Jangan pernah berharap bisa naik ojek di Korea. Nanti akan kecewa karena tidak ada ojek di Korea. Meskipun demikian, bukan berarti tidak ada orang naik sepeda motor. Kendaraan roda dua ini tetap bisa ditemukan berseliweran di jalan raya meskipun tak banyak.
Bila mencari penyebab mengapa tidak ada ojek di Korea, beberapa hal jadi penyebabnya. Empat faktor di bawah ini di antaranya.
1. CUACA
Korea memiliki empat musim. Urutannya adalah musim panas, musim gugur, musim dingin, kemudian musim semi. Dari keempat musim itu, suhu yang mirip dengan suhu yang ada di Indonesia hanya satu yaitu saat musim panas. Di awal musim gugur dan di akhir musim semi, udara cenderung masih hangat. Jadi bila naik sepeda motor tanpa jaket masih oke. Namun saat pertengahan musim gugur apalagi menjelang menjelang musim dingin, udara mulai bikin menggigil. Begitu juga di awal sampai pertengahan musim semi, suhu masih cukup dingin. Orang masih pakai sweater dan jaket tebal saat berjalan kaki.
Saat musim dingin, hanya orang nekat yang naik sepeda motor. Bagaimana tidak? Naik sepeda motor dalam suhu di bawah nol derajat celsius apa bukan cari penyakit namanya? Jangankan bersepeda motor, berdiri diam saja seluruh badan terasa dingin. Lebih-lebih bila ada angin. Brrrrrr… Makin celaka lagi jika naik sepeda motor setelah turun salju. Bisa-bisa kita terpelanting bersama sepeda motor karena jalan yang licin oleh salju.
2. KONOTASI ANAK NAKAL
Bagi pengendaranya, naik sepeda motor di Indonesia bisa menaikkan citra diri. Bisa merasa keren dan gagah, atau menganggap berada di kelas sosial yang berbeda sehingga hukum pun tak akan bisa menyentuh. Lihat saja pengendara sepeda motor besar macam Harley Davidson yang beberapa di antaranya berkelakuan tengil.
Di Korea, konotasi terhadap pengendara sepeda motor berbeda. Mereka yang naik sepeda motor dianggap anak nakal. Meskipun tentu saja tidak otomatis yang bawa sepeda motor pasti anak nakal. Namun itulah stereotip yang ada dalam masyarakat Korea. Jadi kalau mau PDKT ke cewek yang ditaksir yang berasal dari keluarga Korea, jangan sekali-sekali datang mengendarai sepeda motor. Nanti bisa langsung di-black list oleh calon mertua.
3. BUKAN ANGKUTAN PENUMPANG
Sepeda motor di Korea mayoritas digunakan untuk angkutan barang, bukan untuk mengangkut penumpang. Jika kita ke pasar tekstil di Dongdaemun, kita bisa temukan banyak sepeda motor diparkir di sana. Di jok bagian belakang ada rak dari besi dan tiang pipa besi. Rak itu digunakan untuk menaruh tumpukan gulungan kain yang diikat di tiang besi agar tidak berantakan saat di jalan.
Ada juga sepeda motor yang di belakang pengendaranya terdapat boks. Sepeda motor seperti ini biasa dinaiki pengantar makanan yang dipesan via aplikasi seperti Shuttle (셔틀), Yogiyo (요기요), Baedal Minjok (배달의민족), Baedaltong (배달통), atau Coupang Eats (쿠팡이츠) yang merupakan pemain baru.
Beberapa pemulung menggunakan sepeda motor untuk menarik gerobak tempat kardus dan barang-barang lain yang dia kumpulkan.
4. ILEGAL
Tidak ada larangan naik sepeda motor di Korea. Mereka yang naik sepeda motor bahkan suka tidak memakai helm. Memakai helm bukan suatu keharusan. Toh kalau celaka, dia sendiri yang menanggung.
Dari keempat faktor, perihal legalitas yang jadi alasan utama mengapa tidak ada ojek di Korea. Mengendarai sepeda motor memang tidak melanggar hukum. Namun bila sepeda motor itu dipakai untuk menarik penumpang dengan bayaran alias ojek maka akan jadi ilegal. Bisa berurusan dengan hukum bila nekat mengojek. Makanya di Korea tidak ada tukang ojek offline atau tukang ojek berbasis aplikasi semacam GrabBike atau Gojek.
LALU LINTAS TIDAK MACET
Berada di kemacetan lalu lintas tentu memusingkan. Dalam kondisi seperti ini, layanan ojek sangat membantu. Kita bisa lebih cepat sampai di tujuan. Ojek bisa membawa kita melewati jalan sempit dan gang-gang di perkampungan yang tak mungkin dilalui mobil. Sayangnya di Korea, bahkan di Seoul yang merupakan ibukota Korea Selatan, kemacetan seperti di Jakarta jarang terjadi. Jadi otomatis ojek sepeda motor tidak diperlukan. Saat jam berangkat kerja dan sekolah atau pulang kantor, lalu lintas memang padat. Meskipun demikian, mobil-mobil yang memenuhi jalan tetap bergerak. Mereka berhenti bukan karena macet tetapi karena menunggu lampu lalu lintas berganti hijau. Walaupun kadang jalannya kendaraan pelan hingga lampu lalu lintas berubah merah lagi, mereka bukan terjebak macet.
TROTOAR BUKAN UNTUK SEPEDA MOTOR
Di negara kita, motor melintas di trotoar yang diperuntukan pejalan kaki bukan hal aneh. Apalagi pas lagi macet-macetnya. Hak pejalan kaki sudah tidak ada artinya lagi. Di Korea, hal itu tidak pernah terjadi. Sepeda motor yang melewati trotoar umumnya karena pengendaranya akan parkir. Mereka biasanya ada keperluan di dekat dia memarkir sepeda motornya, misalnya mengantarkan makanan pesanan.
Trotoar di Korea benar-benar untuk pejalan kaki. Semua trotoar ramah bagi penyandang cacat. Pejalan kaki bisa tenang dan nyaman menggunakan trotoar. Selain tidak ada sepeda motor yang melewati trotoar kecuali mereka yang mau parkir, trotoarnya juga lebar.
JUMLAH SEPEDA MOTOR LEWAT DALAM LIMA MENIT
Dari atas jendela apartemen, saya sempat iseng menghitung jumlah sepeda motor yang melintas. Selama lima menit, dari pukul 11:02 sampai 11:07, dengan udara musim semi yang sejuk, sepeda motor yang melintas berjumlah 14 kali. Sebagian besar sepeda motor dengan boks di jok belakang.
Sumber gambar:
Foto (koleksi pribadi)
Logo Baedal Minjok (di sini)
Logo Coupang Eats (di sini)