Polwan Tidur di Hari Kartini

3
1332

Polisi tidur itu menjengkelkan. Polwan tidur juga. Sayangnya, polisi dan polwan yang tidur di jalan ini banyak kita temukan. Di Hari Kartini ini, perlukah kita membangunkan polwan tidur? Ah, memang bisa?

Ketika saya membuat tulisan yang berjudul Polisi Tidur di Jalan, tadinya saya akan membicarakan polisi yang bukan polisi itu. Tetapi entah kenapa, kok jadinya malah melenceng. Hasilnya malah cerita tentang polisi beneran. Oleh karena itu, untuk membayar hutang kepada diri sendiri, saya harus kembali menulis tentang polisi tidur yang sebenarnya dan mudah-mudahan tidak nyasar lagi.

Karena sekarang Hari Kartini, saya akan kulik-kulik juga pasangan polisi tidur, yaitu polwan tidur. Klop dah. Emang apa urusannya antara polwan tidur dengan Hari Kartini? Jelas tidak ada hubungannya. Hanya saja, karena Hari Kartini itu identik dengan emansipasi wanita, dan polwan adalah wanita, maka saya paksakan saja agar bisa berhubungan. Emang polwan tidur itu wanita? Nah, kalo pertanyaan itu, silakan diajukan kepada yang pertama kali membuat istilah polwan tidur. Siapa yang cari gara-gara menciptakan istilah polwan tidur untuk lubang atau kubangan di jalan, saya juga tidak tahu. Lalu, kepada siapa pertanyaan itu bisa diajukan? Agar anda tidak sewot, baiklah, saya akan mewakili si pembuat istilah itu menjawab pertanyaan anda.

Mengapa lubang-lubang yang ada di jalan disebut polwan tidur? Gampang jawabannya. Ini bukan melecehkan polwan pada khususnya dan perempuan pada umumnya. Tetapi memang hanya mereka  yang punya. Punya apa? Ah, pake nanya segala. Kan lagi ngomongin lubang? Terus, gimana yang lubangnya segede kubangan kerbau? Memang ada yang punya sebesar itu? Ah, itu kan masalah teknis saja. Besar atau kecil it kan hanya ukuran. Yang pasti, kedua-duanya kan sama-sama lubang. Setuju? Lubang yang mana nih? Yaaachhh.. ya lubang yang ada di jalan-jalan itu toh! Saya sarankan, sebaiknya anda hentikan imajinasi anda tentang lubang segede kerbau itu.

Alasan lain untuk penamaan polwan tidur barangkali karena tugas polwan yang kadang suka mengatur lalu lintas dengan memperlambat atau memberhentikan kendaraan. Dan itu juga kan yang terjadi bila anda ketemu dengan lubang di jalan? Anda pasti akan berhenti dulu atau setidaknya memperlambat laju kendaraan jika di hadapan anda tiba-tiba ada polwan tidur eh, lubang. Apalagi kalau lubangnya segede kerbau. Kecuali anda ingin celaka, itu lain cerita.

Faktor sentimen terhadap polwan bisa saja menjadi alasan pemberian nama itu. Mungkin sebelumnya pernah ditilang oleh polwan gara-gara tidak punya sim, tidak bawa stnk, tidak pakai helem, lampu gak nyala, riting copot, lupa pakai celana sehingga mengganggu lalu lintas atau alasan apalah, sehingga menjadi dendam. Setelah kena tilang, eh, lha kok terjungkal di tengah jalan gara-gara roda depan masuk lubang. Nah… karena masih eneg dengan polwan yang menilang, diberilah nama lubang yang mencelakakan itu dengan sebutan polwan tidur.

