Lanjutan dari Tim SAR Tahunan #1
———————————————–
Senin pagi saya berangkat dari Bogor. Sengaja saya berangkat pagi agar memiliki banyak waktu. Selain itu, ini merupakan pertama kalinya saya masuk wilayah Cileungsi. Meskipun petunjuk dan peta sederhana ada di tangan, saya tidak terlalu banyak berharap untuk bisa mengandalkannya. Dan hal itu memang terbukti, saya kesasar berkali-kali karena sebuah peta yang tidak jelas. Anda akan tahu nanti apa yang saya maksud.
Target pertama yang saya cari berada di wilayah Pasirangin. Saya memutuskan tempat ini sebagai tujuan pertama karena Pasirangin merupakan daerah terjauh yang harus saya datangi di wilayah Cileungsi. Dengan demikian, tujuan-tujuan selanjutnya tinggal yang ke arah Bogor, sekalian pulang. Rencana tinggal rencana karena kenyataannya saya harus bolak-balik dari dan ke arah Bogor gara-gara mencari lokasi yang tidak ketemu-ketemu padahal sudah tanya sana-sini dan sebenarnya sudah berkali-kali saya lewati.
Ada dua target di wilayah Pasirangin yang tinggal satu kampung dan dekat Pesantren Al-Fatah. Ini mempermudah saya dalam mencari. Cukup menemukan salah satu dari mereka, jika sudah berhasil selanjutnya tinggal tanya rumah target satunya ke dia. Nomor rumah yang ada di data saya adalah 39. Apa susahnya menemukan rumah bernomor itu? Tinggal diurutin, pasti ketemu. Ya kan? Salah! Rupanya tidak segampang itu. Saya sudah berada di kampung yang dituju. Saya sudah tanya ke beberapa orang di sekitar tempat itu dan selalu ditunjukkan ke rumah yg sama. Tetapi karena nomornya tidak sama dengan yang ada di data yang saya pegang, saya tidak langsung mengetuk pintu. Bukannya tidak percaya dengan mereka yang memberi tahu tetapi saya mau memastikan dulu jika rumah yang saya tuju benar. Sebelum akhirnya saya ketuk, saya coba lagi mencari rumah dengan nomor 39. Rumah yang berderet itu saya perhatikan satu persatu nomornya. Dan nampaknya akan membuahkan hasil karena nomornya berurutan dengan kelipatan satu angka hingga sampai rumah yang paling ujung. Sayangnya rumah yang paling ujung bukan bernomor 39 tetapi 37. Sebelah rumah itu? Kuburan! Masak nomor 39 kuburan dan orangnya tinggal di situ?
Saya akhirnya balik kanan dan bertanya kembali ke orang di sekitar situ. Lagi-lagi saya ditunjukkan ke rumah yang sebelumnya juga ditunjukkan orang lain yang saya tanya. Tapi rumah tersebut tidak bernomor 39 tetapi 30. Apa boleh buat, meski ragu saya datangi juga rumah itu dan saya ucapkan salam. Orangnya keluar. Saya tanya apakah ini rumah yang memang saya cari dan dia jawab betul. Alamak! Saya kembali jadi anggota tim SAR karena ketidak akuratan data. Untuk target yang kedua tentu saja saya tidak usah repot-repot mencari karena si bapak penghuni rumah nomor “39” langsung menghantarkan saya.
Pencarian selanjutnya masih di wilayah Pasirangin tetapi kampung yang berbeda. Saya harus balik arah dulu menuju Bogor untuk menemukan pertigaan sesuai yang digambarkan di peta. Peta tersebut lumayan membantu karena ada tanda-tanda yang disebutkan misalnya perumahan Metland. Setelah patokan yang digambarkan di peta saya temukan saya tinggal menyusuri jalan tanah. Untungnya hari itu tidak hujan jadi jalan tersebut tidak licin. Di peta dituliskan Majelis Ta’lim Nurul Hikmah sebagai patokan menuju rumah. Majelis tersebut terletak di sebuah pertigaan. Saya harus ambil jalan yang ke kanan bila ketemu pertigaan itu. Sampai di sebuah pertigaan ada sebuah bangunan yang cukup bagus tetapi tidak ada tulisan apa-apa. Saya tidak tahu apakah itu rumah orang, kantor, taman kanak-kanak, atau jangan-jangan Majelis Ta’lim Nurul Hikmah? Entahlah. Karena tidak ada tulisan apapun, saya lurus saja, tidak belok ke kanan.
Sampailah saya ke sebuah lingkungan perumahan dan saya langsung berhenti. Pasti tempat yang saya cari sudah kelewat. Ketika saya tanya ke seorang ibu yang sedang menjemur selimut di pagar rumahnya, bukannya menunjukkan arah yang saya tanyakan dia malah mengarahkan jarinya ke gerombolan ibu-ibu. Si ibu itu menyuruh saya bertanya saja ke mereka karena dia bilang baru enam bulan tinggal di situ. Baiklah bu, saya akan bertanya, tetapi bukan ke ibu-ibu yang sedang ngerumpi tersebut. Takut mengganggu.
Cobaan ternyata belum selesai. Masih ada ujian yang harus saya hadapi sebagai seorang anggota tim SAR.
Bersambung ke Tim SAR Tahunan #3.
Sumber gambar: di sini
@idan hakim: ok, thx Dan 😉
hehehe dtunggu pak…
[…] Klinong-klinong by wongkamfung at 12:01 am on Aug 04 2011 Kisah ini merupakan kelanjutan dari Tim SAR Tahunan #2. Namun bila anda ingin mengikuti dari awal, anda bisa mulai dari Tim SAR Tahunan […]
@idan hakim: next time Dan… kalo ke sana lagi 😉
padahal kontek saya pak….. mudah2an saya bisa bantu…..
[…] Bersambung ke Tim SAR Tahunan #2. […]