Site icon Wong Kam Fung

Larangan Mencret-mencret di KRL

Awas! Jangan mencret di KRL. Ada larangan dilengkapi gambar yang bisa dibaca dan dilihat di setiap dinding dekat pintu keluar/masuk KRL. Anda yang menggunakan kereta rel listrik (KRL) dari atau ke Bogor, jika sakit perut usahakan jangan sampai mencret.

Heran juga saya membaca larangan yang tidak umum itu. Ada dua baris gambar-gambar yang dijadikan simbol larangan dan tulisan hal yang dilarang di bawahnya. Saya sampai terbengong-bengong membacanya. Mata saya mengerjap-ngerjap berusaha membaca apa yang tertulis. Bukan, bukan karena kelilipan atau tidak mengerti maknanya tetapi karena tidak begitu jelas melihat tulisan larangan tersebut. Kacamata baca saya ketinggalan di rumah.

Bagaimana saya bisa naik KRL? Itu yang akan saya ceritakan setelah ini. Saya akan kisahkan mengapa saya naik kereta hingga akhirnya membuat saya ketemu dengan larangan yang aneh-aneh itu. Bagaimanapun juga, larangan itu dibuat tentu saja ada tujuannya. Dan saya yakin, yang namanya larangan tentu saja bertujuan baik, mungkin ada unsur bahaya di belakangnya, terkait dengan kenyamanan, atau hal-hal positif lain. Setuju? Yowis!

Karena ingin melihat kompetisi rubik, kemarin saya berangkat menggunakan KRL menuju Jakarta. Turnamen itu diberi nama Jakarta Ceria Open 2010 yang diadakan pada 29-31 Oktober. Acara berlangsung di Jl. Salemba No.16 Jakarta. Ini turnamen resmi. Ada wakil resmi (WCA  delegate) Charles Wihardjo dari perkumpulan rubik dunia World Cube Association dalam penyelenggaraan acara ini. Orangnya yang mana saya tidak tahu tapi saya lihat tandatangannya dalam piagam yang diberikan kepada para pemenang. Di tempat itu saya bertemu dengan para jagoan rubik yang nama-namanya tercatat dalam rekor WCA seperti Abel Brata, Heribertus Ariando, Janitra Ezra Putra, Maria Oey, dan Wicaksono Adi yang juga tercatat sebagai WCA delegate. Selain nama-nama itu, ada pemain-pemain hebat lain di antara yang hadir. Hanya saja, saya tidak hafal siapa saja mereka.

Saya datang menyaksikan turnamen rubik itu hanya sebentar. Itupun di hari terakhir dari tiga hari penyelenggaraan turnamen. Datangnyapun di menit-menit terakhir ketika para finalis sedang berjuang memperebutkan posisi juara. Saya sempat melihat catatan waktu yang dicapai Heribertus Ariando saat itu yaitu 10.90 detik. Prestasi pencapaian waktu yang hanya bisa saya bayangkan bila saya memainkan rubik.

Ketika awal-awal pembagian trofi dan piagam kepada para pemenang dilakukan, saya masih sempat menyaksikan. Saat ada sesi break dalam pembagian itu, saya putuskan pulang. Seperti waktu datang, pulangnya saya juga naik bajaj ke stasiun Cikini. Di dalam KRL menuju Bogor inilah saya melihat larangan yang berisi gambar dan tulisan di bawahnya. Paling atas ditulis dengan huruf besar “Demi kenyamanan & ketertiban bersama, Dilarang :”, kemudian di bawahnya ada gambar dan tulisan. Larangan yang terakhir yang ada di pojok kanan bawah itulah yang mengherankan saya. Ada gambar kaleng yang dicoret dan di bawahnya terdapat tulisan ‘Mencret-mencret’. Hlah? Masak mencret-mencret di dalam kereta nggak boleh? Terus, jika sakit perut dan tiba-tiba isi perut nyelonong keluar tanpa bisa ditahan gimana?

Aneh-aneh saja PJKA ini membuat aturan. Saya baca sekali lagi larangan itu karena ada yang tidak beres. Gambarnya kaleng tetapi tulisan di bawahnya kok Mencret-mencret? Ah, rupanya saya memang perlu kacamata yang tertinggal di rumah. Setelah saya dekati, tulisan itu ternyata berbunyi “Mencoret-coret”. Di mana kacamata saya ya?

Sumber gambar: rubik’s cube dan gambar larangan

Exit mobile version