Habis Mantan Terbit Gebetan

0
184

Kadang-kadang, stimulus visual bisa berdampak luar biasa. Maksud saya stimulan itu bisa menggerakkan kita untuk melakukan sesuatu. Hanya gara-gara melihat tulisan di angkot, kata-kata itu bisa menggerakkan saya membuat artikel ini. Sederhana saja yang tertulis di kaca jendela angkot tersebut, “Habis Mantan Terbit Gebetan”.

R.A. KARTINI

April sudah lewat. Namun demikian, bau-bau Kartini masih terendus atau setidaknya tetap terlintas dalam ingatan. Apalagi Anda yang pada 21 April lalu memperingatinya baik di sekolah maupun di tempat kerja. Bila dirasa-rasa, tulisan di angkot itu tentu mengingatkan judul karya Kartini yang merupakan kumpulan surat yang dia tulis untuk sahabatnya di Eropa. Beberapa tulisan saya pernah menyenggol nama Kartini. Bila Anda mengetik kata Kartini di kolom pencari, otomatis akan muncul beberapa tulisan yang dulu pernah saya buat. Salah satunya misalnya Kasur, Dapur, dan Sumur Kartini. Namun, tulisan ini bukan membicarakan tentang R.A. Kartini atau yang berkaitan dengannya.

HABIS MANTAN TERBIT GEBETAN

Saya tidak tahu apa maksud dari si pembuat tulisan itu atau penyebab yang melatari tulisan tersebut dibikin. Kalau boleh menebak secara positif, penulisnya pasti jenis manusia optimis dan pantang menyerah. Pasti dia orang istikamah, teguh pendirian dan selalu konsisten. Bahkan meskipun berdirinya tidak teguh dan konsisten gagal. Dia bukan tipe manusia yang seperti dalam ungkapan “teguh berpaling, duduk berkisar” maksudnya apa yang dilakukan berlainan dengan apa yang telah dikatakan atau dijanjikan.

KISAH ABADI DUNIA PERCINTAAN ANAK MANUSIA

Bukan hanya remaja, yang sudah tidak muda lagi banyak juga yang masih suka drama romansa. Namanya juga manusia.Manusia adalah makhluk yang tidak pernah puas. Sudah punya pasangan, masih lirik-lirik yang lain. Sudah putus, masih mengintip story mantan. Tapi tenang, Anda tidak sendirian. Bahkan ilmuwan pun setuju kalau manusia modern lebih sulit move on ketimbang belajar bahasa Korea. Kenapa? Karena habis mantan, biasanya tidak langsung terbit gebetan. Kadang yang terbit malah jerawat, tagihan cicilan, atau rasa sesal karena dulu mau-maunya menjadi budak cinta membabi buta.

Tapi bagi sebagian dari kita yang beruntung, atau yang kurang kerjaan, kisah cinta punya pola unik: habis mantan, terbit gebetan. Seolah hidup ini kalender percintaan, dan kita selalu menantikan tanggal merah untuk nembak yang baru.

Habis Mantan Terbit Gebetan

Kalau diceritakan alur perjalanan kisah percintaan yang bagi orang lain kadang terlihat semacam roman picisan, seperti di bawah inilah kira-kira urut-urutannya.

Putus Bukan Akhir Segalanya

Kita mulai dari awal: putus. Biasanya diiringi lagu-lagu nelangsa mendayu sendu dengan rasa senada yaitu “Kenangan Bersama Dia” yang diputar ulang tiada henti lupa kalau ada tombol Stop. Hari pertama, nangis. Hari kedua, scroll chat lama sambil bilang “Dulu dia sayang banget ya.” Hari ketiga, mulai follow akun self-healing quotes yang isinya motivasi murahan seperti “Jangan kejar dia yang pergi. Kejarlah mimpimu.” Ya bagus sih, tapi kalau mimpi kita adalah dia, gimana dong? Dan saat semua teman bilang, “Udah lah, kamu terlalu baik buat dia,” kita mulai sadar bahwa mereka benar… tapi telat. Karena sekarang sudah tinggal kenangan dan hutang traktiran.

Masa Karantina Emosional—Antara Nyicil Move On dan Berburu Calon Mangsa Baru

Setelah resmi berstatus jomblo (lagi), kita masuk masa karantina emosional. Ini masa genting. Beberapa gejala umum:

– Mulai rajin ke gym. Bukan untuk sehat, tapi biar mantan lihat kita makin oke.

– Ubah gaya rambut jadi kriwil. Padahal dibilang mirip mi instan rebus.

– Tiba-tiba aktif lagi di Instagram, mengunggah foto sambil menulis caption bijak sok tegar: “Kadang kehilangan adalah cara Tuhan membuka pintu baru.” Padahal baru kehilangan sendal.

Di fase ini juga biasanya kita mulai menelisik lingkungan. Siapa yang pernah komen “kamu manis” di foto tahun-tahun sebelumnya? Siapa teman lama yang dulu hampir jadi tapi keburu kita pacaran sama si mantan? Detik-detik ini menentukan. Karena dari sinilah biasanya… terbit gebetan.

Gebetan Muncul Bak Promo Kejutan—Tak Diduga Tapi Menggoda

Gebetan bisa datang dari mana saja. Bisa dari teman kantor yang dulu cuma jadi partner tukeran makanan di jam istirahat. Bisa juga dari mutualan Instagram yang tiba-tiba rajin komentar. Atau paling klise, mantan gebetan zaman SMP yang sekarang terlihat glowing dan ngajak ngopi.

