Organisasi apapun, termasuk institusi pendidikan, akan maju bila yang mengendalikan adalah orang-orang visioner yang dikepalai seorang pemimpin visioner pula. Lalu, seperti apa ciri-ciri orang visioner itu?
Sudah pasti semua orang memiliki tiga masa: masa lalu, masa kini, masa depan. Anda merasa memiliki tiga masa itu juga kan? Namun, tidak semua orang merupakan manusia visioner. Ada orang-orang yang kartunis Benny & Mice mengistilahkannya dengan sebutan terjebak masa lalu. Orang ini seolah-olah tidak terpengaruh dengan kemajuan jaman. Kemudian, ada juga yang merasa hidupnya hanya untuk sekarang. Apa yang dilakukan semata-mata untuk hari ini. Dia tidak peduli dengan dua masa yang lain. Masa lalu sudah terlupakan, masa depan tidak pernah terpikirkan. Jadi, inilah orang yang hidup di masa kini. Sedangkan orang-orang yang selalu memikirkan rencana ke depan dan merealisasikannya, mereka bisa disebut sebagai manusia visioner. Orang-orang seperti ini biasanya juga mempertimbangkan masa lalu dan memperhitungkan masa kini ketika menyusun rencana. Mereka memiliki mimpi yang selanjutnya diterjemahkan menjadi visi dan misi.
Dalam dunia pendidikan, apa yang terjadi bila orang-orang bukan visioner yang menjalankan roda organisasi? Sudah pasti institusi pendidikan yang dijalankan dan dikomandoi oleh orang yang terjebak masa lalu akan jalan di tempat, mandek, kemudian mati karena ketinggalan jaman. Kalaupun bertahan, bak cendawan di musim kemarau, hidup segan mati tak mau.
Sangat jelas untuk bisa mengidentifikasi mereka yang terjebak di masa lalu. Meskipun mereka mengingkarinya, pada prakteknya mereka secara tidak sadar suka menunjukkan pola pikir yang ketinggalan jaman. Salah satu ciri yang gampang diidentifikasi adalah dari cara mereka berbicara. Orang-orang yang sering mengatakan, “Dulu kampus ini begitu luar biasa … Saya masih ingat ketika … Di awal-awal lembaga ini berdiri …” dan masih banyak lagi ucapan-ucapan lain yang mengacu ke masa lalu, adalah mereka yang berorientasi sejarah. Tentu saja, tidak ada salahnya kita menengok kembali ke masa lalu. Namun bila masa yang sudah lewat itu menjadi standar atau ukuran sebuah keberhasilan maka mulailah jebakan itu berfungsi. Kadang-kadang mereka menyangkal saat dikatakan ketinggalan jaman. Memang mereka mengajukan ide-ide masa depan yang terdengar dan terlihat luar biasa. Kenyataannya, hal itu hanya sebatas wacana. Apa yang direncanakan tidak pernah dijalankan. Mereka sudah cukup puas dengan keadaan sekarang sambil tersenyum ceria mengingat prestasi tempo dulu. Sementara itu waktu terus berjalan, teknologi terus berkembang. Orang-orang masa lalu ini telah dibutakan dengan kejayaan yang sudah tidak ada gunanya sekarang. Bisa disimpulkan, mereka yang berorientasi masa lalu adalah orang-orang yang takut pada perubahan.
Kurikulum institusi pendidikan yang terjebak masa lalu sudah pasti tidak relevan lagi dengan waktu sekarang. Banyak mata pelajaran/kuliah yang tidak dikembangkan sesuai situasi dan kondisi saat ini. Jangankan untuk antisipasi ke depan, yang aplikatif untuk masa kini saja minim sekali. Dengan demikian, tidak heran bila bahan ajar yang digunakan itu-itu saja sejak dulu. Mereka malas atau tidak punya keinginan untuk meng-update bahan ajar yang sudah ’kadaluwarsa’. Apalagi orang-orang itu misalnya termasuk orang yang gaptek alias gagap teknologi, akan semakin besar kendala yang dihadapi untuk memperbaharui bahan ajar. Mereka juga berdalih bahwa bahan yang ada sekarang masih baik dan bisa digunakan. Sebagai akibatnya, lulusan dari institusi pendidikan yang ketinggalan jaman itu akan ditolak oleh pasar tenaga kerja karena keahlian dan pengetahuan yang dimiliki sudah ketinggalan jaman.