Apapun alasan di balik penganugerahan nama polwan tidur kepada lubang-lubang di tengah jalan, yang pasti polwan-polwan tidur itu sangat menjengkelkan sekaligus menakutkan. Buanyak, buanyak sekali, orang celaka karena polwan tidur. Masih ingat suaminya Widyawati, Sophan Sophian? Dia celaka di jalan dan akhirnya meninggal karena apa? Polwan tidur! Polwan-polwan yang tidak berkelamin ini sangat menakutkan terutama bagi pengendara sepeda motor. Ketika berkendaraan di malam gelap melewati jalanan penuh lubang, seperti sedang melintas daerah pertempuran penuh ranjau. Saya yakin sebagian dari anda yang membaca tulisan ini pasti pernah memiliki pengalaman ‘bercumbu’ dengan polwan tidur. Saya sendiri lebih dari sekali dibuat terjungkal, terpelanting, dan terkapar oleh polwan tidur, baik sendirian maupun berboncengan. Saya pernah menuliskan pengalaman yang tidak asyik itu beberapa waktu lalu.

Dari tiga alasan hasil rekayasa yang disebutkan di atas, saya yakin pasti alasan pertama yang mendasari penamaan polwan tidur. Anda setuju atau tidak, itu tidak penting. Yang penting sekarang saya mengucapkan selamat Hari Kartini kepada polwan tidur meskipun tidak berkelamin perempuan. Tetapi karena dinamakan polwan, berarti dia dianggap perempuan. Biarpun bukan wanita beneran dan menjengkelkan, setidaknya dia muncul dengan sendirinya. Berbeda dengan teman akrabnya yang juga menjengkelkan yang bernama polisi tidur.

Polisi tidur ini bisa kita temukan di mana-mana. Kalau polwan tidur muncul sendiri, polisi tidur dimunculkan alias sengaja dibuat. Jika polisi tidur itu dibuat di jalan perkampungan atau gang yang ramai dengan anak-anak, itu maklum. Tetapi sering saya dibuat bingung dengan kemauan orang-orang yang membangun polisi tidur di jalan raya. Saya curiga mereka sengaja membuat polisi tidur karena ada kepentingan komersial, misalnya di dekat situ ada rumah makan atau usaha dagang lainnya. Arogansi dan suka pamer mungkin juga melatari dibuatnya polisi tidur. Contohnya rumah besar di pinggir jalan yang pemiliknya ingin agar setiap orang yang lewat di depannya memperlambat jalannya kendaraan sehingga otomatis pengendara itu akan memiliki waktu untuk mengamati rumah tersebut. Tujuannya bukan untuk apa-apa, hanya ingin pamer rumah. Wong yang namanya anak-anak tidak pernah terlihat satupun main di sekeliling tempat itu.

Tata tertib atau perijinan membuat polisi tidur mungkin ada. Saya tidak tahu persis. Barangkali ada baiknya juga dilakukan penertiban terhadap polisi tidur seperti yang dilakukan di sepanjang Jalan Tumenggung Wiradireja (Cimahpar, Bogor) yang setiap hari saya lewati. Seluruh polisi tidur di jalan itu dibongkar, kecuali dua polisi tidur di depan sebuah sekolah dasar. Sangat melegakan dan sekarang menjadi nyaman berkendaraan di jalan itu. Sayangnya belum lama ini jalan kampung yang menuju ke rumah saya telah dibuatkan polisi tidur, serong lagi. Tidak besar memang, tapi tetap membuat tidak nyaman. Seperti duri ikan yang nyelip di antara gigi. Kecil, namun bikin nyeri.

Tuntas sudah tulisan tentang polisi dan polwan tidur ini. Itu artinya, lunas juga hutang saya. Perihal perlu tidaknya membangunkan polwan tidur di Hari Kartini ini, saya rasa tidak perlu. Yang seharusnya dibangunkan adalah pejabat-pejabat negeri ini. Merekalah yang dapat membangunkan polwan tidur yang ditemukan di mana-mana. Dengan demikian, tidak akan muncul preman-preman kampung yang memanfaatkan kesempatan meminta uang dengan cara menutup polwan tidur.

Sumber gambar: di sini

3 COMMENTS

  1. polwan tidur …. baru dengar pak lubang yang pernah hampir membuat saya terpental mungkin ke trotoar itu namanya polwan tidur…. mungkin kalo saya sudah tau nama itu kayanya ga kan sakit walaupun jatuh… wong polwan ko yang bikin jatuh….emoyy… hihihihi

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here