Boleh saja koar-koar memamerkan kemampuan. Nggak ada yang melarang kok. Juga kalau memang pengin show off. Cuman mungkin, buat yang waras dan penganut aliran ilmu padi, kelakuan itu terlihat norak. Atau malah dicap sebagai orang yang tidak tahu diri. Kalau yang ekstrim apalagi dicampur sedikit unsur benci, malah Anda akan disebut orang gila. Terus, apa itu over qualified?
Permulaan tulisan yang agak membingungkan? Atau bukan agak lagi malah? Terserahlah. Tapi memang di sekitar kita banyak, atau bisa juga sedikit, orang yang berkelakuan seperti itu. Maksud saya, ada orang-orang yang suka pamer. Apapun. Kemampuan, kekayaan, kecantikan, kejantanan (kok kayak ayam?), atau hal-hal yang negatif tapi membanggakan buat yang punya (kalo saya sih nggak bangga, tapi malu, eh kadang-kadang bangga juga ding kalo lagi kumat anunya). Yah, seperti kemalasan, kejorokan, kebauan (apa ini?), kemaluan (kalo ini bingung aku mesti gimana njelasinnya), dan remeh-temeh negatif lainnya. Anda punya yang jelek-jelek itu? Syukurlah kalo gitu. Berarti anda manusia normal (ngerti nggak?).
Intinya gini. Pada dasarnya semua orang bangga dengan kelebihan yang dia miliki. Bisa positif bisa negatif, terutama yang positif. Yang kurus bangga dengan kekurusannya. Biar terdengar menyenangkan dan membanggakan, maka disebut memiliki tubuh yang langsing (meskipun bisa jadi sebenarnya penyakitan). Yang molegh, MAKSUDNYA GENDUT (*kedua telapak tangan membentuk corong didepan mulut*), gembira dan sombong (boleh kan menyombongkan barang sendiri?) dengan suburnya badan yang dipunyai. Apapun yang dimiliki, emang sudah seharusnya dibanggakan. Nggak sehatlah yang namanya gampang mengeluh. Dikit dikit, ngeluh. Dikit dikit, ngeluh. Itu nggak ikhlas namanya. Tidak nrimo ing pandum. Nggak puas dengan apa yang sudah dimiliki. Belek segede gajah di pelupuk mata tak tampak, kutil di seberang lautan tampak jelas (kayaknya ada yang nggak beres deh dengan peribahasa ini). Kadang-kadang orang itu suka bikin susah sendiri ya? Sudah punya badan seger sehat, dikurus-kurusin. Katanya pengen slim. Eee… giliran sudah kerempeng, penyakitan lagi, bingung sendiri. Yang gendut, takut dibilang nggak seksi, trus diet. Padahal, kalo pengen tau, sebagian cowok justru menganggap seksi kalo cewek itu badannya bongsor. Bahkan ada yang suka selain gendut juga agak bau-bau gimana gitu. Eksotik katanya.
Trus gimana kalo orang itu diem aja, nggak suka show off (pamer), badan meringkuk kayak udang, ngences (ada anak sungai di pipinya), mulutnya mangap, dan matanya merem? Itu mah orang molor! Ngaco ya? Maksud saya gini, ini serius. Bener, swear. Kadang ada orang yang memiliki sesuatu, biasanya kemampuan, ketrampilan, keahlian, pengalaman, atau gabungan dari beberapa maupun semuanya, tetapi sesuatunya itu melebihi dari yang dibutuhkan. Nah kalo ini yang terjadi, itu namanya over qualified. Orangnya sendiri mungkin suka pamer, arogan, tengil, atau ramah, diem setenang kuburan, disiplin, rajin, suka menolong, dan tidak sombong.
Dalam posisi over qualified, jelas tidak menguntungkan. Si over qualified ini bisa-bisa stres di lingkungan yang ada di bawah standarnya. Apa yang dia miliki tidak terserap oleh sekitarnya. Bisa jadi karena memang kemampuan yang dipunyai lingkungannya tidak nyampe ke level yang dia miliki. Kasiaaaaaannnn deh lu. Cara yang bisa dilakukan adalah mengup–grade lingkungan yang ada ke standar dia. Atau kalau ingin tidak stres, ya jangan lama-lama di situ. Segera cabut dari kubangan itu (kebo kale). Beres.
Saya punya satu contoh tentang over qualified ini. Seorang teman setelah tidak kerja lagi segera membuat surat lamaran. 50 berkas surat lamaran dia sebar ke perusahaan-perusahaan. Tentu saja bukan perusahaan moyangnya. Tunggu punya tunggu, tidak ada satupun surat yang dia kirim mendapat jawaban. Rupanya, cv yang dia lampirkan memposisikan dirinya sebagai orang yang over qualified untuk posisi yang dilamarnya. Orang perusahaan bingung mau ditaruh dimana temen saya ini melihat pengalaman kerjanya yang pernah menjabat tiga kali sebagai direktur. Akhirnya, ya udah, dia bikin perusahaan sendiri.
Tapi ente jangan merasa over qualified dulu, meskipun memiliki posisi yang lebih tinggi dari yang lain. Kalo ngomong aja nggak berani, sekalinya ngomong belepotan, ngalor ngidul, dan nggak jelas mana kepala mana ekor (ini pasti penjual belut, setidaknya pemburu uler lah). Atau berani ngomong, tapi nggak mutu, nggak ada isinya, tong kosong berbunyi nyaring (berarti minyaknya habis, soalnya ini tong bekas tempat minyak). Kalo anda juragan tapi sikap mentalnya kaya jongos, ya namanya ‘miwon’, sami mawon, atau ‘sasa’ sama saja, atau orang jadul bilang setali tiga uang, ada tali ada uang ada ubi ada talas(yang ini jelas ngaco).
Ngaca dulu lah (termasuk yang bikin ini). Jangan buru-buru memproklamirkan dirinya over qualified. Tapi percayalah, over qualified itu tidak mengenakkan, kadang menyakitkan. Apalagi di tengah-tengah orang yang nggatheli dan njelehi (menjengkelkan, norak, dan menjijikkan).