Pemilih Cerdas

2
1665

pemilih cerdas9 Juli 2014 akan menjadi puncak acara pemilihan presiden. Di hari itu rakyat negeri ini akan menentukan pilihannya dari dua pasang calon presiden dan wakilnya. Siapa pun yang memenangkan pemilihan ini, semoga juga menjalankan amanah yang diembankan oleh rakyat.

Memilih presiden ibarat memilih baju yang dipajang di pasar. Analogi ini barangkali terlalu sederhana. Tetapi kenyataannya memang seperti itu. Saat kita masuk pasar, pedagang baju akan gencar menawarkan dagangan dengan berbagai iming-iming. Sah-sah saja seorang pedagang melakukan itu. Toh itu semua dilakukan agar barangnya terjual. Masalahnya adalah ada sebagian pedagang yang berbuat curang. Kubu dari masing-masing calon presiden juga melakukan hal yang sama. Mereka memoles dagangannya agar menarik. Borok-borok yang dimiliki sebisa mungkin disembunyikan dari pandangan dan ditutup serapat-rapatnya agar tak menguar bau busuknya. Ini tentu saja perbuatan tidak benar tetapi mana ada pedagang menawarkan barang rusak untuk menarik pembeli.

Tak gampang untuk terhindar dari tindakan tidak terpuji itu. Ranah politik di negeri ini belepotan dengan kecurangan. Selain menutupi kebusukan, sebagian dari pendukung juga melakukan kampanye hitam. Tengok saja di media sosial. Saling serang dan saling umbar aib lawan terus dilakukan. Meskipun calon presidennya sendiri mengingatkan agar tidak melakukan kampanye hitam, di lapangan tetap saja terjadi. Tak hanya sekali saya mendapatkan kiriman baik via pesan pendek maupun media sosial semacam Twitter yang berujud tulisan, gambar, dan video. Sebagian berisi pemutarbalikan fakta dan data palsu baik data tentang calon presiden di kubu sendiri atau lawan. Bila tidak cermat menyikapi, sudah pasti kita akan dibikin bingung.

Kita tak bisa mencegah tindakan-tindakan itu tetapi kita bisa meminimalkan pengaruhnya. Caranya adalah dengan menjadi pemilih cerdas. Kita cermati semua bentuk kampanye yang ada. Anggap saja semua yang disampaikan dalam kampanye belum tentu betul sehingga perlu dicek kembali kebenarannya. Perlu waktu dan tenaga tentunya. Tetapi itulah yang harus dilakukan agar tidak terperosok ke dalam kubangan busuk yang sekilas terlihat sebagai kolam madu. Sudah sejak dari dulu, setiap kampanye selalu janji-janji manis yang diutarakan. Begitu terpilih, langsung amnesia. Lupa ingatan atas janji-janji yang pernah disampaikan. Setiap ditagih, dalih yang diberikan.

Kita harus terus berusaha agar tidak gampang ‘dikadali’. Jangan pernah lelah untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber tentang calon presiden. Saat ini, bukan hal yang sulit untuk memperoleh informasi. Internet, misalnya, bisa membantu kita mendapatkan informasi yang kita butuhkan. Dengan demikian, keputusan yang kita ambil dalam menentukan calon yang akan kita pilih adalah berdasarkan ukuran yang sudah kita tetapkan, bukan ukuran yang dibuat tim sukses calon presiden yang bersangkutan. Ibarat membeli baju, kita memilih sesuai ukuran tubuh kita, bukan orang lain. Seperti pesan iklan TVC dari sebuah produk rokok: #CariyangPas. Iklan ini menggambarkan adegan di sebuah tempat cukur. Berbagai model rambut dari beragam kepala dibuat tetapi belum ada yang cocok. Yang ingin disampaikan oleh iklan ini tampaknya tentang gagasan atau program yang ada di benak calon presiden apakah sudah pas atau belum dengan yang diinginkan rakyat, yang kita harapkan.

Pas atau tidak, pada akhirnya, nurani dan akal sehat kita yang bicara. Dari dua calon presiden, kita harus memilih salah satu yang kita yakini yang terbaik. Bagaimanapun juga, kita wajib menggunakan hak suara kita. Jangan sampai tidak. Dan itu hak semua orang yang menjadi rakyat negeri ini yang dijamin undang-undang. Seorang teman mengirim pesan singkat ke saya. Isinya ajakan untuk tidak menjadi golput. Begini bunyinya: “Dulu golput adalah perlawanan, sekarang golput adalah pembiaran. Pilihlah pilihannmu, be smart, be happy.”

Sumber gambar: di sini

2 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here