Menjadi kaya itu pilihan, bukan kesempatan. Anda percaya itu? Bila iya, berarti anda sepikiran dengan Burke Hedges dan Steve Price. Kedua orang ini menyatakan ide tersebut dalam bukunya The Parable of the Pipeline yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Membangun Saluran Pipa Kekayaan.
Mungkin tidak semua orang sependapat. Namun, bisa jadi pemikiran tersebut benar. Artinya, siapapun punya peluang untuk menjadi kaya. Siapa saja bisa menjadi miliarder asal mau melakukan tiga langkah yang sederhana. Meskipun sederhana tetapi nyatanya banyak yang tidak mampu atau, lebih tepatnya, tidak mau mengambil langkah tersebut.
Langkah pertama adalah paham, yaitu memahami dengan jelas cara mendapatkan dan mengumpulkan kekayaan. Banyak orang kaya yang secara akademis tidak pintar. Namun mereka memiliki kecerdasan secara finansial. Artinya, mereka bisa membedakan mana aset dan mana bukan. Segala yang dimiliki akan disebut aset bila menghasilkan uang buat mereka. Kadang-kadang kita menganggap harta yang kita miliki disebut aset, tetapi sebenarnya bukan. Justru mereka menyedot uang kita. Rumah misalnya. Rumah yang kita tinggali setiap tahunnya memerlukan biaya untuk perbaikan. Seorang cerdas secara finansial tidak menyebut rumah yang seperti ini sebagai aset. Sebuah rumah akan dikatakan aset kalau dia menghasilkan uang bagi pemiliknya. Contohnya apa? Rumah yang dikontrakkan atau dijadikan kost-kostan. Jadi selama sebuah rumah tidak menghasilkan uang, maka dia belum bisa disebut aset tetapi masih sebuah liabilitas.
Kedua, meniru. Dengan meniru sistem-sistem penciptaan kekayaan yang sudah terbukti keampuhannya, andapun bisa menjadi kaya sebagaimana jutawan atau miliarder lainnya. Salah satu bentuk sistem penciptaan kekayaan adalah dengan melakukan investasi. Bukan hanya orang dengan uang banyak yang bisa berinvestasi, mereka yang memiliki uang sedikitpun dapat melakukannya. Orang yang uangnya tidak banyak asal mau serius dan berkomitmen juga akan bisa menyisihkan uangnya untuk digunakan berinvestasi. Orang kaya dan orang miskin itu sama-sama memiliki kebutuhan. Tetapi kebutuhan mereka tidak sama. Karena gaya hidupnya, kebutuhan orang kaya lebih mahal. Sama-sama punya mobil, orang kaya mobilnya lebih mahal dan tentu saja perawatannya juga mahal. Kalau orang miskin makan di warung maka orang kaya makannya di restoran. Semakin banyak orang memiliki kekayaan, semakin banyak pula jumlah pengeluarannya. Dengan demikian, perbandingan pemasukan dan pengeluaran antara orang kaya dan orang miskin pada dasarnya sama saja.
Langkah ketiga yang perlu diambil untuk bisa menjadi kaya adalah konsisten. Bersikap konsisten dalam menerapkan sistem-sistem penciptaan kekayaan seiring dengan berjalannya waktu. Jangan berhenti dalam menerapkan sistem yang sudah terbukti berjalan dengan baik dan terus mencari sistem-sistem baru yang berbeda. Janganlah menaruh telur dalam satu keranjang. Kalau keranjang tersebut jatuh, hancurlah seluruh telur yang kita miliki. Bila sebuah sistem yang kita jalankan mengalami kegagalan, masih ada yang lain yang bisa diandalkan.
Burke dan Steve mengibaratkan orang-orang yang memiliki sistem ini seperti mempunyai pipa yang mengalirkan kekayaan terus-menerus dan tidak ada habis-habisnya ke dalam ember-ember pendapatan mereka. Sementara mereka yang hanya mengandalkan penghasilan dari gaji atau bayaran orang lain ibarat orang yang menikmati ember penghasilan yang suatu saat pasti akan habis. Seberapa banyak dan besar pun ember yang mereka miliki. Jadi kalau anda orang yang terlahir kaya, tetapi tidak mau membangun sistem penciptaan kekayaan, maka anda tinggal menunggu waktu kebangkrutan itu tiba.
Cukup sederhana bukan. Hanya dengan menjalankan ketiga langkah tersebut, orang biasa, termasuk anda, termasuk saya, memiliki kemungkinan memperoleh aset yang bernilai miliaran rupiah. Tinggal kitanya, mau nggak menjalankan langkah-langkah tersebut. Apa cuma mau ngomong doangggg…