Si Lidah Panjang

4
1651

Ingin belajar bahasa Inggris? Gampang. Coba ucapkan kata-kata di bawah ini dengan cepat dan keras. Kalo perlu sambil merem matanya. Biar memberi kesan benar-benar menghayati. Kan hebat gitu.
“Wolf wolf roof roof woof woof roof wolf roof roof woof.”
Hasil tes: Good Dog!

Eit, jangan marah dulu. It’s just kidding, not insulting, apalagi menganggap anda disgusting. Kalo nggak ngerti, mending cicing, kayak kucing, lagi bunting. Bener, saya nggak punya maksud apa-apa. Sama sekali tidak punya pikiran menganggap situ ini kayak puppy, apalagi anjing biang. Dan jangan tuduh saya memperlakukan situ sebagai anjing. Tapi apa boleh buat kalo ente memang merasa seperti itu, ya, gimana ya, orang situ sendiri yang ngerasa seperti itu. Saya sih akur aja.

Kenapa saya bawa-bawa binatang najis ini? Saya hanya ingin menunjukkan kalo lidah anjing itu panjang. So what? Nggak. Nggak ada maksud apa-apa. Kira-kira panjangan mana lidah anda dengan lidah anjing? Lhah? Kalo ini mah so what lagi. Udahan ah. Ntar bisa diboikot saya. Orang baru ngonsep tulisan ini aja sudah ada yang ngancem. Oke, oke, sori deh. Tos dulu dong kalo gitu? (*nyodorin telapak tangan*)

Jadi pertanyaan yang ingin saya ajukan kira-kira gini. Kenapa anjing lidahnya panjang? Karena dia suka menjilat. Nyambung nggak? Kayaknya nggak ya? Tapi okelah, dipaksain aja. Karena anjing suka njilatin, maka tuannya banyak yang suka. Kegelian. Jadi gelisah gitu. Alias geli-geli basah. Apalagi anjingnya suka ngiler. Makin tambah basah deh.

Dalam dunia manusia, orang juga suka njilatin. Seperti saya contohnya. Saya suka banget njilatin es krim. Lebih-lebih kalo es krim hasil dikasih alias dapet gratis. Wuah, nikmat banget. Situ suka njilatin juga nggak? Pesen saya, jangan njilatin buburnya ayam ya (inget, pake ‘nya’ di belakang kata bubur), kasian orang tuamu. Punya anak kok hobinya aneh. Ihhhhhh geuleuh… Tapi, karena kebiasaan njilat itu alamiah dan naluriah, maka nggak usah malu lah kalo punya kebiasaan itu. Asalkan yang dijilat yang bener-bener aja. Trus, gimana kalo nggak bener?

Saya punya contoh untuk njilat yang nggak bener. Bukan tentang apa yang dijilat seperti yang disebutkan di atas, tapi tujuan dia menjilat. Kalo menjilat yang dilakukan untuk kepentingan pribadi, itu nggak bener. Saya kira, untuk kepentingan kelompok tertentu juga nggak bener. Njilat untuk carmuk juga salah. Pokoknya menjilat itu pekerjaan yang nggak bener, nggak sopan, kampungan. Dan juga, istilah menjilat itu memang memiliki konotasi negatif. Kalo orang menjilat orang lain, pasti ada sesuatu yang dia harapkan. Apalagi disertai dengan tampang mupeng. Pasti deh, bisa ditebak.

Emang, menjilat itu banyak ruginya. Pertama, kalo yang dijilat api, lidah jadi kebakar (ini mah kerjaannya orang gendeng). Kedua, njilat bisa bikin jadi bau, kalo yang dijilat tai kotok (ini kerjaannya si jorki). Ketiga, ini serius, njilat selain menciptakan banyak musuh juga bisa menunjukkan kalo si penjilat ini tidak memiliki kualitas, tidak loyal, dan tidak memiliki integritas. Bisa jadi, suatu saat akan kena batunya, seperti cerita di bawah ini. Coba simak dan camkan baik-baik ya.

Seorang guru tk akan pindah ke luar kota. Pihak sekolah kemudian mengadakan acara perpisahan. Masing-masing anak di kelas yang diajar bu guru ini (biasanya guru tk kan perempuan) membawakan kenang-kenangan. Satu persatu para murid maju ke depan untuk menyerahkan kado yang dibawanya untuk bu guru tercinta.
“Bu guru, Kimpul bawa kado buat bu guru,” katanya. Kimpul ini anaknya pedagang boneka.
Bu guru itu sambil mengucapkan terima kasih lalu menggoyang-goyang kado yang dia terima. Kemudian menebak barang yang ada di dalamnya. “Pasti isinya boneka?”
“Betul bu,” kata Kimpul.
Kemudian Tari, yang bapaknya juragan tas, menyerahkan kado.
“Terima kasih Tari. Bu guru tebak isinya ya?”
“Boleh bu,” jawab Tari.
Setelah mengocok-ngocok sebentar, bu guru kemudian menebak kalo isinya sebuah tas. Tari mengiyakan jawaban bu guru. Memang hebat bu guru kita ini.
Selanjutnya, Klepon, bocah gendut anak pedagang es krim membawa bungkusan yang lumayan besar. Dengan agak susah jalannya, dia datangi guru kesayangannya. Disodorkannya kotak kardus yang dia bawa. Bu guru menerima dengan sukacita dan mengucapkan terima kasih. Dirasakan oleh tangannya bagian bawah kardus basah. Seperti dilakukan sebelumnya, dia kemudian menebak apa isi kardus itu. Karena tau orang tua Klepon punya toko es krim maka dia berpikiran pasti isinya es krim. Bagian bawah kardus yang basah menguatkan perkiraannya. Jari tangannya yang basah kena bagian bawah kardus dia jilat. Tidak ada rasanya. Dia bingung. Tapi agar Klepon senang, dia sampaikan tebakannya.
“Pasti isinya es krim rasa stroberi?,” kata bu guru.
Klepon geleng kepala.
“Rasa nanas?” Bu guru belum nyerah.
Klepon geleng lagi. Bu guru ngangguk-angguk.
“Rasa melon ya?”
Klepon hanya senyum sambil menggelengkan kepala.
“Pisang? Kalo ini masih salah, bu guru nyerah deh.”
Kepala Klepon godek. “Isinya bukan es krim bu,” katanya.
“Lalu?”
“Anak anjing.”

Nah tuh. Makanya jangan celamitan ya.

4 COMMENTS

  1. […] otoriter dan bertindak semena-mena. Apalagi jika orang tersebut merupakan seorang oportunis berlidah panjang yang egois, makin kacau jadinya. Barangkali cara yang bisa dilakukan selama masih berhubungan […]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here