Apapun aliran anda, entah yang ngikut lebaran Jum’at ato Sabtu, bahkan jika anda termasuk pengikut kelompok yang merayakan idul fitri hari Kamis seperti yang ada di Gowa, Gorontalo, maupun Padang sekalipun, saya ucapkan selamat hari raya idul fitri. Segala khilaf dan salah, mohon dimaafkan. Agak terlambat memang jika saya mengucapkannya sekarang, tetapi barangkali itu lebih baik daripada tidak. Seperti pepatah orang Jawa, “Better late than never.”
Maklum saja. Itu semua karena saya jauh dari rumah, dari si kokom kesayangan. Inipun saya ketik di warnetnya STIE AMA Salatiga di sela waktu bersilaturahim dengan sanak sodara. Mumpung ada kesempatan. Walopun besuk (Sabtu, 20/10) saya dan bolo kurowo sudah balek ke Bogor, tapi nggak ada salahnya juga ngisi blog ini sekarang. Ya akhirnya berangkat deh berdua sama junior saya yang gede ke warnet, mencoba menyusun rangkaian kalimat sebagai ucapan silaturahim dalam rangka lebaran.
Lebaran ini, memang saya putuskan untuk mudik setelah dua lebaran kemarin tidak pulang. Bukan masalah enggan atau tidak peduli lagi dengan orang tua bila saya tidak mudik tiap tahun. Kalo nurutin lamanya perjalanan dan macet, memang malas untuk mudik. Tapi saat ini saya lebih merasa harus mudik karena sudah dua tahun lebih, kalo nggak salah, saya tidak ketemu dengan orang tua. Saya sudah kangen. Kangen semuanya, orang tua, teman, suasana kampung masa kecil, opornya emak, dll-dll.
Buat saya mudik itu bukan wajib hukumnya, tapi hanyalah sebuah pilihan. Sedangkan silaturahim dengan orang tua dan sanak sodara memang harus, tapi bukan berarti musti dilakukan di hari lebaran. Toh kalo untuk sungkem dengan orang tua tidak harus di hari raya, hari lainpun nggak ada bedanya. Ya toh? Tapi terserah anda ding. Jika anda ngotot harus di hari lebaran untuk sembah sujud ke orang tua, biar terasa afdol, dan untuk itulah anda ngeyel harus mudik di saat itu, ya… that’s your choice. Saya nggak punya hak untuk ngatur anda.
Untuk sementara sampe ini dulu deh. Banyak pengalaman selama libur lebaran yang bisa diceritakan. Namun nantilah setelah tiba di Bogor lagi. Lagian, sekarang jadi mahal, harus ngeluarin duit, untuk sekedar ngonsep tulisan. Apalagi junior saya yang sudah SMP kelas 1 ini selalu ikut, ya sudah pasti tidak cukup hanya bermodal lima ribu perak. So, c u then. Titi dj, titi sandora, titi kadarsih, dan titi-titi yang laen.
Sekali lagi,
Sumunaring suryo enjang petak cinandra resik ing wardoyo, mangayu bagyo dinten riyadi 1 Syawal 1428 H, ngaturaken agunging samodro pangaksami lahir tuwin batos.