Pikiran Tuhan Pikiran Setan

9
1360

Antara pikiran tuhan dan pikiran setan keduanya tidak bisa disatukan. Pikiran tuhan ya pikiran tuhan, pikiran setan ya pikiran setan.  Masing-masing berjalan sendiri-sendiri. Kalaupun keduanya dimiliki, dipakainya tidak mungkin bersamaan tetapi bergantian. Ah, bukan ‘kalaupun’, anda mempunyai keduanya kok.

Pikiran tuhan dan pikiran setan hanyalah sebuah metafora. Pikiran tuhan adalah pikiran positif, sedangkan pikiran setan merupakan pikiran negatif. Tidak salah kan jika saya menyatakan anda memiliki kedua pikiran itu? Meskipun keduanya kita miliki, namun demikian, tidak semua orang bisa mengendalikan pikirannya. Bahkan yang terjadi, justru pikiran yang menguasai segala tindakannya. Masih bagus jika pikiran positif yang lebih dominan, bila justru pikiran negatif yang banyak perannya, anda akan tidak disenangi di mana-mana.

Ketika pikiran negatif menguasai seseorang, sebenarnya ada satu pihak yang bisa dijadikan kambing hitam, yaitu emosi. Acap kali kita berpikiran negatif karena didorong oleh emosi negatif juga. Dalam ajang pertempuran antara nalar dan emosi, bila emosi yang menang maka otak sudah tidak bisa lagi diajak berpikir. Meskipun kita tahu yang kita lakukan adalah tidak baik, jika emosi berkehendak dan otak tak berdaya untuk berpikir jernih maka yang bakal terjadi, terjadilah. Pernah memiliki pengalaman seperti itu? Anda sebenarnya tahu yang akan anda lakukan tidak benar tetapi karena nafsu dalam dada anda bergemuruh menuntut pelampiasan, akhirnya yang terjadi anda tetap melakukan juga.

Dalam dunia entrepreneurship, banyak orang yang ingin berbisnis dihinggapi pikiran setan. Berbagai argumen berlabel keren sering memicu munculnya pikiran setan ini. Tidak salah ketika mereka berargumen seperti itu, dan argumen tersebut memang bukan hal buruk. Selain itu, yang dijadikan argumen tersebut memang disarankan untuk digunakan dan dipelajari khususnya di ruang kelas manajemen. Contoh nama keren yang sering dijadikan argumen itu misalnya feasibility study, net present value (NPV), break event point (BEP), marketing analysis, capital asset ratio (CAR), dan istilah-istilah lain yang saya sendiri kadang juga suka bingung memahaminya. Nama-nama bagus itu tentu saja tidak bisa disalahkan begitu saja. Mereka hanyalah alat atau perangkat manajemen yang memang disarankan untuk digunakan. Manusianyalah yang berkuasa untuk tetap berpikiran tuhan atau berubah untuk berpikiran setan setelah menggunakan perangkat itu. Sayangnya yang sering terjadi pada mereka yang semata-mata mengandalkan perangkat manajemen tersebut kemudian terus sibuk menghitung, menganalisa, dan merencanakan tanpa pernah melakukan tindakan nyata.

Jika disimpulkan ala orang bodoh perihal yang terjadi dalam dunia kewirausahaan atau entrepreneurship di atas, kira-kira seperti inilah. Pikiran setan itu selalu ragu dengan hasil hitungan, analisa, dan rencana yang telah dibuat. Kemudian, pikiran itu menghentikan niat untuk memulai usaha. Sedangkan pikiran tuhan adalah menjalankan apa yang ingin dijalankan karena yakin berhasil. Ketika ternyata gagal, dia tetap yakin yang berikutnya pasti akan berhasil sehingga kembali menjalankan usahanya. Kalaupun dia melakukan hitung-hitungan, analisa, dan rencana, itu semua dilakukan ala kadarnya dan bukan menjadi penghambat usahanya. Kok ternyata gagal lagi, dia tetap akan bangun dan mencoba lagi. Pikiran tuhannya tidak akan membuat dia berhenti. Dia seperti boneka mainan berisi angin yang bagian bawahnya ada pemberat. Setiap kali boneka itu dirubuhkan, saat itu pula dia akan bangkit lagi. Kalau boneka angin ini jelas tidak punya pikiran, baik pikiran tuhan maupun pikiran setan.

Satu lagi, saat tulisan ini saya buat, entah yang ada di kepala saya pikiran tuhan apa pikiran setan. Rasa-rasanya sih nggak pakai pikiran. 😉

Satu lagi, tulisan ini terpaksa saya hentikan sampai di sini. Sebenarnya ada lanjutannya yang panjangnya kurang lebih segini juga. Biar tidak dituduh menyiksa pembaca, mending saya stop saja. Terusannya nanti akan saya susulkan, itupun kalau yang muncul di kepala saya pikiran tuhan.

Satu lagi, ah, cukup sajalah!

Sumber gambar: di sini

9 COMMENTS

  1. terkadang pikiran setan diperlukan dalam suatu kondisi yang mengharuskan kita memakainya,,, tetapi jangan toh kita memakai sepenuhnya,,, harus dalam kendali pikiran tuhan…

    caaaa yoooo

  2. membaca postingan ini, saya jadi teringat ucapan Pak Adi. saat saya bekerja di tempat bapak dulu. dan kata-kata itu melekat kuat di memori saya… btw, thanks a lot sir for reminding it….
    salam sukses….

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here