Bila Anda tak kenal siapa saya, ya wajar saja karena saya bukan siapa-siapa. Namun bila Anda datang di sebuah acara yang digelar pada 10-12 Mei 2013 dan diberi nama #NgopiKere, barangkali kita pernah bertemu dan saling bertegur sapa. Saya berada di acara itu selama tiga hari penuh.
Di #NgopiKere itulah kemudian saya mengenal dan bertemu banyak teman. Dan karena pertemuan itu juga, saya tergerak untuk menggagas acara lanjutan bernama #jalurkopi. Kegiatan ini merupakan perjalanan solo yang saya lakukan ke daerah asal teman-teman yang dulu pernah saya temui di Gunungkelir tempat #NgopiKere berlangsung. Meski acara pribadi, saya dengan senang hati menyambut apabila ada teman, atau siapa pun, berminat untuk bergabung. Jangan Anda bayangkan acaranya formal dan penuh seremonial. Tidak. #jalurkopi hanya sekadar kegiatan ngobrol dan minum kopi. Tanpa rokok karena saya tidak merokok. Tapi jika Anda merokok, silakan. Saya tak terganggu dengan asap rokok yang Anda hembuskan. Saya maklum dan sudah jamak, sebagian peminum kopi juga perokok.
Bila kegiatan ini menyebut-nyebut kopi, bukan berarti hanya kopi yang dijadikan minuman atau cuma peminum kopi yang boleh bergabung. Siapa pun boleh bergabung. Tak peduli apa pun yang diminum. #jalurkopi lebih berupa media untuk menjalin dan mempererat tali silaturahmi. Bila sebelumnya kita pernah bertatap mata, kita pererat lagi lewat #jalurkopi. Jika kita pernah bertegur sapa lewat media sosial semacam Twitter dan belum pernah bertemu muka, #jalurkopi akan menjadikan kita bukan hanya mensyen-mensyenan di galur waktu. Tapi kita bisa berbincang tanpa membuat pengguna Twitter lainnya #gagalpaham. 😉
#jalurkopi sebenarnya juga sebentuk tanda pembayaran hutang. Saya pernah berucap akan minum kopi di Ponorogo saat bertemu dengan teman-teman dari Ponorogo di acara #NgopiKere. Itulah sebabnya kota yang saya pilih dalam #jalurkopi perdana ini Madiun dan Ponorogo. Karena ternyata kereta api dari Jakarta tidak ada yang langsung ke Ponorogo saat saya cek di situs resmi milik PT Kereta Api Indonesia (kereta-api.co.id), saya memilih Madiun sebagai kota persinggahan sebelum menuju Kota Reog itu.
Sekadar catatan untuk teman-teman yang berminat ikut, itu pun kalau ada, ongkos transpor berangkat dan pulang ditanggung sendiri. Biaya penginapan dan tempat menginap cari sendiri. Makan juga silakan dipikirkan sendiri. Tempat untuk ngopi tergantung teman yang ada di kota tersebut. Apakah nanti akan dibawa ke warung kopi atau di teras rumah, manut! Keputusan semacam itu terpaksa diambil karena sponsor #jalurkopi adalah sponsor tunggal, yaitu diri sendiri masing-masing. 😀 Bila tertarik kita bisa mensyen-mensyenan di Twitter atau langsung saja bertemu di stasiun kereta api Madiun. Silakan CPL atau mensyen saya di @adiwkf untuk janjian atau sekadar ngobrol. 😉
Sumber gambar: koleksi pribadi
Ternyata memang betul pertama kali kita kenal di Bogor awal 2014, sajian setelah makan besar adalah Kopi :D. Terus terang saya suka sekali menikmati kopi dari daerah asalnya di Indonesia apalagi kalau daerah itu sejuk udaranya kayak di Bogor. Kalau di Bogor varian kopinya Kopi Arabica atau Robusta ya Mas?
@Kopi Indonesia: Robusta, Mas. Tapi kalau di warkop atau kafe kita bisa temukan arabika juga.
yeess,, Sampai ketemu di Kotareyog 😀
@gofurwae: ho oh.
Jauh-jauh sekali tempatnya Pak……
@Topan Trengginas: tapi masih terjangkau. 😉
Pengen sakkjane…..
@PRofijo: nek pengen hambok budhal.
asik! sampai ketemu di madiun dan ponorogo, kak 😉
@Jidat: Siap. 😉
nek wes tekan semarang ato jogja wae om aku nderek ngopi2.. 😐
@bre: Okesip. 🙂
Mantaaaaaaaaap 😀
@sasy: Ho oh. 🙂