Mental bakul itu menjual bukan membeli. Jadi ketika seseorang dengan mental bakul membeli suatu barang, muncul rasa bersalah. Tentu saja anda boleh protes bila tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
Namun nanti dulu, jika anda mengaku bermental pedagang tetapi memprotes yang saya katakan di atas maka saya berani bilang bahwa sebenarnya anda tidak 100% benar-benar bermental bakul. Ya, tentu saja seorang bermental bakul juga membeli sesuatu untuk kebutuhannya. Dan itu tidak bisa dihindari. Dalam hidupnya, siapapun, pasti memiliki kebutuhan yang salah satu cara memenuhinya ya melalui pembelian. Contoh gampangnya saja makan. Jika kita seorang petani dan mempunyai sawah sendiri, barangkali kita tidak perlu beli beras. Cukup menanamnya sendiri, bereslah itu urusan. Tapi kan tidak semua orang petani? Kalaupun petani tetapi tidak memiliki lahan, kan dia tidak bisa menanam sendiri? Mau nggak mau, ya harus belilah.
Banyak kebutuhan yang memang harus dibeli karena ketidak mungkinan untuk menghasilkan atau memproduksi sendiri. Bila ini yang terjadi, mental bakul tidak akan terusik. Seorang bermental bakul akan terusik dan menjadi merasa bersalah ketika dia membeli barang di luar kebutuhan itu. Artinya, barang yang dibeli semata-mata hanya bersifat konsumtif, bukan produktif. Seandainya membeli kemudian untuk dijual lagi, itu yang namanya produktif. Untuk yang terakhir ini, orang yang bermental bakul pasti tidak merasa bersalah dengan apa yang telah dilakukan. Kan memang itu yang selalu dikerjakan seorang pedagang, membeli untuk dijual lagi.
Memiliki mental bakul atau tidak, memang bisa berasal dari lingkungan keluarga. Orangtua pedagang yang sudah pasti bermental bakul bisa dipastikan kemungkinan besar akan menghasilkan keturunan yang bermental bakul. Tidak aneh jika bapak atau ibunya jualan kemudian anaknya juga menjadi pedagang. Apalagi mereka yang benar-benar mengandalkan berdagang sebagai sumber nafkah, pasti akan dengan serius menjalani profesi tersebut. Dengan lingkungan seperti itu dan pola asuh yang pasti juga akan terpengaruh oleh aktifitas hariannya, disadari atau tidak, orangtua membentuk mental anaknya menjadi mental pedagang. Yang selalu menjadi prioritas dari orang dengan mental seperti itu bukan apa yang akan saya beli tetapi apa yang bisa saya jual.
Ada satu tes sederhana untuk mengetahui apakah kita ini bermental bakul atau tidak. Masalah validitasnya tentu saja masih bisa diperdebatkan. Bukan itu yang penting. Jika anda belum-belum sudah merepotkan diri dengan terlalu serius mempermasalahkan keabsahan tes sederhana ini, lebih baik tidak usah melakukan saja. Bukan masalah hasilnya bisa dipercaya atau tidak tetapi dengan mencoba melakukan tes ini, anda bisa mengetahui ada tidaknya mental bakul dalam diri anda. Tentang seberapa tinggi level dari mental tersebut, memang anda menganggap itu penting?
Untuk mengetes apakah anda ini memiliki mental bakul, anda cukup menjawab satu pertanyaan ini, “Seandainya anda diberi uang 10 juta, apa yang akan anda lakukan dengan uang tersebut?” Anda boleh memberi jawaban apapun. Tidak ada aturan yang mengharuskan anda menjawab dengan cara-cara tertentu. Dari jawaban yang anda berikan maka akan ketahuan apakah anda ini benar-benar bermental bakul, ada unsur mental bakul meskipun tidak banyak, atau sama sekali tidak memiliki mental itu.
Sudah dijawab? Sebelum saya jelaskan dari jawaban yang anda berikan, saya ingin menebak jawaban anda dulu. Jenis jawaban yang pertama adalah anda akan habiskan uang itu untuk membeli sesuatu yang sudah lama anda idam-idamkan, mungkin sepatu, tas, liburan ke Bali, atau apapun. Jenis jawaban kedua, anda gunakan sebagian dari uang tersebut untuk membeli barang yang anda inginkan dan sisanya anda tabung. Jenis ketiga, anda memasukkan seluruh uang tersebut ke buku tabungan sebagai antisipasi bila ada keperluan mendadak. Jenis keempat, anda menggunakan uang tersebut untuk modal usaha, entah itu legal maupun ilegal. Yang mana jawaban anda dari empat jenis jawaban tersebut?
Apapun jawaban anda, tidak ada yang salah karena tes ini bukan untuk mencari benar-salah. Namun bisa dipastikan, jika jawaban anda jenis yang keempat, itu artinya anda memang betul-betul bermental bakul. Cara berpikir bagaimana menggunakan uang yang ada di tangan menjadi produktif, bukan membelanjakannya untuk barang-barang konsumtif, adalah ciri seseorang yang memiliki mental bakul. Setuju?
Sumber gambar: di sini
@Yudhi: setuju… hahaha nggak sama
Orang sukses selalu kelebihan cara… orang gagal selalu kelebihan alasan… hahaha sama gak bos dgn mental bakul?
@aming: anak2 nafsunya jajan masgan, bukan berpikir produktif 😉
kayaknya semua manusia seperti itu deh gan, kecuali anak2…
sebab mereka belum dikuasai hawa nafsu….
@St. Yahman: istilah dari saya
Mental dasar marketing ya..
Kalau saya boleh tahu, mental bakul itu istilah dari mana Pak?