Jika soal nonton film, saya pilih-pilih. Apalagi film Indonesia. Bukannya tidak nasionalis atau tidak mencintai produk dalam negeri. Apa yang akan didapat dari film yang pemerannya semacam kuntilanak, tuyul, dan sebangsa hantu lainnya? Jika film semacam itu saja ditonton dengan alasan produk anak bangsa, saya lebih suka menyebut mereka yang menonton itu sok nasionalis.
Ketika Habibie & Ainun mulai diputar di bioskop, saya tak peduli. Tak ada yang menarik dari film itu. Bahkan novelnya yang sudah lama beredar di toko buku tidak berhasil mengalihkan perhatian saya saat berada di dekatnya. Menyentuhpun tidak. Habibie bukan tokoh idola saya. Di mata saya, dia hanya mantan presiden, yang tidak memiliki prestasi istimewa. Justru yang terekam menjadi kenangan tentang dia adalah hal-hal yang, sebut saja, tidak baik. Lepasnya Timor Timur dari Indonesia, pesawat yang ditukar dengan beras ketan, dan pesawat yang terbanting di landasan saat melakukan uji terbang adalah beberapa yang saya ingat tentang Habibie. Sampai akhirnya, hati saya tergerak saat menemukan beberapa kicauan pujian tentang film itu di galur waktu Twitter.
Beberapa orang yang saya ikuti dan yang juga mengikuti saya, ada pula yang tidak, berkicau seputar film Habibie & Ainun. Karena makin lama makin banyak yang melakukan, saya jadi membuka Youtube. Tujuannya cuma satu, nonton trailer-nya. Saya tidak percaya dengan kicauan mereka dan tak akan berangkat ke gedung bioskop tanpa melihat potongan filmnya. Ketidakmenarikan sosok Habibie masih menghalangi saya untuk bersikap objektif terhadapnya. Alamak! Celakalah saya karena menonton trailer Habibie & Ainun. Saya langsung tidak bisa berpikir lagi karena potongan film itu. Pikiran saya mendadak dikuasai emosi yang ditularkan oleh trailer itu. Akibatnya, saya mengambil keputusan film ini harus saya tonton. Hebat betul yang membuat trailer itu. Dan memang seperti itulah seharusnya sebuah potongan film atau trailer atau kadang disebut teaser.
Besoknya, rencana itu saya jalankan. Film itu benar-benar saya tonton. Reza Rahadian yang memerankan Habibie sungguh memikat. Dia memberi kesan lain terhadap tokoh yang dia perankan. Ketidakistimewaan Habibie yang asli menjadi istimewa dalam sosok yang dia mainkan. Cara bicara, mimik, dan gerak tubuh betul-betul menyerupai aslinya. Hanya yang kurang dari dia adalah tinggi tubuhnya. Habibie asli yang mungil sangat tidak pas diperankan Reza yang jangkung. Seandainya fisiknya seukuran tokoh aslinya, saya yakin hasilnya lebih dahsyat. Tapi sudahlah, film ini tetap enak ditonton meski ada beberapa kejanggalan yang menyebabkan dahi berkerut.
Habibie & Ainun menggambarkan kekuatan cinta pasangan dalam menjalani kehidupan. Suka duka dijalani bersama. Impian pasangan juga menjadi impiannya. Duka pasangan adalah lara baginya. Begitu menyentuh kisah kasih film ini. Tidak heran jika banyak penonton khususnya kaum perempuan meneteskan air mata dibuatnya. Bahkan sampai sembap matanya.
Film ini menguatkan cinta, khususnya untuk orang yang kita kasihi. Habibie sebagai manusia biasa, bukan mantan presiden, menyentuh emosi saya lewat cintanya kepada Ainun yang diperankan Bunga Citra Lestari. Melalui film ini, muncul rasa simpati untuknya. Dan inilah kekuatan lain dari sebuah karya seni, yaitu mampu mengubah persepsi penikmatnya. Kekuatan cinta Habibie yang dibabarkan film Habibie & Ainun berhasil membuat simpati dan empati saya untuknya mengecambah.
Sumber gambar: di sini
Ini memang film yang bagus pak..
thanks buat ulasannya..
@donieabdullah: terima kasih komentarnya. 🙂
@Jual madu online: sama-sama. 🙂
Kebetulan mampir ke blog pak wkf..
kmrn ngga ada kepikiran sama sekali mau nonton film ini..
tapi setelah denger cerita dari temen2 yang udah nonton, dan dari baca postingan ini.. sekarang jadi pengin nonton..
trims pak.. 😀
dari yang gak suka jadi suka .. heheheh
@cepy & mt: duh, kalian berdua ini nampaknya sekongkol, deh.
kapan update?
tak masalah film habibie ainun booming. saya cuman pengin baca postingan baru pak wkf yang nyeleneh, menohok tapi menginspirasi nih. ayolah, udah sebulan gak mosting baru kan, Pak? hehe 😀
@mt: nontonlah. Ada pelajaran cinta di dalamnya. 🙂
@phenyukerooo: benar. 🙂
@zico: saya senang pemeran Habibie yang begitu bagus. Selamat blogwalking lagi. 😉
Dari sinopsis nampaknya menarik. dan dari filmnya lebih mengedepankan hikmah yang bisa kita ambil. meski tidak menutup mata, bahwa hal yang wajar jika mengharapkan segi komersil dari visi sebuah industri 🙂
film indonesia kebanyakan diisi dengan cerita seks-komedi, atau film seram yang dibumbui dengan unsur sex.
dan film ainun&habibie ini merupakan referensi film tema cinta yang tak biasa..
dibukunya yang saya baca. kira2 hampir (kalau tidak salah) habibie memikirkan aniun sekitar kurang lebih 6 bulan. dan pak habibie sangat amat memikirkan alm istrinya terus….
selamat menonton dan mengambil hikmah.
lama tak berkunjung pak, biasa pak hiatus akut, ini juga baru blog walking lagi.. 🙂
Sama halnya seperti Pak WKF, saya tidak tertarik dan tersentuh sama sekali dengan novel maupun berita yg mewawancarai secara khusus mantan orang nomor satu itu.
Namun kisah kasih dua insan yaitu rudi dan ainun berhasil menguak emosi dan tetesan air mata
sungguh abadi pak 😀
sepertinya aku juga harus menonton deh setelah baca ulasan ini. bagus banget jika film nasional yg bagus diulas dlm blog, spt ini.