Playboy akan terbit di Indonesia? Selamat datang di dunia sekuler kapitalis.
Memang sudah keterlaluan kalo Maret nanti majalah tersebut bener-bener tertib. Banyaknya protes yang muncul atas rencana tersebut sudah bisa menunjukkan bahwa rakyat ini nggak butuh majalah seperti itu. Bila modern diukur dari ada tidaknya kebejatan seperti itu, sudah pasti, rusaklah Indonesia ini.
Generasi muda sekarang yang makin longgar pergaulannya akan semakin menjadi-jadi. Sudah pasti. Munculnya majalah tersebut akan membuat anak-anak kita mempunyai acuan lain yang gampang diperoleh untuk menjadi hedonis. Bagi orang tua, rupanya harus lebih extra hati-hati lagi mendidik putra-putrinya apabila majalah ini benar-benar terbit. Mudah-mudahan saja penerbitannya ditunda sampai waktu tak terbatas atau dilarang sama sekali. Meskipun penggagas majalah ini yakin majalahnya akan terbit.
Avianto pun mengaku sudah mengantongi izin penerbitan. “Izin penerbitan itu sudah keluar sejak akhir November 2005 lalu,” lanjutnya.
Kalaupun ada remaja Indonesia seperti Tiara Lestari alias Ayu Lestari alias Amara yang asli Solo ini pernah nongol di cover majalah esek-esek Playboy terbitan Spanyol (Agustus 2005) dan Penthouse terbitan Thailand dan Belanda, semoga hal itu tidak membuat remaja Indonesia lainnya menjadi tergoda.
Memang merupakan godaan yang berat bagi remaja yang sedang mencari identitas. Silau oleh kemilaunya materi dan ketenaran. Siapa yang nggak ingin terlihat up-to-date, cool, dan tajir. Bukan pekerjaan yang gampang membuat remaja kita berpaling dari rangsangan memabukkan itu.
Sekarang bagi kita yang kontra dengan rencana tersebut yang tidak punya wewenang untuk memutuskan tinggal bisa berdoa mudah-mudahan bapak-bapak yang terhormat pembuat keputusan bisa melek mata hati dan pikirannya. Bila ingin membuat rakyat Indonesia yang sudah korup dan brutal ini makin rusak silahkan menyetujui penerbitan majalah tersebut.
Jujur dulu waktu edisi pertama majalah ini beredar(2006),saya beli karna penasaran..isinya ternyata jauh berbeda dengan brand ‘naked’ yg melekat..yg paling saya ingat isi majalah itu adalah wawancara terakhir Pramoedya Ananta Toer sebelum beliau wafat…tapi majalah itu hilang dari kost an saya 2 minggu setelah dibeli,ga tau siapa yg ‘pinjam’ ..hehe
@Yos Zuacca: saya nggak lihat majalah aslinya, hanya dari pemberitaan saja, dan saat itu memang begitu heboh