Andaikan manusia disuruh hidup sendiri, pasti bisa. Jangankan manusia, binatang yang tidak dilengkapi dengan akal saja mampu. Tetapi, karena pada dasarnya manusia adalah mahluk sosial, kita tidak dapat hidup selama bila berkelompok. Berinteraksi dengan lainnya merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Bisa anda bayangkan bila kita harus hidup sendiri, bengong, tidak ada tempat untuk curhat, menumpahkan kemarahan, atau sekedar mengobral sumpah-serapah. Bahkan, kadang-kadang, kehadiran manusia lain itu diperlukan meskipun hanya sekedar hadir secara fisik.
Saat Ical dan Yana (anak BEC angkatan 10) cerita di ruang saya kalau sedang membuat sebuah komunitas di dunia maya, saya respon secara positif. Memang itulah salah satu bentuk pemenuhan kebutuhan dasar sebagai seorang manusia: bersosialisasi. Bahwa keinginan untuk terus bisa berinteraksi meskipun sudah lulus, saya dukung sepenuhnya. Juga harapan agar angkatan berikutnya bisa dan mau meneruskan media tersebut, saya doakan mudah-mudahan bisa terwujud.
Dengan adanya teknologi internet sangat memungkinkan untuk bisa saling berkomunikasi di sudut jagat manapun manusia berada asalkan ada jalur telepon. Oleh karena itu, bila anda alumni, kenal, atau pengen tahu tentang BEC dan ingin berinteraksi maka bisa masuk ke weblog yang mereka bangun dengan alamat http://communitybec.blogspot.com.
Bisa jadi komunitas maya tersebut belum sesuai dengan harapan anda. Tetapi setidaknya, dapat menjadi awalan yang baik untuk membangun sebuah peradaban yang mengikuti jaman. Kesempatan untuk bertemu secara fisik barangkali bisa menjadi barang yang langka. Kendalanya bisa berwujud biaya/uang atau waktu. Dengan adanya jalur komunikasi yang tidak terlalu mahal ini, tali silaturahmi tetap masih bisa dipelihara. Sampai sekarang saya masih bisa berkomunikasi dengan para sahabat yang sekarang tersebar di seluruh jagad raya. Saya masih bisa berhubungan dengan mantan teman kuliah yang sekarang ada di Belgia, Denmark, Amerika, Madiun, Blitar, Semarang, Jakarta, juga Bogor yang meskipun sekota nyatanya tidak mudah untuk face to face.
Silaturahmi yang terus dipelihara juga membawa banyak keuntungan. Saya pernah ke Ujung Pandang atau Makassar untuk urusan kantor. Di saat waktu luang, saya sempatkan mengunjungi mantan teman kuliah saat di Jakarta. Dia kerja di pabrik biskuit. Setelah pamitan pulang, saya dibekali biskuit hasil produk tempat dia kerja buanyak banget. Hampir-hampir saya tidak bisa membawanya ke hotel tempat saya nginap. Saat ke medan saya usahakan mampir ke rumah teman yang tinggal di kota tersebut. Di Surabaya, teman yang tinggal di kota buaya itu mau repot-repot main ke hotel saat saya melakukan perjalanan dinas kesana. Bila bertemu dengan mereka semua, rasanya seperti ketemu saudara sendiri.