Tiba-tiba hidup jadi lebih semangat. Alarm pagi bukan lagi cuma tanda harus kerja, tapi harapan dapat chat “udah bangun belum?” dari gebetan. Kita mulai pakai baju lebih matching, pakai parfum walau cuma ke Indomaret, dan tentu saja… update story minimal tiga kali sehari, buat memancing perhatian.Tapi ingat, belum tentu si dia juga merasa kita ini masuk daftar seleranya. Bisa jadi dia cuma bosan, atau lebih parah, kita masuk kategori pemain cadangan yang ternyata duduk di bangku cadangan selamanya. Tapi ya, namanya juga gebetan. Jelas belum jadian. Masih bebas berandai-andai dan berakrobat emosi.

Adu Strategi antara Sok Cuek dan Sok Manis

Fase ini mirip main catur. Harus mikir dua langkah ke depan. Misalnya kalau dia gak balas chat tiga jam, kita balas enam jam. Biar kelihatan nggak terlalu berharap.Kalau dia bilang, “Kamu lucu,” kita balas, “Kamu juga… kayak kucing garong.” Sok lucu, padahal bingung harus tebar pesona atau jaga harga diri. Dan tentu saja, pertanyaan terbesar: haruskah kita cerita tentang mantan? Beberapa orang merasa wajib. “Aku pengin jujur aja, biar kamu tahu masa laluku.” Padahal kalimat lengkapnya adalah: “Aku pengin jujur, biar kamu kasihan dan nggak pergi juga kayak dia.” Sementara itu, sebagian besar dari kita memilih menyimpan kenangan mantan di folder tersembunyi, dikunci dengan password sampai kita sendiri lupa.

Gebetan Jadi Pacar, atau Jadi Cerita Ngenes Lainnya

Akhir dari kisah ini bisa dua macam.

Pertama, gebetan jadi pacar. Luar biasa. Selamat! Anda berhasil menyeberangi lautan trauma, naik perahu sok kuat, dan akhirnya mendarat di pulau yang baru. Tapi jangan senang dulu. Ini belum sampai pada terminal akhir yang membahagiakan. Ini baru awal drama berikutnya:

“Kok kamu nggak pernah upload aku di story?”

“Siapa itu yang nge-love fotomu terus?”

“Kamu belum bener-bener move on dari mantan, ya?”

Kalau bisa lolos dari ini semua, baru boleh pasang foto berduaan dan menulis di bio “my bebeb” tanpa rasa malu, meski orang lain tetap nyinyir.

Kedua, gebetan cuma mampir, kayak KRL. Kita diperlakukan seperti Stasiun Citayam. KRL hanya mampir sebentar sebelum melaju ke Nambo atau Bogor. Yang satu ini umum terjadi. Kita sudah mulai sayang, eh dia bilang, “Maaf ya, aku belum siap hubungan serius.” Atau lebih menyesakkan sampai-sampai kita ingin menghisap oksigen dalam-dalam langsung dari tabungnya: ghosting. Mendadak hilang, padahal tadi malam masih membincang masa depan. Sedih? Jelas. Tapi tenang, Anda cuma harus menunggu beberapa minggu… sampai terbit gebetan baru. Karena siklusnya memang begitu. Habis mantan, gebetan, gagal, gebetan lagi, mungkin pacar, terus? Ya bisa jadi mantan juga.

SELAMAT DATANG DI SIKLUS TAK BERUJUNG

Habis mantan terbit gebetan bukan cuma pepatah zaman sekarang atau sekadar tulisan di kaca jendela angkot. Ini semacam biologis sosial, adaptasi manusia modern untuk tetap waras dalam menghadapi kesepian dan algoritma Instagram.

Untuk Anda berapa pun usianya, tenang saja. Tidak ada yang telat. Cinta itu bukan perlombaan, tapi lebih mirip lomba tarik tambang. Kadang kita tarik terlalu keras dan jatuh sendiri. Kadang kita lepas tali dan dibilang nggak serius. Tapi kalau Anda capek? Tidak apa-apa. Duduk dulu. Minum kopi. Mungkin sambil nonton reels mantan yang lagi traveling sambil mikir, “Ah, dulu gue yang moto dia tuh.”Dan saat Anda mulai merasa bosan dengan kesendirian, yakinlah… habis mantan, akan terbit gebetan. Kalau tidak terbit-terbit, tetap sabar. Setidaknya ada yang ditunggu. Mekipun sebenarnya ini menunggu atau mengkhayal.

KREATIVITAS TANPA BATAS

Selesai mengulas siklus tak berujung dari mantan sampai gebetan, sekarang kita beralih ke kreativitas. Yang namanya kreativitas bisa beragam wujudnya. Tulisan di kendaraan salah satunya. Pernah lihat kan tulisan di belakang bak truk atau di badan mobil lainnya? Itu bisa menjadi stimulus visual buat saya seperti yang terjadi dengan tulisan ini. Dulu juga saya pernah menulis gara-gara membaca tulisan di kaca belakang sebuah angkot. Sepintas memang terkesan kasar bahasanya, tapi bagi saya justru kata-kata itu berhasil merangsang saya untuk menuliskannya. Tong Loba Bacot, itu yang saya baca. Gimana menurut Anda? Kasarkah?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here