Yang namanya chinatown atau pecinan hampir ada di mana-mana, di kota-kota di Indonesia maupun mancanegara. Di kota Anda, ada chinatown?
CHINATOWN ATAU PECINAN
Di kota masa kecil dan masa sekolah hingga SMA saya, ada pecinan. Lokasinya di kiri kanan jalan raya dekat alun-alun kota depan Masjid Agung Demak. Mereka membuka toko dengan dagangan kebutuhan sehari-hari terutama pangan dan sandang. Biasanya mereka buka dari pagi hingga siang sekitar pukul 14:00 WIB. Saat siang, toko mereka tutup hingga sore hari. Sekitar pukul 16:00 WIB mereka buka lagi sampai malam sekitar pukul 21:00 WIB hingga 22:00 WIB.
Pecinan di Kota Demak ini penuh kenangan buat saya. Pernah suatu ketika saat pulang kampung, saya sengaja ke pecinan untuk mencari teh yang dulu biasa saya minum. Meskipun agak ragu apakah teh kenangan saya itu masih dijual atau tidak. Rupanya teh tersebut masih bisa saya temukan. Dengan demikian, saya bisa mengenang kembali masa-masa sekolah dulu melalui harum teh yang saya hirup. Pengalaman itu kemudian saya jadikan tulisan berjudul Menyeruput Kenangan yang Anda juga bisa baca di blog ini.
CHINATOWN DI KOREA SELATAN
Ada beberapa tempat yang merupakan koloni Cina di Korea Selatan. Aktivitas di chinatown Korea ini tak beda dengan yang ada di Indonesia atau negara lain. Mereka sibuk berdagang. Para pedagang Cina yang ada di sini, sebagian malah tidak bisa berbahasa Korea. Mereka hanya mengerti bahasa Mandarin. Bila Anda sempat datang ke Korea Selatan dan berminat dengan pecinan, tiga chinatown ini bisa jadi alternatif untuk dikunjungi.
CHINATOWN DI MYEONGDONG
Kawasan Myeongdong sudah jadi destinasi wajib bagi turis yang datang ke Korea. Tempat ini selalu ramai meskipun agak berkurang saat masa pandemi covid 19 sekarang. Keramaian di Myeongdong menyusut terutama karena turis-turis asing, salah satunya pelancong dari Indonesia, yang biasanya memenuhi Myeongdong sudah tidak ada lagi. Akibat masih ditutupnya visa turis, yang memadati Myeongdong sekarang ini hanya orang-orang Korea sendiri.
Di wilayah tujuan wisata populer ini, Kwanchenru Street adalah area pecinan. Kwanchenru merupakan ejaan Cina dari kata Korea “gwancheonga” yang artinya jalan di depan kantor pemerintah. Salah satu ujung Kwanchenru Street adalah Kedutaan Cina. Ujung jalan satunya mengarah ke perlimaan yang di seberangnya adalah Bank Korea atau Museum Uang Korea (Bank of Korea Money Museum). Kwanchenru Street ini berada di samping gedung Kantor Pos Pusat Korea. Bila menyusuri jalan ini ke arah Kedutaan Cina, nanti akan bertemu Jalan Myeongdong 2 atau 명동2길.
Di chinatown Myeongdong ini, kita akan menjumpai beberapa restoran Cina dan toko lain. Sebuah tempat penukaran uang ada di ujung jalan dekat pertigaan depan pintu gerbang Kedutaan Cina. Kalau mau ke sini, temukan dulu pintu gerbang Kedutaan Cina. Di depan pintu gerbang berwarna merah ini biasanya ada beberapa polisi berdiri berderet. Pintu gerbang ini merupakan ujung dari Kwanchenru Street. Kalau mencari nama jalannya, jangan cari Kwanchenru Street karena nama ini tidak tertulis. Saya tak menemukan ada tulisan nama jalan ini. Cari saja Jalan Myeongdong 2 atau dalam bahasa Korea tertulis 명동2길. Kemudian cari pintu gerbang Kedutaan Cina yang di depannya berdiri beberapa polisi.
CHINATOWN DEKAT STASIUN DAERIM (대림역)
Di Daerim-dong yang masuk wilayah Yeongdeungpo-gu, terdapat chinatown. Area pecinan ini lokasinya dekat Stasiun Daerim (대림역). Untuk menuju ke tempat itu, kita bisa naik subway Line 2 atau 7. Di Stasiun Daerim, nanti keluar via Exit 12 kemudian belok kiri. Nanti kita langsung ketemu Daerim Central Market yang isinya para pedagang etnis Cina. Papan nama toko yang terpapang mayoritas bertuliskan huruf Cina. Dari situ sudah gamblang mengabarkan siapa mereka.
Wilayah pecinan di Daerim ini lebih luas dibandingkan yang ada di Myeongdong. Banyak makanan, bumbu, dan rempah-rempah khas Cina bisa diperoleh di sini. Bahkan durian utuh yang tak gampang dicari di Korea bisa ditemukan di tempat ini. Namun, kita mesti siap-siap menggunakan bahasa “Tarzan” bila mau belanja karena kebanyakan dari mereka hanya mengerti bahasa Cina. Kecuali kita memang bisa bahasa mereka.
Satu kudapan yang patut dicoba di sini adalah yang bernama mahwa (마화). Roti Cina ini terbuat dari tepung yang diuleni dan dibuat seperti tambang. Bentuknya mirip donat kepangnya Korea yang disebut kkwabaegi (꽈배기) tapi mahwa ini lebih panjang.
INCHEON CHINATOWN
Chinatown di Incheon (인천차이나타운) merupakan yang terbesar di Korea Selatan. Pecinan ini sudah ada sejak 1884 menyusul dibukanya pelabuhan Incheon pada 1883. Pintu gerbang setinggi 11 meter untuk masuk ke chinatown persis berada di seberang Stasiun Incheon.
Menuju chinatown di Incheon ini yang paling mudah adalah naik subway Line 1. Begitu sampai dan keluar dari Stasiun Incheon, pintu gerbang chinatown akan langsung terlihat. Karena Stasiun Incheon hanya punya satu pintu keluar yaitu Exit 1, kita tak bakal bingung mesti nyari Exit berapa.
Chinatown yang ada di Incheon ini memang secara resmi dikelola sebagai objek wisata sehingga fasilitas pendukung bisa kita temukan di sini. Salah satu misalnya Museum Jjajangmyeon. Di museum ini kita bisa lihat sejarah munculnya jjajangmyeon di Korea. Jjajangmyeon yang merupakan masakan berbahan mi dengan saus kedelai hitam sampai saat ini masih digemari masyarakat Korea. Karena di chinatown Incheon terdapat Museum Jjajangmyeon maka tak heran bila kita temukan banyak restoran menjual jjajangmyeon.
Selain jjajangmyeon, santapan khas yang bisa ditemukan di sini adalah kue bulan dengan isian kacang merah. Kemudian ada juga roti dengan tekstur keras, menggelembung, tapi dalamnya kosong. Cara membuatnya dengan menempelkan adonan tepung ke dinding bagian dalam gentong panas. Roti kopong itu namanya gonggalppang (공갈빵). Rasanya manis. Dari aroma dan rasa, tepung yang dibuat untuk gonggalppang kayaknya dari beras ketan. Meskipun di Korea banyak toko roti, gonggalppang ini hanya saya temukan di chinatown Incheon. Itulah sebabnya setiap ke Incheon dan mampir di pecinan seberang Stasiun Incheon, saya selalu membeli gonggalppang untuk dibawa pulang.
Sumber gambar: koleksi pribadi