Menyeruput Kenangan

7
2155
kenangan

Stimulan munculnya masa lalu alias kenangan datangnya bisa dari sesuatu yang terkait dengan salah satu panca indra. Sebagai contoh misalnya seperti ini. Pernah mengalami kejadian tiba-tiba teringat satu hal karena, eee… mencium bau ketek seseorang di angkutan umum?

Jika jawabannya ya, itu artinya kenangan Anda melekat pada aroma itu. Kapan pun indra penciuman Anda menangkap aroma tersebut, dia akan segera mengontak otak untuk buru-buru mengobok-obok kumpulan kenangan di lemari kabinetnya. Otak akan mencari ‘nomor seri’ kenangan sesuai instruksi indra penciuman dan menyajikannya untuk Anda sebagai pemilik kenangan.

Saya ingin berbagi untuk Anda perihal kenangan yang terkait dengan panca indra. Bukan, bukan tentang bau ketek yang urusannya dengan indra penciuman seperti contoh di atas. Kenangan saya ini tidak hanya terkait dengan satu melainkan sekaligus empat indra. Artinya, baik ketika saya melihat (mata), mencium (hidung), merasa (pengecap/lidah), atau mendengar (telinga) nama sebuah merek teh, ya, sebuah merek teh, disebut, maka kenangan masa kecil saya akan hadir. Sedahsyat itukah? Saya bohong jika mengatakan tidak karena faktanya memang itu yang terjadi dan saya alami. Itulah sebabnya ketika sedang berbincang teh dan sebuah merek disebut maka saya langsung terlempar ke masa kecil. Hanya mendengar namanya disebut, teh tersebut telah menciptakan lorong waktu menuju masa lalu. Kenangan saya melekat dan terbawa oleh sebuah teh bermerek Bandulan.

kenangan

Karena perbincangan itu pula, saya tergerak untuk mencarinya. Apakah teh Bandulan masih ada? Saat ngobrol dan kemudian mulai memburunya, yang saya ingat adalah namanya ‘teh bandul’ yang ternyata ‘teh bandulan’. Samar-samar saya masih ingat kertas pembungkusnya. Di salah satu sisinya berwarna hijau berbentol-bentol putih, yang ternyata adalah pohon dengan buah-buahnya, dan bentol itu rupanya bukan putih tapi merah. Hahaha….

Perburuan diawali di minimarket yang ada meskipun saya ragu akan menemukannya. Dan keraguan saya memang terbukti, teh itu tak saya temukan di sana. Pencarian beralih ke pecinan. Saya yakin deretan toko-toko tua yang sudah ada bahkan sebelum saya lahir yang sekarang dikelola anak keturunan mereka salah satunya atau bahkan beberapa mungkin masih menjual teh tersebut. Sambil menyusuri trotoar, mata saya jelalatan melongok toko yang buka mencari-cari. Barangkali ‘teh bandul’ itu ada di atas rak atau di dalam etalase mereka. Untuk memastikan, saya kemudian masuk ke salah satu toko yang saya ‘curigai’ memiliki teh nostalgia itu dan menanyakan ke penjaga toko.
“Ada teh bandul?”
“Ada.” Encik penjaga toko dengan sigap menjawab. Nampaknya dia tahu persis teh yang saya maksudkan. Diambilnya sebal teh berisi 10 bungkus. Sebelum diserahkan, saya tahu itu memang ‘teh bandul’ yang saya cari begitu terlihat warnanya meski hanya sekelebat.
Pira, ki?”
“Limabelas ribu.”
Tanpa berusaha menawar, harga yang disodorkan langsung saya bayar. Limabelas ribu rupiah untuk sebal isi 10 pak teh kenangan terlalu murah buat saya. Bahkan andai harganya lebih pun saya tak keberatan.  Begitu teh sudah ada di tangan dan telah dibayar, selesai sudah pencarian teh yang menjadi penghubung ke masa lalu. Sambil melenggang pulang, secangkir teh  melayang-layang dalam bayang kenangan. Rasanya sudah tak sabar untuk segera sampai rumah.
Dengan berhasilnya mendapatkan ‘teh bandul‘ atau ‘teh bandulan‘, keinginan saya menyeruput kenangan tersalurkan sudah. Teh yang diproduksi di Pekalongan ini kembali hadir dalam kekinian saya.

Sumber gambar: koleksi pribadi

7 COMMENTS

  1. @Aditia.numberone: punya kenangan manis juga rupanya. 🙂
    @MT: sudah disiapkan. Eh, sudah diambil kan? :mrgreen:
    @utami utar: game of touch, asyik juga tuh namanya. 😉
    @erick: sekarang masih ada atau sudah habis? Kalau sudah habis, di #KandangKambing masih ada tuh. 😉
    @totok: komentarnya keren. 😉

  2. Begitulah indra manusia. Ini berlaku juga untuk suami istri. Ada yang namanya game of touch, artinya saling berusaha membawa pasangan ke kenangan indah masa lalu dengan cara menghadirkan benda atau suasana yang mendukung. Jadi walau namanya “touch” tidak langsung berasosiasi dengan kontak fisik semata.

  3. Aduh teh ini jadi inget jaman dulu, tiap pagi nenek selalu menyiapkan teh bandulan yang hangat, pengen nostalgia kemaren2 nyari kok ya belum ketemu.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here