Setelah tulisan berjudul Ketika Orang Asing Menjadi Keluarga kemudian dilanjut dengan Darah Kental Keluarga Pilihan, tulisan ketiga ini sebagai penutupnya dari trilogi tentang persahabatan.Â
Persahabatan merupakan topik yang selalu hangat diperbincangkan sejak dulu. Tapi mari kita bicara yang sebenarnya, bahwa ada satu jenis persahabatan yang entah bagaimana berevolusi menjadi sesuatu yang lebih kompleks yaitu ketika sahabat-sahabat kita tiba-tiba berubah menjadi keluarga yang tidak pernah kita minta, tapi ternyata sangat kita butuhkan.
Siapa yang butuh drama keluarga kandung ketika kamu punya sahabat yang bisa memberikan tingkat kekacauan emosional yang sama persis? Minimal mereka tidak akan mengingatkan kamu tentang fase emosional di SMA setiap kali berkumpul keluarga.
METAMORFOSIS YANG TIDAK DISADARI
Awalnya, mereka hanya teman biasa. Kalian bertemu di kampus, kantor, atau mungkin di warung kopi yang sama-sama kalian kunjungi karena wifi gratis dan barista yang lumayan. Percakapan dimulai dari hal-hal sepele seperti cuaca, tugas kuliah, atau keluhan tentang atasan yang hobi ngatur.
Lalu tanpa sadar, kalian mulai saling tahu jadwal makan, kebiasaan buruk masing-masing, dan rahasia memalukan yang seharusnya dibawa ke liang kubur. Sebelum kalian sadar, mereka sudah tahu password Netflix kalian dan dengan santainya menggunakan akun kalian untuk maraton serial drama Korea yang bahkan kalian sendiri tidak tertarik untuk menonton.
Inilah titik di mana kalian mulai menyadari kalau hubungan ini sudah terlalu dalam untuk sekadar pertemanan biasa.
TANDA-TANDA YANG PERLU DIWASPADAI
Ada beberapa indikator yang menunjukkan bahwa persahabatan kalian sudah memasuki zona “berbahaya” yaitu zona keluarga. Pertama, mereka mulai ikut campur dalam keputusan hidup kalian dengan intensitas yang menyaingi orang tua. “Kamu yakin mau pacaran sama si A? Aku sudah intip Instagramnya, kayaknya dia tipe yang suka ghosting.”
Kedua, mereka merasa berhak untuk memberikan komentar tentang penampilan kalian. “Baju itu terlalu ketat,” atau “Rambut kalian butuh dipotong,” atau yang paling menyebalkan: “Kamu kelihatan lelah, sudah minum vitamin belum?” Selamat, kalian baru saja mendapatkan ibu kedua yang tidak pernah kalian lamar.
Ketiga, dan ini yang paling mengerikan: mereka mulai mengundang diri sendiri ke acara keluarga kalian. Natal, Lebaran, ulang tahun nenek, entah bagaimana mereka selalu ada, dan yang lebih parah lagi, keluarga kalian sudah menganggap mereka sebagai bagian dari klan.
DINAMIKA KELUARGA PILIHAN YANG KOMPLEKS
Yang menarik dari fenomena ini adalah bagaimana dinamika keluarga mulai terbentuk secara natural. Ada yang jadi kakak yang selalu merasa bertanggung jawab atas hidup semua orang. Ada yang jadi adik bungsu yang dimanja dan selalu dimaafkan meskipun sudah berusia kepala tiga. Ada juga yang jadi anak tengah, yang paling rational tapi sering diabaikan ketika drama mulai terjadi.
Mereka akan membentuk hierarki sendiri, lengkap dengan aturan tidak tertulis yang hanya mereka yang mengerti. Siapa yang boleh mengkritik siapa, siapa yang harus ditelepon duluan ketika ada berita penting, dan siapa yang bertanggung jawab membawa cemilan ketika nongkrong.
Yang paling absurd adalah ketika mereka mulai punya “pertemuan keluarga” untuk membahas masalah internal grup. Serius? Kalian bukan board of directors perusahaan multinasional. Kalian cuma sekelompok orang dewasa yang kebetulan saling terjebak dalam lingkaran persahabatan yang sudah terlanjur dalam.
