidak ngeh bahwa salah satu kata dalam syair lagu yang dia nyanyikan sedang ditertawakan. Kata ‘taimu’ mungkin tidak lucu buat anda, saya juga menganggapnya begitu, tetapi nyatanya ada orang lain yang jadi tertawa geli dan menganggap kata itu lucu. Aneh memang, tetapi itulah yang terjadi. Kadang-kadang sebuah kata bagi kita tidak lucu, ternyata buat orang lain bisa membuat geli, begitu juga sebaliknya.
Lebih tidak karuan lagi ketika kata mencintaimu diplesetkan menjadi mencittaimu. Saat mencittaimu kemudian dipotong menjadi ‘mencit’ dan ‘taimu’ maka anda yang orang Sunda atau mengerti bahasa tersebut akan menuduh saya jorok (karena saya yang membuat tulisan ini), atau menganggap saya kurang kerjaan. Kata ‘mencit’ dalam bahasa Sunda artinya memotong. Sedangkan kata satunya itu bukan bahasa Sunda tetapi bahasa Indonesia. Masak perlu saya artikan juga?
Meskipun memainkan kata-kata ada yang menganggap kurang kerjaan tetapi jangan kaget jika ada orang yang menjadikannya sebagai ladang bisnis. Yang mencengangkan lagi, omzet dari bisnis memainkan atau memplesetkan kata ini bisa milyaran rupiah. Joger di Bali dan Dagadu di Yogya adalah pemain bisnis kata-kata ini. Bahkan saking larisnya, Joger melarang pembelinya memborong dagangannya. Kontraproduktif? Justru sebaliknya, larangan tersebut tidak membuat surut wisatawan lokal maupun manca negara untuk berbelanja tetapi malah semakin banyak yang datang. Begitu juga dengan Dagadu. Karena larisnya produk Dagadu, barang-barang palsunya banyak ditemukan di pasaran termasuk di Bogor sini. Saya pernah melihat Dagadu ‘aspal’ yang dijual pedagang kaki lima di kota hujan ini.
Mencintaimu, saya yakin, anda sering mendengar atau membacanya dan pasti tahu artinya. Mencittaimu? Bisa jadi anda baru pertama kalinya membaca di sini, atau juga baru tahu artinya setelah membaca tulisan ini. Mencintaimu sering kali membutuhkan pengorbanan dan yang melakukan rela tanpa jera. Mencittaimu jelas membutuhkan pengorbanan dan ini kegiatan yang juga jelas dilakukan oleh orang yang kurang kerjaan. Yang mengerjakan kemungkinan besar juga tidak rela dan pasti jera. Tapi entahlah, mungkin anda tidak sependapat dengan saya.
Sumber gambar: koleksi pribadi
@edo: salam kenal juga mas
hahaha….bahasan yang bagus… Salam kenal ya mas..