Liga Champion yang sedang berlangsung sangat menghibur. Pertandingan antara Arsenal dengan Barcelona, misalnya, yang disiarkan beberapa hari yang lalu begitu enak ditonton. Jam siar yang pukul tiga malam tidak menjadi masalah. Saya tidak keberatan bila harus melek di dinginnya malam saat itu. Habis mau gimana lagi? Itulah resiko menjadi orang Indonesia yang tinggal di Indonesia dan ingin nonton siaran langsung Liga Champion.
Lain lagi dengan ‘Liga Champion’ yang terjadi di dunia persepakbolaan negeri ini. Bukannya memamerkan permainan yang indah, tetapi malah menunjukkan tingkah polah yang memuakkan. Saya tidak sedang membicarakan tim-tim sepakbola kita, tetapi pengurusnya yang ada dalam organisasi PSSI. Liga Champion di tubuh PSSI artinya kumpulan para jawara yang menonjolkan egonya sendiri-sendiri tanpa peduli pecinta sepakbola negeri ini yang merindukan lahirnya tim yang bisa dibanggakan di mata dunia. Dalam proses pemilihan calon ketua PSSI misalnya, neg rasanya melihat peraturan yang direkayasa untuk melanggengkan status quo.
Liga Champion di mata pengurus PSSI nampaknya diterjemahkan berlomba-lomba menjadi juara walau dengan cara yang tidak simpatik. Bagaimana disebut simpatik bila ayat dalam statuta FIFA yang menjadi induknya PSSI yang terkait dengan kriminalitas dipelintir agar bisa meloloskan mantan narapidana dua kali? Berat rasanya mengakui permainan bersih dari pengurus PSSI lama jika ditemukan indikasi yang mengarah ke perbuatan mempolitisir jalannya pemilihan ketua PSSI baru yang direncanakan di bulan Maret ini. Rencana pemilihan ketua umum yang tadinya akan dilaksanakan di Pulau Bintan yang terpencil dan tidak gampang dijangkau kemudian dipindahkan ke Bali yang kemungkinan besar akan dilaksanakan di hotel milik calon wakil ketua dari kubu status quo jelaslah membangkitkan pertanyaan. Hidden agenda apakah yang ada di balik pemindahan lokasi itu?
Saya sendiri hanya berharap mudah-mudahan permainan yang tidak fair dari orang-orang yang hanya ingin menjadikan PSSI sebagai sarang bagi mereka yang menerapkan aji mumpung, yang mungkin saja akan mengarah ke praktek korupsi dari uang rakyat melalui kucuran APBD, bisa segera berhenti dan terlihat dengan gamblang. Semoga saja apa yang dikatakan orang Jawa ‘becik ketitik ala ketara’ (yang baik bisa dikenali, yang buruk terlihat jelas) terbukti terhadap perilaku orang-orang PSSI yang tidak amanah itu.
Liga Champion yang dimainkan Arsenal melawan Barcelona waktu itu sangat menghibur saya. Barcelona berhasil ditekuk Arsenal dengan 2-1. Itu menyenangkan saya. Kalaupun Arsenal yang dibikin keok Barcelona, itu juga menggembirakan saya. Siapapun yang memenangkan pertandingan, itu sangat menyenangkan. Jika anda menganggap saya plin-plan, nggak punya pendirian, anda keliru. Jelas saya orangnya konsisten. Tim yang saya dukung pasti selalu menjadi pemenang karena saya pendukung tim yang menang. Itu artinya saya konsisten. Konsisten membela tim yang menang dan tidak pernah mendukung tim yang kalah. Jadi, sekali lagi, anda salah bila mengatakan saya tidak konsisten. Bukannya begitu kawan?
Dan… Liga Champion yang dimainkan tim Nurdin Halid melawan tim Arifin Panigoro jelas sangat-sangat-sangat tidak menarik.
Sumber gambar: di sini
ngejar ‘prestasi’ juga loh, Pak.
tapi gak tau prestasinya siapa??? 😀
@masjustice: saya juga setuju 😉
@Jarip: nyantai aja bacanya bro 😆
@zico: saya jawab, nggak mungkin prestasi. kalo nggak gengsi ya materi alias korupsi 😳
entah mengapa,,, sekarang ini saya apatis terhadap PSSI. saya rindu era kepemimpinan era agum gumelar. kompetisi berjalan dengan baik pada saat itu.dan yang yang terpenting, saat itu PSSI masih punya harga diri, yang bisa di banggakan. nah kenapa arifin panigoro dan george toisutta di enyahkan. karena kalo sendainya diantara mereka berdua jadi ketua. otomatatis orang-orang lama yang bekerja untuk NH, posisi nyaman’nya jadi terganggu..
saya lalu bertanya? apa yang ingin di kejar oleh PSSI…. keuntungan materi, atau prestasi? wallah wa’alam bishowab…
nice post. tapi ag make me confuse oge pak kalo g dibaca dgn jeli…
Itulah birokrasi negeri kita pak…
setuju pak.
udah bosen banget, sama yang satu ituh…
kayak gak ada orang lain ajah.
Bravo Sepak Bola Indonesia