DRAMA INTERNAL YANG TIDAK ADA HABISNYA
Seperti keluarga pada umumnya, drama adalah bumbu kehidupan yang tidak bisa dihindari. Bedanya, kalau dengan keluarga kandung, kalian terikat darah dan hukum waris. Kalau dengan sahabat-keluarga ini, kalian terikat dengan sejarah WhatsApp group yang panjangnya sudah seperti skripsi dan foto-foto memalukan yang bisa dijadikan bahan pemerasan seumur hidup.
Ada fase di mana seseorang akan ngambek dan keluar dari grup WhatsApp, hanya untuk masuk lagi tiga hari kemudian dengan alasan ada yang mau disampaikan. Ada juga fase di mana dua orang bertengkar dan yang lainnya harus jadi mediator, meskipun masalahnya cuma gara-gara salah satu pihak lupa mengucapkan terima kasih ketika dibelikan kopi.
Yang paling menguras energi adalah ketika mereka mulai membentuk kelompok sempalan atau aliansi internal. Tiba-tiba ada grup WhatsApp baru yang tidak melibatkan semua anggota, dan kalian harus bermain politik seperti sedang kampanye pilkada tingkat RT.
KEUNTUNGAN TIDAK TERDUGA
Meskipun terdengar menyebalkan, ternyata memiliki sahabat-keluarga ini punya keuntungan yang tidak bisa kalian dapatkan dari keluarga kandung. Mereka memilih untuk ada dalam hidup kalian, bukan karena terikat darah atau kewajiban moral, tapi karena mereka benar-benar peduli, atau setidaknya sudah terlanjur tahu terlalu banyak rahasia untuk bisa pergi.
Mereka akan menjadi pendukung terbaik ketika kalian sedang menghadapi krisis seperempat abad atau krisis separuh abad, tergantung umur kalian saat ini. Mereka tidak akan menghakimi pilihan hidup kalian, atau setidaknya akan menghakimi dengan cara yang lebih diplomatik dibandingkan keluarga kandung.
Yang paling berharga adalah mereka memahami versi terbaru dari diri kalian. Keluarga kandung sering kali masih melihat kalian sebagai anak kecil yang dulu pipis di kasur hingga umur tujuh tahun. Sahabat-keluarga ini tahu siapa kalian sekarang, dengan segala pertumbuhan dan kemunduran yang kalian alami.
TANGGUNG JAWAB YANG TIDAK PERNAH DITANDATANGANI
Dengan status baru sebagai keluarga pilihan, datanglah tanggung jawab yang tidak pernah kalian setujui secara tertulis. Kalian harus hadir di setiap momen penting mereka: wisuda, lamaran, pernikahan, kelahiran anak, bahkan acara perpisahan ketika mereka pindah kerja.
Kalian juga harus siap menjadi kontak keadaan darurat ketika mereka sakit, menjadi pendengar yang baik ketika mereka curhat tentang masalah pekerjaan yang sama untuk kesekian kalinya, dan menjadi juri ketika mereka meminta pendapat tentang pakaian untuk kencan.
Yang paling menantang adalah ketika kalian harus menjadi diplomat ketika ada konflik internal. Tiba-tiba kalian harus punya keahlian bernegosiasi setingkat menteri luar negeri hanya untuk menyelesaikan masalah siapa yang lupa bayar bill ketika makan bersama.
MENERIMA NASIB DENGAN LAPANG DADA
Di akhir hari, meskipun kalian tidak pernah melamar untuk menjadi bagian dari keluarga yang kompleks ini, ternyata hidup memang lebih berwarna dengan kehadiran mereka. Mereka mungkin menyebalkan, dramatis, dan terkadang lebih merepotkan daripada keluarga kandung, tapi mereka adalah orang-orang yang memilih untuk bertahan di hidup kalian meskipun sudah tahu semua sisi buruk kalian.
Jadi, untuk kalian yang sedang mengalami fase ini, selamat datang di klub keluarga pilihan yang tidak pernah kalian daftar. Membership-nya seumur hidup, benefit-nya tidak jelas, tapi bagaimanapun cukup berharga untuk dimiliki.
Dan untuk kalian yang belum mengalaminya, bersiaplah. Persahabatan yang terlalu nyaman itu berbahaya. Sebelum kalian sadar, kalian sudah terjebak dalam makan malam keluarga yang terdiri dari orang-orang yang awalnya hanya kalian kenal dari media sosial.