Beberapa waktu yang lalu saya menonton film tentang pendirian mercusuar tertua di dunia bernama Bell Rock. Menara pemandu yang berada di lepas pantai utara Skotlandia itu disebut sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia industri. Film itu mengingatkan saya kepada harta yang dimiliki bangsa ini yang juga pernah menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Borobudur. Ya, Candi Borobudur. Saya yakin anda pasti mengenalnya. Sekalipun anda belum pernah mengunjungi candi itu.
Dalam perjalanan ke Jawa Tengah belum lama berselang, saya sempatkan mengunjungi Borobudur. Ini merupakan kunjungan pertama saya. Agak keterlaluan memang. Meskipun berkali-kali saya melewati Magelang, belum pernah sekalipun saya mampir ke candi yang juga merupakan kekayaan warga dunia. Begitu kaki ini menginjakkan pelataran obyek wisata itu, saya tertegun melihat keagungan Borobudur. Kemegahannya menimbulkan hasrat saya untuk mengetahui lebih jauh. Begitu melihat wujudnya, saya juga menyesal kenapa dulu saya selalu enggan bila ada yang mengajak ke Borobudur. Selalu saya jawab, meski tidak terucapkan, “Ngapain ke sana. Batu kok ditonton.” Ternyata salah besar. Kedangkalan berpikir saya terhadap maha karya itu mengakibatkan pengetahuan saya tentang Borobudur menjadi minim. Saya harus mengetahui lebih banyak. Malu rasanya menjadi “bego” tentang harta kekayaan sendiri.