Beda lagi dengan institusi pendidikan yang dikelola oleh orang-orang yang up to date, mereka yang mengikuti perkembangan jaman. Institusi pendidikan yang seperti ini selalu akan berubah sesuai tuntutan pasar tenaga kerja dan jaman. Namun demikian apabila adaptasi yang dilakukan hanya bersifat reaktif maka organisasi ini bisa tergilas apabila perubahan yang terjadi di luar kemampuannya. Orang-orang yang berorientasi sekarang hanya melakukan pembaharuan sesuai dengan seluruh sumber daya yang dimiliki saat ini. Artinya, mereka tidak memiliki cadangan sumber daya sebagai tindakan antisipasi bila terjadi chaos. Dan mereka akan mati kutu ketika keadaan yang chaos itu menjadi turbulence.
Bagaimana dengan institusi pendidikan di tangan visioner? Bila pengelolaannya benar, bisa dipastikan organisasi ini akan melejit. Seperti apa institusi pendidikan yang visioner itu? Coba anda perhatikan apa yang dilakukan oleh institusi di mana anda ada di dalamnya. Sebuah institusi pendidikan yang visioner akan melengkapi dirinya dengan sarana prasarana moderen. Ibarat prajurit yang akan berangkat perang, dia akan membekali diri dengan senjata yang mutakhir. Meskipun senjata itu demikian mahal, dia tetap berusaha memiliki karena dia sadar bahwa itulah cara yang harus dilakukan untuk bisa memenangkan pertempuran. Institusi pendidikan visioner akan melengkapi sarana belajar mengajarnya dengan teknologi terkini baik untuk sarana utama maupun penunjang.
Itu dari segi sarana prasarana. Institusi pendidikan di tangan visioner tidak akan berhenti sampai di situ. Apalah artinya peralatan yang moderen dan canggih, gedung yang megah, jika orang-orangnya tidak bisa mengoperasikan dan merawat. Untuk itulah, sumber daya yang ada pasti akan di-upgrade agar memiliki keterampilan dan pengetahuan yang lebih tinggi dan variatif. Menyekolahkan, mengirim ke pelatihan atau kursus, membiayai untuk acara seminar adalah beberapa cara yang akan dilakukan institusi visioner. Mereka sadar bahwa sumber daya manusialah yang sebenarnya kunci kesuksesan dan aset yang terpenting. Langkah itu juga merupakan tindakan yang bukan hanya sekedar reaktif tetapi sudah bersifat proaktif. Sedia payung sebelum hujan. Manusia visioner bukan hanya bertindak proaktif tetapi juga berpikir strategis.
Bagi institusi pendidikan visioner, melengkapi sarana prasarana dan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya adalah wajib hukumnya. Jika anda pernah dikirim ke pelatihan atau disekolahkan ke jenjang lebih tinggi oleh institusi anda dan itu masih terus berlangsung sampai sekarang, bergembira dan bersyukurlah. Itu artinya tempat anda bekerja dikelola oleh orang-orang visioner. Karena orang-orangnya visioner, otomatis organisasinya juga visioner. Mahal? Pasti! Tapi itu bagi manusia-manusia yang berorientasi masa lalu. Untuk kaum visioner, biaya yang dikeluarkan itu sangat murah bila dibandingkan dengan nilai masa depan yang akan diraih nanti.
Tidak ada yang impossible bagi para visioner. Beda dengan manusia-manusia jadul yang terjebak masa lalu. Bagi mereka yang ketinggalan jaman, membeli peralatan moderen dan mahal serta meng-upgrade sumber daya manusianya adalah MI alias Mission: Impossible.
Sumber gambar: 100 Tokoh yang Mewarnai Jakarta oleh Benny & Mice.
[…] diamati, dan anda boleh tidak setuju dengan saya, pecinta status quo pasti bukan manusia visioner. Dia bisa jadi termasuk si lidah panjang alias penjilat biar tetap bisa bertahan di zona nyamannya. […]
[…] This post was mentioned on Twitter by Adi Purwanto. Adi Purwanto said: Manusia Visioner: http://wp.me/pML7N-3S […]